ICC Jakarta –
Raj’ah adalah kepercayaan khusus orang Syiah. Raj’ah bermakna kembalinya sebagian manusia ke dunia setelah meninggal. Raj’ah terjadi tidak lama setelah kemunculan Imam Zaman Afs, sebelum syahadahnya dan terjadinya hari kiamat. Sebagian orang-orang jahat akan dihidupkan kembali oleh Allah Swt untuk menerima sebagian hukuman atas perbuatannya di dunia. Demikian juga sebagian orang-orang saleh diberikan ijin untuk hidup kembali dan menjadi saksi atas balas dendam ini. Kebanyakan ulama Syiah meyakini bahwa raj’ah sebagai salah satu ajaran Syiah.
Secara istilah raj’ah berarti bahwa Allah Swt akan menghidupkan kembali sebagian kaum Syiah sebelum munculnya Imam Mahdi Afs guna menolong Imam Mahdi Afs dan juga untuk menyaksikan terbentuknya pemerintahan Imam Zaman Afs. Demikian juga, sebagian dari musuh Imam Zaman Afs akan dibangkitkan kembali sehingga mereka akan merasakan sebagian azab di dunia dan mengakui kekuatan dan kekuasaan Imam Mahdi Afs.
Dalam tradisi Syiah keyakinan raj’ah adalah salah satu akidah yang sangat penting bagi Syiah. Sayid Murtadha, seorang ulama dan teolog Syiah terkait dengan hal ini berkata: Syiah Imamiyyah berkeyakinan bahwa Allah Swt akan membangkitkan sekelompok dari kaum Mukminin pada zaman kemunculan Imam Zaman Afs sehingga mereka akan merasakan munculnya pemerintahan yang hak dan mereka akan menolong Imam Mahdi Afs. Demikian juga Allah Swt akan membangkitkan sekelompok dari musuh-musuhnya sehingga Imam Mahdi Afs dan penolongnya dapat membalas dendam kepada mereka.
Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan berkata: Firkah-firkah selain Syiah, yaitu kebanyakan kaum Muslimin meskipun meyakini hadis raj’ah secara mutawatir dari Nabi Muhammad Saw akan kemunculan Imam Mahdi dan para penolongnya, namun mereka mengingkari masalah raj’ah dan menganggap bahwa raj’ah adalah ajaran yang diyakini oleh kaum Syiah. (Thabathabai, Al-Mizān, jld. 2, hlm. 161)
Meskipun Syiah mempercayai raj’ah, namun jika ada seseorang yang mengingkari raj’ah, tidak serta merta membuat ia menjadi kafir karena raj’ah adalah kemestian dan ajaran penting dalam madzhab Syiah, bukan kemestian ajaran yang harus diyakini dalam Islam, sebagaimana yang ada dalam riwayat bahwa iman terhadap raj’ah adalah syarat menuju keimanan sempurna dan meraih Islam secara hakiki. (Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 15, hlm. 561)
Dalam sebagian riwayat disebutkan nama-nama orang yang akan dibangkitkan: Dari golongan Nabi adalah Nabi Daniel As, Nabi Yusya’, Nabi Isa, Nabi Khidir Khidhir, dan Nabi Muhammad Saw. Dan juga para Imam dan sebagian dari sahabat-sahabat mereka: Salman, Miqdad, Jabir bin Abdullah Anshari, Malik Asytar, Mufadhal bin Umar, Hamran bin Ain, Maisar bin Abdul Aziz dan Ashab Kahfi. (Bihār al-Anwār, jld. 53, hlm. 61, 105 dan 108)
Menurut para mufassir dan teolog Syiah, ayat-ayat al-Quran yang mengabarkan tentang raj’ah dapat dibagi menjadi dua golongan:
Bagian pertama: Ayat-ayat yang secara gamblang menyinggung masalah raj’ah. Ayat-ayat ini digunakan dalam riwayat-riwayat para Imam As untuk membuktikan adanya raj’ah.
Ayat-ayat tersebut meliputi:
وَ یوْمَ نَحْشُرُ مِنْ کلِّ أُمَّةٍ فَوْجاً مِمَّنْ یکذِّبُ بِآیاتِنا فَهُمْ یوزَعُون
Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu Kami tahan mereka sehingga yang lain bergabung dengan mereka.” (Qs al-Naml [27]: 83)
قالُوا رَبَّنا أَمَتَّنَا اثْنَتَینِ وَ أَحْییتَنَا اثْنَتَینِ فَاعْتَرَفْنا بِذُنُوبِنا فَهَلْ إِلی خُرُوجٍ مِنْ سَبیلٍ
“Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (Qs al-Ghafir [40]: 11)
Kelompok kedua:
Ayat-ayat yang menunjukkan adanya kemungkinan raj’ah.
Ayat-ayat ini mengisyaratkan akan dihidupkannya kembali sebagian orang-orang di dunia, dimana ayat-ayat ini disamping membuktikan adanya raj’ah juga menjadi bukti akan adanya hari kiamat.
Ayat-ayat itu meliputi:
أَوْ كَالَّذي مَرَّ عَلى قَرْيَةٍ وَ هِيَ خاوِيَةٌ عَلى عُرُوشِها… فَأَماتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ… وَ انْظُرْ إِلَى الْعِظامِ كَيْفَ نُنْشِزُها ثُمَّ نَكْسُوها لَحْماً
“Ataukah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya? Ia berkata, “Bagaimana mungkin Allah akan menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” …….Dan lihatlah keledaimu (yang telah hancur menjadi tulang-belulang). Kami akan menjadikanmu sebagai tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu bagimana Kami menyusunnya kembali, lalu Kami membalutnya dengan daging.” Qs al-Baqarah [2]: 259)
وَ إِذْ قالَ إِبْراهيمُ رَبِّ أَرِني كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتى قالَ أَ وَ لَمْ تُؤْمِنْ قالَ بَلى وَ لكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبي قالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءاً ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتينَكَ سَعْياً وَ اعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزيزٌ حَكيم
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhan-ku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah engkau?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, akan tetapi supaya hatiku tetap mantap.” Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah. Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari bagian-bagian daging burung itu, lalu panggillah mereka, niscaya burung-burung itu akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs al-Baqarah [2]: 260)