ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Maksud Gunung-gunung sebagai pasak bumi

by admin
February 15, 2017
in Maarif Islam
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Dalam literatur-literatur Islam disebutkan pelbagai tipologi dan ragam manfaat atas keberadaan gunung-gunung. Di antaranya bahwa gunung-gunung tersebut laksana pasak yang tertancap di atas permukaan bumi dan laksana timbangan-timbangan yang menyeimbangkan bumi. Keberadaan gunung-gunung tersebut dan tersebarnya gunung-gunung tersebut di sana-sini di atas permukaan bumi telah mencegah berubahnya bumi menjadi sebuah tempat yang tidak dapat didiami.

Dalam ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung peran gunung-gunung di muka bumi dan kemudian mencermati ajaran-ajaran agama. Di samping itu, dengan menilik pelbagai fakta yang telah diterima di dunia hari ini.

Banyak ayat-ayat al-Qur’an mengetengahkan peran gunung-gunung di planet bumi dan menjelaskan pelbagai kegunaan dan tipologinya. Di antara ragam kegunaan dan tipologi itu adalah sebagai berikut:

  1. Gunung-gunung dimanfaatkan sebagai rumah dan tempat perlindungan bagi manusia (Qs. Al-Nahl [16]:81)dan makhluk hidup lainnya. (Qs. Al-Nahl [16]:68)
  2. Ragam jenis bebatuan dan tanah dengan aneka warna yang terdapat di dalamnya. (Qs. Fathir [35]:27)
  3. Mereka juga bergerak berbeda dengan bentuk lahirnya yang tampak permanen. (Qs. Al-Naml [27]:88)
  4. Gunung-gunung bertasbih dan memuji Allah Swt. (Qs. Al-Anbiya [21]:79)
  5. Gunung-gunung memainkan peran sebagai pasak bagi bumi. (Qs. Al-Naba [78]:7)
  6. Gunung-gunung memelihara kesatuan dan keseimbangan bumi. (Qs. Al-Nahl [16]:15)
  7. Dan terakhir banyak ayat lainnya yang membincang tentang keadaan dan hancurnya gunung-gunung di hari Kiamat. (Qs. Al-Kahf [18]: 47)

Bagian pertama dan kedua ayat-ayat yang menunjukkan kediaman manusia dan makhluk hidup lainnya. Demikian juga adanya ragam bebatuan di dalam gunung-gunung merupakan hal jelas yang tidak perlu penetapan dan pembuktian. Gerakan gunung-gunung juga meski pada masa lalu merupakan perkara aneh dan dipandang mustahil, namun  dewasa ini dengan asumsi adanya gerakan pada planet-planet dan terpisahnya secara perlahan planet-planet tersebut dari satu dengan yang lain dan juga dalam kalkulasi yang lebih kecil, dengan menyaksikan goncangan gunung-gunung dan terciptanya sesar-sesar gunung maka bagian ketiga yang disebutkan pada ayat di atas juga dengan mudah akan dapat dibuktikan.

Pujian dan tasbih gunung-gunung juga sesuai dengan ungkapan lugas al-Qur’an laksana tasbih makhluk-makhluk lainnya yang tidak dapat dicerap dan dipahami oleh kebanyakan manusia. (Qs. Al-Isra [17]:44) Dan pengetahuan bagian ketujuh juga berada dalam wilayah kewenangan Allah Swt dan hanya sebagian yang disinggung pada dalam al-Qur’an tentangnya. Karena itu, kita tidak dapat menetapkan dan membuktikan hal tersebut melalui jalan dan metode material.

Namun sekaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an seperti dalam surah Naba ayat 7:

وَ الْجِبالَ أَوْتاداً

“Dan gunung-gunung sebagai pasak”

Maka hal itu masih  berada dalam jangkauan kita.

Harus dijelaskan bahwa pengetahuan manusia pada masa pewahyuan al-Qur’an tidak cukup memadai untuk mengetahui bagaimana terpancangnya gunung-gunung di atas bumi, ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung masalah ini dalam beberapa hal yang kemudian kebenarannya dapat ditetapkan. Di antara ayat tersebut bahwa Allah Swt menjadikan gunung laksana pasak, “wa al-jibâla awtada.”

Jelas bahwa yang dimaksud al-Qur’an bukanlah bahwa gunung-gunung tersebut memiliki bentuk seperti pasak, karena kebanyakan gunung yang dapat disaksikan dengan mudah oleh manusia, memiliki bentuk-bentuk yang lain. Sejatinya, al-Qur’an berada pada tataran menjelaskan bahwa gunung-gunung tersebut memainkan peran sebagaimana pasak. Hal ini juga ditandaskan pada ayat-ayat lainnya yang menyebutkan pemancangan gunung-gunung (Qs. Al-Ghasyiah [88]:19) di muka bumi dan peneguhan gunung-gunung tersebut di muka bumi. (Qs. Al-Naziat [79]:32)

Pengetahuan manusia pada masa pewahyuan, hanya semata-mata melihat gunung dan tidak memiliki informasi tentang kelanjutan akar-akarnya hingga kedalaman sedimenter bumi. Namun dewasa ini jelas bahwa akar gunung-gunung laksana pasak yang menancap pada sebuah kayu dan memancang di atasnya. Hingga puluhan kilometer di dalam gunung bersambung dengan bumi. Kita tidak dapat memandang tertancapnya gunung laksana pasak sebagai persoalan yang sia-sia dan tanpa guna bagi bumi dan para penghuninya. Karena berdasarkan pengetahuan hari ini jelas bahwa betapa gunung-gunung memainkan peran penting dalam mengarahkan angin-angin dan air-air dalam ekosistem bumi. Namun persoalan lainnya juga disebutkan dalam al-Qur’an bahwa sekiranya gunung-gunung yang laksana pasak menancap di bumi itu tiada maka hal itu akan mengeluarkan bumi dari kondisi ekuilibrium. Dan sebagai hasilnya kehidupan tidak akan berlangsung di dalamnya.

Pada ayat-ayat ini, digunakan redaksi-redaksi seperti, “an tamida bikum” (supaya bumi itu (tidak) mengguncangmu) (Qs. Al-Nahl [16]:15)  dan “an tamida bihim” (supaya bumi itu (tidak) mengguncang mereka) (Qs. Al-Anbiya [21]:31)  yang mengungkapkan tiadanya keseimbangan dan ekuilibrium. Sekarang apa yang dimaksud dengan tiadanya keseimbangan ini? Apakah bermakna tiadanya keseimbangan bumi dan penyimpangan dari lintasannya? Atau hantaman taufan yang sangat kencang dan pada akhirnya, tiadanya stabilitas segala sesuatu yang terdapat di muka bumi? Dan seterusnya?

Bagaimana pun, apa yang dipandang sebagai sesuatu yang pasti dalam al-Qur’an dan riwayat-riwayat juga menegaskan hal itu adalah bahwa ditancapnya bumi dengan gunung-gunung berguna sebagai penata perputaran kehidupan sistemik di dalamnya.

Sebagian ilmuwan kontemporer juga memandang urgen peran penyeimbang gunung-gunung bagi kelangsungan hidup di muka bumi. Atas dasar itu, kita harus memandang pasti bahwa maksud al-Qur’an yang menyerupakan gunung-gunung sebagai pasak bukanlah bahwa bentuk gunung-gunung tersebut seperti pasak karena kita melihat dengan mudah bahwa kebanyakan gunung tersebut tidak dalam bentuk seperti pasak. Sejatinya apa yang menjadi obyek perhatian al-Qur’an adalah bahwa sebagaimana dengan memanfaatkan pasak-pasak dapat mencegah robohnya bagian-bagian yang bersambungan, maka gunung-gunung juga memainkan peran serupa di muka bumi.[]

Tags: gunungpasakslide
admin

admin

Related Posts

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS
Teologi

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Kami meyakini bahwa para Imam adalah para pemilik otoritas (ulil amri) yang telah diperintahkan Allah...

HAK-HAK MASYARAKAT DALAM HADIS NABI SAW
Maarif Islam

HAK-HAK MASYARAKAT DALAM HADIS NABI SAW

August 29, 2025

Oleh: Sayid Sa’id Kazhim al-‘Adzari Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya as telah menekankan pentingnya tolong-menolong, kerja sama, saling berhubungan, dan saling...

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA
Teologi

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Sesungguhnya salah satu hal paling agung dan indah yang diserukan oleh agama Islam adalah persaudaraan...

BIGORAFI DAN RIWAYAT-RIWAYAT TENTANG KEAGUNGAN AKHLAK DAN ADAB RASULULLAH SAW
Ahlulbait

BIGORAFI DAN RIWAYAT-RIWAYAT TENTANG KEAGUNGAN AKHLAK DAN ADAB RASULULLAH SAW

August 29, 2025

Oleh: Syekh Ja’far Hadi   Berikut ini kami paparkan beberapa informasi ringkas mengenai Nabi Muhammad Rasulullah saw.   Nama dan...

RASUL YANG AGUNG SAW: PENYULUT CAHAYA KEIMANAN
Ahlulbait

RASUL YANG AGUNG SAW: PENYULUT CAHAYA KEIMANAN

August 28, 2025

Oleh: Sayid Muhammad Taqi Mudarrisi   Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang “Mahasuci (Allah) yang telah menurunkan...

MENETAPKAN OTORITAS PARA FAKIH (AHLI FIKIH)
Fikih

MENETAPKAN OTORITAS PARA FAKIH (AHLI FIKIH)

August 28, 2025

Karya: Muhammad Husain Ali al-Shaghir Syariat Islam telah mengalami kemunduran besar yang setara dengan bencana kemanusiaan, yakni ketika Ahlulbait as...

Next Post

Urgensi Saling Tolong Menolong dalam al-Quran -bag 1

Mu'asyarah bil Ma'ruf dalam Rumah Tangga -bag 2 selesai

Makna Cinta Sejati

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist