Kaum mukminin akan sangat bahagia jika membaca al-Quran dan menemukan nikmat-nikmat surga atas ganjaran mereka yang diperoleh dari Allah. Allah Swt telah memberikan jalan untuk menuju surga dengan menjelaskannya di dalam surah al-Mukminun ayat 1 sampai 11. Dalam surah tersebut Allah mengurai sifat-sifat penghuni surga adalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan tunduk kepada segala perintahnya. Khusyu dan menghadirkan kalbu ketika salat, menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan sia-sia, membayar zakat jika telah memenuhi kewajiban untuk melaksanakannya, menjaga kehormatan kecuali bagi yang telah dihalalkan baginya, memelihara dan menyampaikan amanah.
Adapun kenikmatan-kenikmatan surga sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Fathir adalah:
«جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَها يُحَلَّوْنَ فيها مِنْ أَساوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَ لُؤْلُؤاً وَ لِباسُهُمْ فيها حَريرٌ»
“(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.” (Qs Al-Fathir: 33)
“Janat” adalah bentuk plural dari “janah” bermakna kebun yang tanahnya menyebabkan tumbuhnya pohon-pohon yang banyak sehingga akan menyelimuti bumi. “Adnan” adalah tetap dan stabil. Oleh itu “janat adnan” adalah kebun-kebun yang penuh dengan pohon dan kekal di surga. Penafsiran dari surga ini menunjukkan bahwa nikmat-nikmat di surga bersifat abadi dan langgeng tidak seperti nikmat-nikmat materi di dunia. Nikmat yang tidak akan pernah sirna dan hilang.
Setelah mengingat nikmat-nikmat materi dan nikmat maknawi, Allah Swt berfirman:
«وَ قالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنا لَغَفُورٌ شَكُورٌ»
“Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.” (Qs Al-Fathir: 34)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka bersyukur dengan memanjatkan pujian kepada Allah Swt karena segala duka telah Allah angkat dari mereka, mereka tidak akan takut lagi akan azab-azab Ilahi yang akan menimpanya, tidak takut akan kecemasan yang melanda, tidak takut akan gangguan-gangguan orang lain yang memiliki pikiran buruk dan tidak akan lagi memiliki rasa pilu dan duka sebagaimana yang menimpanya ketika ia hidup di dunia.
«الَّذي أَحَلَّنا دارَ الْمُقامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لا يَمَسُّنا فيها نَصَبٌ وَ لا يَمَسُّنا فيها لُغُوبٌ»
“Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (Qs Al-Fathir: 34)
Kata “muqamah” bermakna tempat tinggal dan “dar al-muqamah” adalah rumah dimana penghuninya tidak akan keluar dari sana dan tidak akan pindah ke tempat lain. Kata “nashabun” bermakna lelah yang berarti susah dan sulit. Kata “lughub” bermakna lesu dan susah dalam mencari rezeki.
Para ahli surga, meskipun umur panjangnya bersifat abadi dan secara pasti tidak ada kabar tentang masa penungguan yang dipenuhi dengan kesulitan dan kesakitan serta kesusahan, namun masa ini tidak akan membuat mereka kelelahan sedikit pun karena pada setiap harinya mereka akan memperolah nikmat-nikmat yang baru terus.