ICC Jakarta – Tak lama lagi, umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Idhul Adha. Berbicara Idul Adha tidak lepas dari tokoh sentral yang bernama Ibrahim as, sebab Nabi Ibrahimlah yang menjadi pemeran utama dalam manasik haji termasuk di dalamnya tentang ajaran kurban.
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus, Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh, Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS an-Nahl: 120-123)
Ayat tersebut menggambarkan profil Nabi Ibrahim as, di antaranya bahwa beliau adalah seorang pemimpin teladan, yang patuh kepada Allah, selalu konsisten dalam menjalankan perintah-Nya, manusia bertauhid yang hanya menyembah kepada Allah, hamba yang bersyukur atas segala nikmat-Nya, manusia pilihan di antara para Nabi, di dunianya bernasib baik dan di akhiratnya termasuk hamba Allah yang saleh.
Selain itu, Nabi Ibrahim as juga merupakan figur seorang ayah yang tabah dalam memimpin keluarganya, beliau juga berhasil mendidik keturunannya menjadi hamba yang beriman.
Sebagaimana digambarkan lebih lanjut dalam Al-Qur’an, beliau juga adalah sosok manusia yang jujur, sekaligus seorang nabi yang sangat lembut hatinya dan penyantun.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang nabi yang sangat lembut hatinya dan penyantun” (QS an-Nahl: 114).
Maka wajarlah jika manusia Muslim yang ingin hidupnya sukses dunia-akhirat, hendaknya mereka tak lupa mesti mengambil teladan, yakni kepada manusia-manusia pilihan Tuhan seperti Nabi Ibrahim as.
Untuk mengikuti jejak dan keteladanan beliau as, berikut beberapa poin penting yang mesti kita perhatikan.
1. Nabi Ibrahim as pemimpin teladan. Beliau lebih mengutamakan nasib orang lain daripada dirinya. Ibrahim lebih melihat generasi penerusnya daripada pribadinya.
Lihat ketika Ibrahim as akan diangkat menjadi pemimpin, beliau berkata “Ya Allah bagaimana nasib keturunanku?” Allah menjawab, “Ya, juga keturunanmu, asal keturunanmu itu tetap istiqamah bersamamu dan tidak berbuat dzalim (QS Al-Baqarah: 124).
Bagi kita penting memperhatikan kepemimpinan sebab pemimpinlah yang akan menentukan nasib agama dan bangsa. Pemimpinlah yang akan mewarnai segala corak masyarakat sebuah bangsa. Oleh karena itu kewajiban kita hanya satu dalam masalah kepemimpinan ini yaitu memilih pemimpin yang beriman dan amanah.
2. Ibrahim adalah seorang hamba yang sangat patuh kepada Allah walaupun menurut kita merugikan. Contohnya ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya, tanpa ragu-ragu langsung dilaksanakan kemudian dipangggilnya Ismail untuk bermusyawarah. Dari musyawarah itu Ismail setuju dirinya dijadikan kurban oleh ayahnya (QS as-Shaffat: 107), ketika Ismail dieksekusi oleh ayahnya, Ismail sabar dan pasrah kepada Allah.
Kenapa beliau patuh? Karena Nabi Ibrahim as yakin tidak akan ada perintah dari Allah tanpa jaminan dari-Nya. Buktinya benar bahwa sembelihan Ibrahim as diganti dengan sembelihan kambing yang sangat besar. Dan inilah cikal bakal adanya syariat kurban.
Oleh karena itu marilah kita berkurban demi semata mengharap keridhaan Allah, dan semoga Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih berkah dan berlimpah.
3. Ibrahim as adalah seorang yang hanif, artinya orang yang ajeg dalam agamanya, tidak miring ke kiri dan tidak miring ke kanan, lurus sebagaimana perintah Allah.
Hal ini terlihat dari dua kaki yang membekas pada batu yang sering disebut dengan maqam Ibrahim. Bekas telapak kaki beliau yang kanan condong ke kiri dan yang kiri condong ke kanan. Artinya Nabi Ibrahim berkarakter istiqamah seperti disebutkan dalam ayat فاستقم كما أمرت maka istiqamahlah kamu sebagaimana diperintahkan.
4. Nabi Ibrahim adalah manusia bertauhid dan hanya menyembah kepada Allah, sebagaimana ikrar kita dalam doa iftitah “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada pencipta langit dan bumi, dengan patuh dan tunduk serta aku bukan hamba yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk Rab seluruh alam, tiada sekutu bagi-Nya dan aku diperintahkan untuk itu dan aku adalah hamba yang berserah diri”.
Nabi Ibrahim as merupakan figur yang konsisten membela tauhid dari sejak remaja. Sejarah menceritakan kisah beliau yang menghancurkan sesembahan Namrud yang membuatnya dihukum dengan cara dibakar, namun beliau selamat dan tidak ada selembar rambutpun yang terbakar. Ayahnya juga mengancam dan mengusir Ibrahim dari rumahnya gara-gara mengusik keyakinannya, tapi Ibrahim selalu membalas dengan kata-kata yang santun tanpa caci maki, bahkan beliau memohonkan ampun untuk ayahnya. Itulah kesantunan Ibrahim yang sangat lembut إن إبراهيم لاوَّاهٌ حَليم (QS At-Taubah 114).
5. Nabi Ibrahim as adalah hamba yang pandai bersyukur kepada Allah, hingga beliau dikenal sangat dermawan dan murah hati, penyayang kepada siapa pun. Beliau juga dijuluki khalilullah karena beliau sangat baik pergaulannya dengan siapa pun terutama kepada tamu yang datang kepadanya. Beliau tidak pernah makan kecuali selalu berjemaah, bahkan sengaja mengundang tetangga untuk menemani makan sampai harus berjalan jauh ke kampung-kampung.
Mungkin itu pula sebabnya kenapa berjamaah dalam makan dan minum menjadi sunnah Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang banyak barokahnya. Makanan sedikit pun bisa dinikmati oleh orang banyak. Rasulullah sendiri pernah berbagi roti dengan para sahabatnya di sebuah perjalanan. Uniknya, walaupun rotinya sedikit, ternyata cukup untuk banyak orang.
6. Nabi Ibrahim as adalah hamba pilihan Allah. Beliau tak hanya diangkat menjadi seorang Nabi, tapi juga “Bapak dari para nabi”. Dari kedua putranya, Ismail as dan Ishak as lahirlah keturunan para nabi yang amat banyak.
Agama Ibrahim as dipilih sebagai millah yang menjadi anutan semua nabi sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Agama Yahudi, Nasrani dan Islam pada mulanya memiliki ajaran tauhid, karena sama-sama menjunjung tinggi ajaran Ibrahim as.
7. Ibrahim as diberi jalan yang lurus atau shirathal mustaqim. Maksudnya agama yang benar, agama yang hanif yang semakna dengan agama Islam adalah diinul qayyimah, agama yang bebas dari syirik dan kesesatan. Agama yang diridlai yang akan diterima Allah SWT. Hingga siapa pun harus ridha dengan Islam sebagai agamanya.
Sabda Nabi Muhammad saw, “Islamlah, pasti kamu selamat”. Islam adalah agama damai, agama yang mengedepankan kebersamaan dan toleransi walaupun beda agama. “Orang Muslim adalah orang yang menjadikan orang Muslim lainnya terjamin dari ucapan serta perbuatannya.”
8. Ibrahim as adalah manusia yang berbahagia di dunianya, di antaranya di masa tuanya diberi anak yang saleh yang setia membantu pekerjaannya. Terutama pada waktu Ka’bah dibangun, maka putranyalah yang setia mendampingi sang ayah menjadi arsitek, demikian pula waktu pemeliharaannya, sampai Ibrahim as berdoa di depan Ka’bah sebagaimana terekam dalam Surah Al-Baqarah, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): ‘Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana’.”
9. Ibrahim as di akhiratnya termasuk dalam golongan dari hamba Allah yang saleh. Artinya hamba yang mendapat derajat yang sangat tinggi di dalam surga.
Itulah di antara jejak dan keteladanan Nabi Ibrahim as yang patut kita renungkan dan kita ikuti. Pastikan Nabi Ibrahim as adalah nabi teladan bagi umat Nabi Muhammad saw. Karena betapa banyak ajaran Nabi Ibrahim as yang menjadi ajaran Nabi Muhammad saw, baik dalam haji, ibadah shalat dan akhlak, demikian pula terkait shalawat.
Lebih jauh, ketika menjadi ayah, jadilah seperti Nabi Ibrahim, saat jadi anak jadikanlah seperti kedua anak Nabi Ibrahim, yakni Nabi Ismail dan Ishak, dan ketika jadi istri jadilah seperti istri beliau, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar dalam kepatuhannya kepada Allah.
Semoga Allah SWT mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk meneladani dan mengikuti jejak Nabi Ibrahim as dan keluarga beliau. (EH / Islam Indonesia)