ICC Jakarta – Dalam beberapa sumber telah dijelaskan bahwa nama Fathimah merupakan nama yang sangat disukai oleh para Ma’sumin (Ahlul Bait) as. Imam Shadiq as bersabda: “Beliau dinamakan Fathimah karena tidak ada keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali as, maka sampai hari Kiamat tidak akan ada seorangpun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)” (Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 10).
Para Imam Ahlul Bait as sangat memuliakan pemilik nama Fathimah tersebut. Salah satu pengikut Imam Ja’far as-Shadiq as telah dikaruniai seorang anak perempuan, kemudian beliau bertanya kepadanya: “Engkau telah memberikan nama apa kepadanya ?”. Ia menjawab: “Fathimah”. Mendengar itu Imam as bersabda: “Fathimah, salam sejahtera atas Fathimah. Karena engkau telah menamainya Fathimah maka berhati-hatilah. Jangan sampai engkau memukulnya, mengucapkan perkataan buruk kepadanya, dan muliakanlah ia.”
Wanita mulia nan agung yang menjadi kekasih Allah dan Rasul-Nya itu bernama Fathimah. Keagungannya telah dinyatakan oleh manusia termulia dan makhluk Allah teragung, Muhammad saw yang segala pernyataannya tidak mungkin salah. Pada kesempatan ini, kita akan melihat beberapa sebutan mulia bagi wanita agung tersebut, disamping banyak nama dan sebutan lagi yang disematkan pada pribadi kekasih Allah dan Rasul-Nya itu. Di antaranya ialah;
FATHIMAH.
Syaikh Shaduq dalam kitab “I’lall Asy-Syara’i” dan Allamah Al-Majlisi dalam kitab “Bihar Al-Anwar” telah menukil riwayat dari Imam Ja’far bin Muhammad As-Shadiq as, bahwasanya beliau bersabda: “Sewaktu Sayyidah Fathimah Az-Zahra as terlahir, Allah swt memerintahkan para Malaikat untuk turun ke bumi dan memberitahukan nama ini kepada Rasulullah. Maka Rasulullah saw pun memberi nama Fathimah kepadanya.” (Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 13)
Imam Ali bin Musa Ar-Ridho as telah meriwayatkan hadis dari ayahnya, dimana ayahnya telah meriwayatkan dari para datuknya hingga sampai ke Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda: “Wahai Fathimah, tahukah engkau kenapa dinamakan Fathimah ?”. Kemudian Imam Ali as bertanya: “Kenapa wahai Rasulullah ?” Rasulullah menjawab, “Karena ia dan pengikutnya akan tercegah dari Api Neraka”. (Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 14). Atau dalam riwayat lain beliau bersabda: “Karena terlarang Api Neraka baginya dan para pecintanya”.(Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 15)
Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Ia dinamakan Fathimah karena Allah akan menyingkirkan Api Neraka darinya dan dari keturunannya. Yakni keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku (Rasulullah saw).” (Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 18-19)
ZAHRA.
Zahra artinya ialah “yang bersinar” atau “yang memancarkan cahaya”. Imam Hasan bin Ali Al-Askari (Imam ke-11) bersabda: “Salah satu sebab Sayyidah Fathimah dinamai Az-Zahra karena 3 kali pada setiap hari beliau akan memancarkan cahaya bagi Imam Ali as.” (Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 11) Memancarkan cahaya bagaikan matahari pada waktu pagi, siang dan terbenam matahari.
Dalam riwayat lain Imam Shadiq as bersabda: “Sebab Sayyidah Fathimah dinamakan Zahra karena akan diberikan kepada beliau sebuah bangunan di Surga yang terbuat dari Yaqut merah. Dikarenakan kemegahan dan keagungan bangunan tersebut maka para penghuni Surga melihatnya seakan sebuah bintang di langit yang memancarkan cahaya, dan mereka satu sama lain saling mengatakan bahwa bangunan megah bercahaya itu dikhususkan untuk Fathimah as.”
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa, orang-orang telah bertanya kepada Imam Shadiq as: “Kenapa Fathimah as dinamakan Zahra ?” Beliau menjawab: “Karena sewaktu beliau berada di mihrab (untuk beribadah) cahaya memancar darinya untuk para penghuni langit, bagaikan pancaran cahaya bagi para penghuni bumi.” (Namha wa Alqaab Hadzrate Fathimah Zahra halaman: 22)
UMMU ABIHA.
Panggilan kesayangan bagi Sayyidah Fathimah adalah Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dia adalah puteri yang mulia dari pemimpin para Makhluk, Rasulullah saw, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim. Fatimah as memperlakukan Rasul saw lebih dari perlakuan seorang ibu terhadap anaknya, sebagaimana Rasul saw mencintai dan menghormati Az-Zahra’ lebih dari penghormatan seorang anak terhadap ibunya. Sirah Nabawi mengingatkan kita akan sikap Rasul saw saat ditemui Az-Zahra’. Beliau berdiri menyambut, menyalami, mencium, dan mendudukkannya di sisi beliau, serta menemaninya dengan seluruh jiwa.
Ketika Nabi saw terluka dalam Perang Uhud, Sayyidah Fathimah keluar dari Madinah menyambutnya dan menghampiri ayahnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fathimah langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air dan membasuh wajahnya.
MUHADDATSAH.
Muhaddatsah, artinya ialah “orang yang Malaikat berbicara dengannya”. Telah dijelaskan bahwasanya para Malaikat dapat berbicara dengan selain para Nabi atau para Rasul. Dan orang-orang selain para Nabi dan Rasul itu dapat mendengar suara dan melihat para Malaikat. Sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah telah menjelaskan bahwasanya Maryam binti Imran as (ibunda Nabi Isa Al Masih as) telah melihat Malaikat dan berbicara dengannya. Hal ini telah disinyalir dalam surah Ali-Imran ayat 42, “Dan (Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (di zamannya).”
Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq as bersabda: “Fathimah dijuluki Muhaddatsah karena para Malaikat selalu turun kepadanya, sebagaimana mereka memanggil Maryam as, berbicara dengannya, dan mereka mengatakan: “Wahai Fathimah, sesungguhnya Allah swt telah memilihmu, mensucikanmu dan memilihmu atas perempuan seluruh alam”. Para Malaikatpun menyampaikan kepada Fathimah Az-Zahra as tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, raja-raja yang akan berkuasa, dan hukum-hukum Allah swt. Fathimah Az-Zahra as meminta kepada Imam Ali as untuk menulis semua perkara yang telah disampaikan para Malaikat kepadanya. Serta jadilah kumpulan tulisan tersebut dinamakan dengan Mushaf Fathimah”. (Bihar Al-Anwar jilid 43)
Imam Shadiq as telah berkata kepada Abu Bashir: “Mushaf Fathimah berada pada kami (Para Ma’sumin / Imam Ahlul Bait as).….Mushaf tersebut berisikan hal-hal yang telah diwahyukan Allah kepada ibu kami, Fathimah Az-Zahra as.” (Bihar Al-Anwar jilid 43, Fathimah Az-Wiladat to Syahadat halaman 111)[]