ICC Jakarta – Ahlul Bait Nabi as adalah insan-insan mulia yang selalu menjadi teladan dan petunjuk bagi umat manusia dalam merajut jalan kebenaran. Salah satu misi global Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya adalah menyampaikan dan mengawal ajaran agama dan pemikiran-pemikiran Islam. Rasul Saw dan para penerus misi beliau telah mengemban tugas tersebut sesuai dengan kondisi sulit di masa itu. Mereka semua memikul dua tugas utama yaitu, memberi petunjuk dan pencerahan kepada masyarakat, dan memperingatkan mereka akan pemikiran-pemikiran menyimpang.
Masa kepemimpinan Imam Askari as termasuk salah satu fase sulit, di mana pemikiran-pemikiran sesat mengancam masyarakat Islam dari segala penjuru. Di sisi lain, beliau juga berada dalam pengawasan ketat penguasa Abbasiah. Saking ketatnya pengawasan terhadap keluarga Imam Askari, masyarakat sangat sulit untuk berinteraksi dengan beliau. Menyiasati kondisi tersebut, Imam Askari selama masa kepemimpinannya menyampaikan pesan kepada masyarakat melalui sejumlah sahabat dekat beliau. Mereka mendapat bimbingan khusus dari Imam Askari dan kemudian diberi tugas untuk memberi pencerahan kepada masyarakat.
Sepanjang 6 tahun kepemimpinannya, Imam Askari selain memerangi kezaliman, juga bangkit menghalau pemikiran-pemikiran sesat yang menyerang masyarakat Islam pada masa itu. Beliau mengambil sikap tegas dan jelas terhadap berbagai kelompok dan mazhab pemikiran seperti, sufisme, ghulat, politeisme, dan pemikiran-pemikiran sesat lainnya. Mengenai kaum Sufi, Imam Askari berkata, “Ketahuilah bahwa mereka adalah para perampas jalan orang-orang mukmin dan menyeru masyarakat kepada ateisme dan pengingkar agama. Siapa saja yang berpapasan dengan mereka, maka jauhilah mereka dan jagalah agama dan imanmu dari bahaya mereka.” (Hadiqatul a-Syiah, hal.592)
Imam Askari menjalani separuh hidupnya di dalam penjara rezim Abbasiah. Meski demikian, beliau tetap teguh berjuang melawan penindasan dan tirani. Walaupun mendapat berbagai hambatan, Imam Askari menghadiahkan mutiara abadi bagi umat Islam yang senantiasa dikenang sepanjang masa. Kata-kata hikmah beliau dalam menjawab berbagai persoalan, memperjelas antara hak dan batil. Kesuksesan program dakwah Imam Askari dalam menyebarkan hakikat Islam terbukti melalui berbagai forum dan diskusi ilmiah serta pengajaran dan pendidikan kepada murid-muridnya.
Salah satu mahakarya Imam Askari adalah mendidik murid-murid terkemuka. Mereka adalah para pemikir dan rujukan ilmu pengetahuan di tengah masyarakat dalam menyelesaikan berbagai persoalan agama dan sosial. Salah seorang murid terkemuka Imam Askari adalah Abu al-Hassan Ali bin Hussein Qummi. Beliau mendapat pengajaran langsung dari Imam di bidang fikih dan hadis serta cabang ilmu agama lainnya. Kebanyakan pengajaran Imam Askari kepada Hussein Qummi dilakukan melalui surat. Salah satu surat tersebut adalah penjelasan Imam Askari mengenai putranya, Imam Mahdi dan kabar kegaiban serta kebangkitan beliau sebagai penyelamat umat manusia.
Selain mendidik para murid dan menyemangati para penulis, Imam Askari sendiri juga menulis beberapa buku dan surat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pelurusan akidah. Di antara karya Imam Askari adalah sebuah tafsir al-Quran, dua buah buku tentang fikih dan risalah terkait halal-haram, serta sejumlah surat yang memuat berbagai cabang ilmu. Pada masa beliau, masyarakat Syiah terkonsentrasi di sejumlah kota dan daerah seperti, Kufah, Baghdad, Neishabur, Qom, Yaman, Rei, Azerbaijan, dan Samarra. Demi menyebarluaskan budaya Syiah dan ilmu pengetahuan, Imam Askari menulis sejumlah surat yang ditujukan kepada wakil-wakilnya di kota tersebut.
Salah satu contohnya adalah surat Imam Askari kepada Ishaq bin Ismail Neishaburi. Di surat ini, Imam menjawab pertanyaan Ishaq terkait sejumlah kewajiban seorang Muslim. Imam berkata, “Sesungguhnya Allah menetapkan kewajiban kepada kalian dengan rahmat-Nya dan bukannya karena kebutuhan-Nya kepada kalian. Kewajiban ini ditetapkan karena kecintaan-Nya kepada kalian supaya keburukan terpisah dari kebaikan. Oleh karena itu, Allah menetapkan kewajiban haji, umrah, shalat, zakat, puasa serta patuh kepada pemimpin kalian. Untuk memahami kewajiban ini, Allah membuka pintu lebar-lebar dan memberikan kalian kuncinya. Jika tidak ada Rasul dan Ahlul Baitnya, kalian pasti tersesat dan tidak akan memahami satu pun dari kewajiban tersebut. Apakah ada jalan lain untuk memasuki kota selain gerbangnya? Oleh sebab itu, Allah telah berlaku baik kepada kalian dengan menetapkan para Imam sesudah Rasul.” (Pars Today)