ICC Jakarta – Dzulhijjah, bulan penuh perkah. Di awal bulannya terdapat Yaumul Mahabbah atau Hari Kasih Sayang. Hari di saat terjadinya pernikahan suci Amirul Mukmikin Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidatunnisa il alamin, Fatimah Az Zahra a.s.
Pada momen indah ini, DPW Ahlulbait Indonesia (ABI) DKI Jakarta, menyelenggarakan Halal Bi Halal sekaligus memperingati Yaumul Mahabbah di Islamic Cultural Center Jakarta (ICC), Kamis malam, 24 Agustus 2017. Acara dibuka pukul 8 malam dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai wujud cinta pada negeri.
Dalam sambutannya, Ketua DPW ABI DKI Jakarta, Ust. Hasyim Adnan, M.A., berpesan, dengan mengambil keberkahan hari cinta kasih ini diharapkan terjalin ukhuwah yang lebih baik di antara sesama.
Pada acara bertema “Merawat Ukhuwah dalam Bingkai Cinta NKRI melalui Keteladanan Ahlulbait a.s.” Ust. Hasyim Adnan juga menyampaikan, adanya perbedaan pandangan politik adalah pertanda berdemokrasi yang sehat dan baik. Boleh jadi juga adanya perbedaan pendapat secara ilmiah, pertanda telah mengalami kedewasaan berfikir.
“Karena itu janganlah perbedaan-perbedaan ini bertujuan untuk saling melemahkan. Sebaliknya, sebagai khazanah intelektual kita; dengan keberkahan hari Yaumul Mahabbah ini, kita jadikan sebagai jalinan cinta kasih, persaudaraan, seagama, sebangsa, dan se-Tanah Air, untuk menjaga keutuhan negeri yang kita cintai ini,” papar Ust. Hasyim.
“Tanda cinta kita kepada Tanah Air kita buktikan dengan menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI,” pungkasnya.
Sementara itu, mewakili DPP ABI, Ust. Ahmad Hidayat menyampaikan bahwa momen pertemuan ini adalah dalam rangka menumbuhkan cinta. “Kita yakin betul bahwa agama yang dibawa nabi kita Muhammad saw adalah agama yang mengajarkan cinta kasih. Agama yang mengajarkan kepada kita untuk saling memberi peluang. Saling memberi penghargaan. Saling memberi harapan. Dan saling mendorong menjadi manusia-manusia terbaik di sisi Allah swt,” ucapnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa peristiwa Yaumul Mahabbah yang terjadi bertepatan dengan 1 Dzulhijjah, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, dan Sayyidah Fatimah Az Zahra a.s., dipertemukan Allah swt dalam mahligai bahtera cinta yang paling indah. Hal itu mencerminkan bahwa agama ini memang harus berlanjut melalui keturunan suci nabi Muhammad saw dan hanya bisa eksis apabila orang-orang yang mengaku pecinta dan pengikutnya juga mengamalkan ajaran cinta yang tumbuh bersemai dari rumah cinta Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra a.s.
Pada momen yang baik ini, Ust. Ahmad Hidayat memberikan dua catatan penting:
“Pertama, hari-hari ini apalagi menjelang pemilu 2019, sangat dekat dengan suasana fitnah di negeri kita. Sebagai masyarakat pecinta Ahlul Bait, kita saksikan dalam banyak riwayat Nabi Muhammad saw dan para Imam Maksumin a.s. bahwa tidak ada satupun keluar dari mulut-mulut suci mereka kata-kata mencela. Tidak ada ajaran untuk mencela antara satu sama lain betapapun terjadi perbedaan antara sesama manusia.
Karena itu pilihan yang dipilih oleh Ahlulbait Indonesia sepanjang berdirinya dari 2010, atau 7 tahun sekarang ini, tidak pernah menyatakan berpihak kepada satu partai, kepada satu kelompok manapun, kecuali hanya berpihak kepada kebenaran. Itulah pilihan politik yang dipilih Ahlulbait Indonesia, sebagai ormas yang terdaftar di negara ini. Semua itu tidak lain karena ingin membangun keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dengan pilihan-pilihan politik yang berbeda.
Ahlulbait Indonesia memandang tidak ingin ikut dalam arus yang mungkinkan menciptakan fitnah di antara sesama anak bangsa, apalagi kalau itu terjadi di antara sesama pecinta Ahlul Bait. Musibah besar kalau itu terjadi di antara sesama pengikut Ahlul Bait!
Karena itu pilihan halal bi halal malam ini kita harapkan menjadi momentum agar kita menjadi dewasa dan pandai dalam menempatkan situasi. Di saat yang sama, juga bisa memberikan kontribusi untuk terpilihnya pemimpin-pemimpin bangsa yang terbaik, yang bisa mengantar negeri ini pada kehidupan yang lebih, mulia, dan bermartabat.
Kedua, pilihan halal bi halal yang bertepatan dengan Yaumul Mahabbah dipilih oleh DPW ABI DKI Jakarta juga dalam rangka melakukan konsolidasi. Konsolidasi secara internal bagi masyarakat Ahlul Bait di Jakarta, sebagai barometer kehidupan beragama ataupun kehidupan bermadzhab, dalam dunia Ahlul Bait di seluruh Indonesia ini.
Saya jalan dari Aceh sampai Papua. Saya menyaksikan ada harapan dari masyarakat Ahlul Bait di seluruh Indonesia ingin melihat bahwa di Jakarta, masyarakat Syiah Jakarta, berada dan menciptakan suasana yang kondusif, untuk melakukan konsolidasi dalam rangka memberikan kontribusi yang terbaik bagi bangsa dan negara yang kita cintai ini.
Kita orang syiah. Tapi darah kita, diri kita, jiwa kita, hidup kita, dan mati kita ada di negeri ini. Dan karena itu kita wajib memberikan kontribusi kita yang terbaik untuk bangsa dan negara kita, di tengah-tengah kita dalam keadaan dipersekusi, dalam keadaan kita difitnah, dalam keadaan kita dituduh, dan dalam keadaan dianggap sebagai barang impor yang datang ke negeri kita ini.
Kita ingin mengatakan bahwa Indonesia sesungguhnya adalah bagian integral dari masyarakat Syiah yang ada di Indonesia. Bukan barang impor. Kita adalah barang asli yang tumbuh bersamaan dengan hadirnya agama Islam di negeri yang kita cintai ini. Di saat itulah kita diminta memberikan kontribusi. Dan kontribusi hanya bisa kita berikan kalau kita bersatu. Kalau kita kuat. Kalau kita kokoh. Kalau kita bersama-sama bergandengan tangan untuk menunjukkan kepada masyarakat di negeri kita ini. Kita tunjukkan bahwa inilah profile masyarakat Islam yang mencintai Rasulullah dan Keluarga Rasulullah. Yang damai. Yang sejuk. Yang mengajarkan cinta kasih di tengah-tengah perbedaan yang memang modal sosial bangsa kita adalah plural. Karena itu siapa saja yang menolak pluralitas sesungguhnya menolak eksistensi NKRI.” Pungkas Ust. Ahmad.
Sambutan juga disampaikan oleh Dr. Abdul Majid Hakim Ilahiy selaku Direktur ICC Jakarta. Sementara itu, ceramah inti disampaikan Ust. Muhammad Rusli Malik hingga acara selesai pukul 10 malam. (M/Z)