ICC Jakarta – Pimpinan pemuda lintas agama terdiri dari Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Matla’ul Anwar, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Kristen Indonesia, Pengurus Pusat Pemuda Katolik, dan Pengurus Pusat Pemuda Buddis Indonesia, Komite Nasional Indonesia dan Pemuda Pancasila menyerukan jaga konsensus nasional. Apalagi hal tersebut sudah dilakukan pendiri bangsa puluhan tahun silam. Konsensus itu adalah Pancasila sebagai ideologi negara, UUD 45 dan NKRI serta keberagaman sebagai bagian dari hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pimpinan organisasi pemuda meyakini, jika tidak dijaga konsensus tersebut akan mendapat berbagai ancaman yang akan memecah belah bangsa Indonesia. Hal itu mengemuka saat dilakukan pertemuan yang berlangsung berlangsung di kantor PP GP Ansor di Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (22/5) malam.
Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan kerusuhan yang terjadi di Bawaslu bukanlah ancaman yang besar bagi pemuda lintas agama di Indonesia. Jumlahnya tidak mewakili bangsa Indonesia secara keseluruhan sehingga cukup menyerukan ajakan yang meredam tidak perlu turun ke kerumunan massa aksi. “Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh semua pemuda di Indonesia dan ini adalah ancaman terbesar bangsa Indonesia,” kata Gus Yaqut.
Pertama, masih adanya kelompok masyarakat yang menolak konsensus nasional yang merupakan bagian dari ideologi negara. “Mereka tidak sepakat dengan Pancasila, dengan UUD 45 dan NKRI, konsensus nasional adalah kesepakatan kita semua,” tuturnya. Bukan Indonesia, lanjut Gus Yaqut, jika tidak ada Hindu, Budha, Islam, Katolik, dan Kristen, lanjutnya.
Kemudian, ancaman kedua adalah masih adanya kelompok yang merasa paling benar. “Mereka kerap mengklaim sebagai kelompok paling islami dan paling berkuasa,” tegasnya. “Agama ya mereka, yang tidak sesuai dengan mereka ya bukan, lakumu jika tidak sesuai dengan lakuku ya bukan Islam,” ucapnya. Untuk itu dirinya mengajak semua pimpinan organisasi pemuda melakukan gerakan yang jelas jangan hanya memberikan sikap melalui pidato. “Turun ke lapangan mengajak kelompok yang sesat tersebut,” ajaknya.
Dan ancaman ketiga menurut Gus Yaqut adalah kelompok mayoritas yang diam. “Jika anak bangsa yang menerima konsensus dengan jumlah mayoritas diam, tidak berbuat untuk mengusir kelompok yang minoritas yang menentang Pancasila, maka dampaknya mengkhawatirkan untuk Indonesa ke depan,” tandasnya.
Hadir pada pertemuan tersebut, Sekretaris PP GP Ansor, Abdul Rochman, Ketua KNPI, Noor Fajriensyah, Sekretaris Jendral KNPI, Addin Jauharudin, Sekjend Pemuda Pancasila, Arif Rahman, Ketua Pimpinan Gerakan Matla’ul Anwar, Ahmad Nawawi Arsyad.
Juga tampak perwakilan pemuda Katolik, pemuda Budha dan perwakilan pemuda Kristen, serta 700an kader Ansor-Banser dari berbagai daerah. [NU]