ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Puasa Senin Kamis Menurut Pandangan Ahlul Bait

by admin
July 10, 2018
in Fikih
0 0
Share on FacebookShare on Twitter
ICC Jakarta – Selain pada hari-hari: Idul Fitri, Idul Qurban dimana diharamkan berpuasa pada hari-hari itu, maka berdasarkan ketentuan umumnya, puasa pada hari-hari lain adalah mustahab. Tentu saja terdapat anjuran untuk berpuasa mustahab pada hari-hari tertentu.
Dalam hal ini, terdapat riwayat-riwayat untuk berpuasa mustahab pada hari Senin dan Kamis pada bulan Sya’ban. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Allah Swt akan mengabulkan hajat-hajat orang yang berpuasa pada hari Senin dan Kamis pada bulan Sya’ban, 20 hajat dari hajat-hajat di dunia dan 20 hajat dari hajat-hajatnya di akhirat.”[1]
Terdapat juga riwayat-riwayat lain tentang dianjurkannya puasa pada hari Senin dan Kamis.[2]
Namun terkait dengan puasa mustahab pada hari Senin dan Kamis selama satu tahun terdapat perbedaan pendapat.
Ahlussunah berkeyakinan tentang puasa mustahab pada hari Senin dan Kamis dengan menyandarkan riwayat pada Nabi Muhammad Saw bahwa beliau berpuasa pada hari-hari Senin dan Kamis.[3] Nabi Muhammad Saw bersabda, “Pada dua hari ini: Senin dan Kamis amalan manusia akan disetor kepada Allah Swt dan aku suka jika hari dimana amalan ini disetor, aku sedang berpuasa.[4]
Fukaha Ahlussunah berdasarkan hadis yang ada dalam literatur-literatur mereka, memberikan fatwa terhadap kemustahaban puasa secara mutlak pada setiap hari Senin dan Kamis.[5] Beberapa fukaha Syiah juga menggunakan riwayat ini sebagai dalil untuk menyatakan bahwa puasa hari Senin dan Kamis itu mustahab.[6]
Terdapat riwayat dari Imam Shadiq As yang menegaskan bahwa kejadian ini untuk jangka waktu yang terbatas.
Nabi Muhammad Saw selalu berpuasa sehingga sebagian orang berkata, beliau selalu berpuasa. Kemudian beliau berpuasa selang sehari, lalu untuk beberapa lama berpuasa pada hari Senin dan Kamis setiap pekannya. Kemudian beliau kembali ke cara sebelumnya dan setiap bulannya, beliau berpuasa selama tiga hari yaitu pada hari Kamis pertama setiap bulannya, hari Rabu pada pertengahannya dan hari Kamis terakhir pada setiap bulannya.[7]
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa riwayat tentang berpuasanya Nabi pada hari Senin dan Kamis dijadikan dalil bagi sebagian fuqaha Syiah untuk  menfatwakan puasa mustahab pada hari Senin dan Kamis.[8] Namun meskipun begitu, riwayat ini tidak dapat dijadikan dalil bagi mustahabnya puasa pada hari Senin dan Kamis.
Pertama: Boleh jadi riwayat yang berasal dari Imam Ja’far ini merupakan riwayat yang mengandung unsur taqiyah.[9]
Kedua, bahkan jika dalam masa Nabi, beliau berpuasa pada hari Senin dan Kamis, namun pada masa-masa selanjutnya cara ini telah diangkat/ditiadakan. Oleh itu, tidak dapat dijadikan dalil bagi kemustahaban puasa pada hari Senin dan Kamis pada masa-masa selanjutnya.[10]
Selain riwayat yang telah disebutkan, terdapat pula riwayat-riwayat lain yang sekiranya layak untuk diperhatikan:
Zuhra pergi ke hadapan Imam Sajad As. Imam bertanya, ‘Dari mana Anda?’ Aku menjawab: ‘Dari masjid.’ Imam: ‘Mereka membicarakan tentang hal-hal apa saja?’ Aku menjawab: ‘Tentang puasa, kemudian aku dan sahabat-sahabatku semuanya berkesimpulan bahwa tidak ada puasa wajib selain puasa pada bulan Ramadhan.’ Imam bersabda: ‘Wahai Zuhra! Tidaklah begitu. Kita memiliki 40 macam puasa dimana 10 darinya seperti puasa bulan Ramadhan, yaitu wajib. 10 macam puasa haram, dan 14 macam puasa: boleh berpuasa dan boleh berbuka seperti pada hari-hari: Jumat, Kamis, Senin, hari-hari baidh (hari-hari ke 13, 14 dan 15 dalam setiap bulannya) dan (seterusnya)….”[11]
Nampaknya riwayat ini menerangkan tentang mubahnya puasa pada kedua hari itu, yaitu dengan menempatkan kedua hari itu di samping hari-hari lain yang diyakini secara penuh kemustahabannya. Kemungkinan ini diperkuat bahwa puasa pada kedua hari itu juga mustahab. Berdasarkan dalil ini, sebagian fukaha menggunakan dalil ini bagi kemustahaban puasa pada kedua hari itu.[12]
Ja’far bin Isa menukil dari Imam Ridha tentang puasa hari Asyura. Beliau bersabda: Anda menanyakan tentang puasa yang dilakukan oleh anaknya Marjanah? (Kemudian Imam mengisyaratkan terhadap puasa hari Senin dan bersabda): “Hari Senin adalah hari naas karena hari itu merupakan hari dicabutnya nyawa Nabi oleh Allah Swt. Pada hari Senin, keluarga Muhamad ditimpa musibah yang sangat berat. Oleh itu, kami menilai hari itu sebagai hari yang sial. Namun para musuh mengambil berkah pada hari itu. Sesiapa yang berpuasa pada kedua hari itu (Senin dan Kamis) dan mengambil berkah kepada kedua hari itu, maka Allah akan menemuinya dengan pandangan yang buruk dan ia akan dibangkitkan bersama dengan orang-orang yang menilai bahwa berpuasa pada hari Senin dan Kamis itu merupakan anjuran.”[13] Sebagian fukaha dengan bersandar kepada riwayat ini berpendapat bahwa puasa pada hari Senin adalah makruh.[14]
Pada akhirnya, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hukum makruh yang disebutkan berlawanan dengan pendapat masyhur dan kebanyakan fukaha tidak menerima hal itu.[15]
Riwayat terakhir –dengan asumsi diterima- berkaitan dengan pelaksanaan puasa jika disertai dengan niat bertabaruk. Hukum mustahab berpuasa pada kedua hari itu tidak disertai dengan dalil-dalil yang kuat. Jadi, puasa-puasa pada kedua hari itu termasuk dalam hari-hari yang dimustahabkan untuk berpuasa secara mutlak dan berpuasa pada hari-hari itu dari sisi kemutlakannya dapat dikatakan sebagai puasa mustahab. [iQuest]

[1] Sayid Ibnu Thawus, Radhi al-Din Ali, Al-Iqbāl bil A’māl Hasanah, Riset: Qayumi Isfahani, Jawad, jil. 3, hal. 301, Qum, Daftar Tablighat Islami, Cet. 1, 1415.
[2]  Muhaqiq Sabzawari, Muhammad Baqir, Dzakhirah al-Ma’ād fi Syarh al-Irsyād, jil. 2m hal. 518, Qum, Muasasah Ali al-Bayt (As), Cet. 1, 1247; Abu Bakar Baihaqi, Ahmad bin Husain, Sya’b al-Imān, Riset: Hamid, Abdul Ali Abdul Hamid, jil. 5, hal. 371, Riyadh, India, Maktabah al-Rasyd, Al-Dar al-Salafiyah, Cet. 1, 1423.
[3] Izadi, Sulaiman bin al-Asy’ats, Sunan Abi Dawud, Riset: Abdul Hamid, Muhammad Muhyiddin, jil. 2, hal. 325, Beirut, Al-Maktabah al-‘Asyariyah, tanpa tahun, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal, Riset: Syu’aib al-Arnauth, Adil Mursyid, jil. 36, hal. 72, Beirut, Muasasah al-Risalah, Cet. 1, 1421.
[4] Abu Na’im Isfahani, Ahmad bin Abdullah, Hiliyah al-Auliya wa Thabaqāt al-Asyfiyā, jil. 9, hal. 18, Mesir, Al-Sa’adah, 1394, Nasai, Ahamd bin Syu’aib bin Ali, Al-Sunan al-Kubra, Riset: Syalabi, Hasan Abdul Mun’im. Jil. 3, hal. 177, Beirut, Muasasah Al-Risalah, Cet. 1, 1421.
[5] Tanthawi, Khalidi, Muhammad Abdul Aziz, Khasyiyah ‘ala Marāqil Falah Syarh Nur al-Aidhāh,, jil. 1, hal. 639, Beirut, Dar Kitab al-Ilmiyah, cet. 1, 1418.
[6] Musawi Amili, Muhammad bin Ali, Madārik al-Ahkām fi Syarh Syarāi’ al-Islām, jil. 6, hal. 270, Beirut, Muasasah Ali al-Bayt As, Cet. 1, hal. 1411.
[7]  Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, Al-Kāfi, Riset: Ghifari, Ali Akbar, Akhundi, Muhammad, jil. 4, hal. 90, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Cer. 4, 1497; Syaikh Shaduq, Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, Riset: Ghifari, Ali Akbar, jil. 2, hal. 81, Qum, Daftar Intisyarat Islami, Cet. 2, 1413 dengan sedikit perbedaan dengan Humairi, Abdullah bin Ja’far, Qurb al-Isnād, hal. 90, Qum, Muasasah Ali Al-Bayt As, Cet. 1, 1413.
[8]  Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf, Tadzkirah al-Fuqāha, jil. 6, hal. 199, Qum Muasasah Ali al-Bayt As, Cet. 1, tanpa tahun.
9 Majlisi, Muhammad Taqi, Raudhah al-Muttaqin fi Syarh Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Riset: Musawi, Kermani, Sayid Husain, Isytihardi, Ali Panoh, Thabathabai, Sayid Fadhlullah, jil. 3, hal. 237, Qum, Muasasah Farhanggi Islami Kusyanpur, Cet. 2, 1406.
[10]  Menukil dari Allamah Thabathabai, Husain bin Yusuf, Mukhtalaf al-Syiah fi Ahkām al-Syariah, jil. 3, hal. 505, Qum, Daftar Intisyarati Islami Cet. 2, hal. 1413.
[11] Syaikh Saduq, Al-Khishāl, Riset: Ghifari, Ali Akbar, jil. 2, hal 534, Qum, Daftar Intisyarat Islami, cet. 1, 1362; Syaikh Thusi, Tahdzib ak-Ahkām, Riset: Musawi Khurasan, Hasan, jil. 4, hal. 294, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, cet. 4, 1407.
[12]  Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf, Muntaha al-Matlab fi Tahqiq al-Madzhab, jil. 9, hal. 383, Masyhad, Majma; al-Buhuts al-Islamiyah, Cet. 1, hal. 1412.
[13] Kāfi, jil. 4, hal. 146.
[14]  Thabathabai, Hairi, Sayid Ali, Riyādh al-Masāil. Jil. 1 hal. 327, Qum, Muasasah Ali al-Bayt, Cet. 1, 1418.
[15] Majlisi Muhammad Baqir, Mir’at al-uqul fi Syarh Akhbār Ali Rasul, Riset: Rasuli, Sayid Hasyim, jil. 16, hal. 361, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Cet. 2, hal. 1404.
Tags: slide
admin

admin

Related Posts

Ahlulbait

Animasi Hukum Hukum Puasa

March 2, 2023

Dapat di saksikan lengkap di link berikut https://www.youtube.com/playlist?list=PL9TrAf0wNuNAbk8gJQX7RgKMt8SDsVb46

Fikih

Salat Id

May 11, 2021

ICC Jakarta - Salat id (bahasa Arab:صلاة العيد) adalah salat yang dikerjakan oleh kaum Muslimin pada hari raya Idul Fitri dan Idul Qurban setelah terbitnya fajar. Menurut fatwa kebanyakan fukaha Syiah, pelaksanaan salat...

Fikih

Zakat Fitrah

May 11, 2021

ICC Jakarta - Zakat fitrah (bahasa Arab: زكاة الفطرة) adalah perbuatan wajib dalam fikih Islam yang bemakna membayar harta dengan...

Fikih

Berkah dari Ibadah Haji

July 1, 2020

ICC Jakarta- Awal bulan Dzulqa’dah adalah awal Pekan Haji. Di tahun ini, Pekan Haji menjadi berbeda dibanding tahun-tahun lalu karena...

Amalan Malam Terakhir Ramadhan
Fikih

Amalan Malam Terakhir Ramadhan

May 19, 2020

ICC Jakarta - Jika perjamuan telah selesai, maka sebagai mana layaknya seorang tamu yang hendak berpamitan, maka ada adab dan...

Fikih

Signifikansi puasa dan Ramadhan dalam al-Quran dan hadis?

April 30, 2020

ICC Jakarta - Allah Swt, dalam al-Quran mengenai bulan Ramadhan berfirman bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan...

Next Post

Pilihan Nabi Adam as Terhadap Akal

Perintah Berfikir dalam Beragama

Hakekat Iman Menurut Imam Ali as

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist