ICC Jakarta – Tirai malam adalah busana dan pakaian untuk bumi! Seluruh makhluk hidup yang hidup di atasnya terkondisi untuk menghentikan segala aktivitas kesehariannya yang melelahkan di malam hari. Suasana gelap bagi manusia dapat mendatangkan ketenangan, kedamaian dan istirahat, sehingga rongga-rongga badan dapat dilonggarkan dan jiwa yang lelah dapat kembali normal, lantaran tidur yang tenang hanya akan dapat diperoleh dengan suasana gelap.
Terlepas dari itu, dengan terbentangnya tirai malam, cahaya matahari akan sirna dimana apabila matahari memancarkan sinarnya secara terus-menerus maka hal itu akan membakar seluruh tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan, dan bumi bukan lagi tempat yang aman dan nyaman untuk melangsungkan hidup!Gelapnya malam meski merupakan gelaran tirai hitam dan hanya kegelapan dan kelegaman sehingga tidak ada yang lain yang ditawarkannya, makhluk-makhluk hidup yang banyak berurusan dengan cahaya harus berhenti beraktivitas laksana orang-orang mati yang diam dan tidak bergerak, namun dalam hati orang-orang yang tahu dan para wali Allah terdapat sebuah dian yang menyala yang menerangi lembaran hati dan apa yang tidak dapat dilihat dengan cahaya indra, ia melihatnya dengan cahaya makrifat dan pelita batin seolah sinar ultra yang memancar dari hati mereka yang bergelimang cahaya melintasi benda-benda dan indra-indra. Cahaya ini, bertitik tolak dari ibadah malam dan munajat cinta, tulus dan pada akhirnya rajutan kuat yang bertalian dengan Kesempurnaan Mutlak dan Keindahan Absolut dan setiap saatnya memberikan emanasi cahaya dan makrifat.
Atas dasar itu al-Quran dengan bersandar pada persoalan ini menyatakan:
قُلْ أَرَأَیْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللهُ عَلَیْکُمُ النَّهارَ سَرْمَداً إِلى یَوْمِ الْقِیامَةِ مَنْ إِلٰهٌ غَیْرُ اللهِ یَأْتیکُمْ بِلَیْلٍ تَسْکُنُونَ فیهِ أَفَلا تُبْصِرُونَ
“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?’ (Qs al-Qashash [28]:72)
Kemudian melanjutkan:
وَ مِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَکُمُ اللَّیْلَ وَ النَّهارَ لِتَسْکُنُوا فیهِ وَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَ لَعَلَّکُمْ تَشْکُرُونَ
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Harap diketahui bahwa dalam al-Quran malam disebutkan dalam bentuk sumpah sebanyak tujuh puluh kali! Dan kita tahu sumpah hanya dinyatakan dengan urusan-urusan penting. Hal ini menunjukkan penting dan signifikannya tirai gelap malam.
Di tempat lain, Allah Swt bersumpah dengan malam, «و اللیل اذا سجی». Saja derivatnya dari kata suju (dengan wazan surud dan berwazan ghuluw). Saja aslinya bermakna tenang dan damai, dan juga bermakna menutupi dan menjadi gelap. Namun di sini lebih mengarah pada makna aslinya yaitu tenang, hening dan damai. Karena itu, malam yang tidak ada angin berhembus disebut sebagai lailah sajiyah (malam hening) demikian juga lautan yang tidak ada angin puting beliung dan gelombang dinamakan bahr saj (laut tenang) (Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukarram, Lisān al-‘Arab, jld. 14, hlm. 371)
Tengah malam atau dini hari merupakan sebaik-baik waktu untuk bermunajat dan menyampaikan hajat ke hadirat Allah Swt, ibadah dan perbaikan diri serta penggemblengan jiwa, sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran, “
«وَ بِالْأَسْحارِ هُمْ یَسْتَغْفِرُونَ»
“Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”
Ayat-ayat surah al-Muzammil membahas tentang ibadah di malam hari dan ajaran-ajaran spiritual atas bacaan al-Quran di akhir-akhir malam. Pada hakikatnya ayat-ayat ini menjelaskan sebuah dalil atas apa yang disebutkan apda ayat-ayat sebelumnya. “Sesungguhnya perintah untuk bangun (beribadah dan belajar) di waktu malam itu adalah lebih kokoh dan lebih istikamah.” (Qs. al-Muzammil [73]:6)
Ayat ini merupakan ayat-ayat yang dengan ungkapan-ungkapan penuh kandungan merupakan ayat yang paling jelas membicarakan tentang ibadah dan munajat pada malam hari, di saat-saat hening dan malam sepi lebih kondusif, demikian juga pengaruhnya dalam proses tazkiyatun nafs, penggembelengan ruh dan jiwa manusia, serta menunjukkan bahwa ruh manusia pada waktu-waktu seperti itu lebih siap untuk berdoa, bermunajat, berdzikir dan berpikir. []