ICC Jakarta- Imam Ali As lahir di Ka’bah pada 23 tahun 40 sebelum Hijriyyah. Ia adalah orang yang pertama beriman kepada Rasulullah Saw. Selama menjadi khalifah, ia dikenal dengan ketegasannya yang luar biasa ketika berurusan dengan kas negara.
Pada hari-hari pertama pemerintahannya tidak setuju dengan pembagian baitul mal berdasarkan tradisi keliru yang ditempuh oleh para khalifah sebelumnya di mana pembagian baitul mal itu berdasarkan masa lalu seseorang pada permulaan peperangan Islam dan keadaan keimanan mereka pada masa lalu. Imam Ali bersabda, “Lakukan pembagian baitul mal secara rata dan sama, seseorang tidak lebih utama dibanding dengan orang lain. Artinya semenjak awal tidak aku temukan adanya keutaman bagi anak-anak Ismail yaitu kaum Arab Mekah dibanding dengan anak-anak Ishak. Imam Ali As memerintahkan Ammar bin Yasir dan Abul Haitam bin Tihan untuk mengelola baitul mal dan kepada mereka (Ammar bin Yasir dan Abul Haitam bin Tihan) menulis perintah bahwa antara arab dan non Arab (Ajam) dan kepada setiap kaum Muslimin dari setiap suku dan keturunan mempunyai hak yang sama dalam menerima pembagian dari baitul mal. Imam Ali As ketika menjabat khalifah memerintahkan untuk mengambil semua tanah yang diserahkan oleh Usman kepada seseorang tertentu dan mengembalikan kembali tanah itu ke baitul mal.
Imam Ali As juga sangat tegas dalam bersikap kepada keluarganya ketika berhadapan dengan kas negara. Diceriterakan bahwa ketika salah seorang putrinya meminjam kalung berlian dari juru kunci baitul mal, ketika itu pula Imam Ali melakukan pemeriksaan yang sangat ketat terhadap putrinya dan Ali bin Abi Rafi’. Dalam peristiwa lain yang berkaitan dengan cerita salah seorang penolongnya yang menginginkan bantuan keuangan dari Imam Ali As, beliau bersabda, “Harta ini bukan milikku, dan bukan pula milikmmu namun kekayaan yang diperoleh oleh kaum Muslimin melalui kemenangan dalam peperangan. Jika kamu ikut serta dalam peperangan itu, maka ada bagian untukmu sebagaimana orang lain mendapatkan harta itu, dan apabila tidak, maka tidak sepantasnya sesuatu yang diperoleh mereka diberikan kepada orang lain yang tidak berhak.
Imam Ali As dalam menegakkan ajaran-ajaran agama tidak mengenal toleransi. Oleh itu, hal ini menyebabkan sebagian kelompok tidak bersabar atasnya. Dua kisah ini menjadi bukti atasnya: Suatu hari Imam Ali As memerintahkan Qanbar untuk mencambuk seseorang. Karena Qanbar terpengaruh oleh emosinya, ia menambahkan 3 kali cambukan. Oleh itu, Imam Ali As memaksa orang itu untuk mencambuk Qanbar sebanyak tiga kal. Salah seorang konglomerat di Basrah, pada suatu malam mengundang Usman bin Hanif (Gubernur Basrah) untuk bertamu dan mengadakan pesta untuknya. Laporan pesta ini sampai ke telinga Imam Ali As. Beliau langsung menulis surat kepada Usman bin Hanif, “Wahai putra Hanif! Aku mendengar Anda diundang oleh seorang konglomerat dari Basrah dan Anda juga menerima undangannya sementara pesta yang diadakan itu penuh dengan bejana-bejana besar yang berisi makanan beraneka ragam yang disajikannya secara terus menerus. Ketahuilah! Setiap pengikut mempunyai pemimpin yang akan mengikutinya dan akan menerima cahaya pengetahuannya. Ketahuilah bahwa pemimpin kalian hanya mengenakan dua pakaian lama dan makanannya hanya mencukupkan dengan dua potong roti.”[]
Teriring rasa bersuka cita atas hari milad agung Amirul Mukminin, Ali As…. Semoga kita semua bisa meneladani peri kehidupan beliau.