Yang tersisa dari Webinar Pekan Maulid Puskabi bertema: “Nabi yang Ummi dan Kecerdasan Profetik: Konsep dan Implikasinya”
Syafin Al-Mandari
(Pemred Majalah Syiar dan Itrah)
Semula banyak pihak yang memandang bahwa topik ini tak berkelas untuk diangkat ke tingkat nasional di Indonesia. Apa pasal? Diskursus keummian dalam klaim Nabi Ummi pada diri Baginda Rasul Muhammad saaw sudah sering diperbincangkan. Namun saya yang diberi tugas mengembangkan diskursus intelektual di ICC Jakarta melihat sisi lain: konsep kecerdasan profetik. Berikut adalah catatan saya.
Diskursus Kecerdasan
Alfred Binet, seorang psikolog Prancis yang wafat pada awal Abad ke-20 mengemukakan sebuah konsep kecerdasan tertinggi yang dinamakan jenius. Orang paling pintar adalah seorang jenius.
Apa yang digunakan untuk mengukur kejeniusan? Binet merumuskannya dalam suatu hitungan psikotes bernama Intelligence Quotient (IQ); Kecerdasan Nalariah.
Seabad lebih semua negara menggunakan ukuran ini sebagai sebuah mesin penghitung kecerdasan anak. Hingga tiba suatu saat seorang pendidik dan psikolog kelahiran Pennsilvania mengemukakan pendapat baru. Sesudah membuat eksperimen dalam suatu kemah pendidikan bernama Super Camp ia mencetuskan konsep Kecerdasan Majemuk atau Kecerdasan Berganda (multiple intelligence).
Saat itulah tiba-tiba kekaguman kepada orang jenius seolah runtuh. Jenius bukan lagi sesuatu yang istimewa. Ternyata ada kecerdasan lain selain kecerdasan logic yang identik dengan IQ. Pada konsep IQ inilah bertengger kaum jenius.
Ringkasnya, Gardner dan istrinya memperkenalkan Delapan Kecerdasan yang dapat “diburu” oleh seorang anak atau seseorang. Dalam perkembangannya ini juga menjadi permakluman jika ada anak atau orang yang tak cerdas dengan IQ “jongkok” (meminjam istilah pinggiran Kota Jakarta), namun amat menonjol dalam bidang lain. Gadrner mengemukakan ada kecerdasan linguistik, logik, interpersonal, intrapersonal, musikal, visual, kinestetik, dan spasial.
Sekolah-sekolah maju di seluruh dunia sontak menggunakannya sebagai konsep pembelajaran. Anak-anak dibelajarkan dengan tipe kecerdasannya. Manajer perusahaan juga dapat menggunakan atau memodifikasi konsep ini sebagai model penilaian kinerja dan motivasi untuk para karyawan.
Pada awal Abad 21 beberapa topik kecerdasan diangkat untuk melengkapi konsep ini. Konsep-konsep itu di antaranya adalah Kecerdasan Spiritual. Ary Ginanjar berhasil “mengkapitalisasinya” dalam konsep Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Jejaknya dapat dilihat dengan adanya Menara 165 di bilangan Jl. Tahi Bonar Simatupang, Jakarta Selatan.
Kecerdasan Profetik
Pusat Kajian Peradaban Baru Islam (Puskabi) Jakarta dalam kajiannya memandang bahwa konsep kecerdasan akan terus tumbuh. Salah satunya adalah kecerdasan para Nabi alahimussalam. Problematika keummian Nabi Muhammad saw. pun tak sebatas diskursus yang membahas polemik istilah buta huruf dan semacamnya serta hikmah-hikmah ilahiah yang sudah diketahui publik melainkan pada pengembangan konsep baru kecerdasan. Untuk sementara, sebutlah sebagai kecerdasan profetik.
Kecerdasan Profetik
Salah satu implikasi keummian dapat disebut menginspirasi pengembangan model kecerdasan manusia. Mungkin setahap di atas kecerdasan spiritual jika kecerdasan yang disebut terakhir ini diartikan sebagai upaya ruhaniah manusia untuk memperoleh sebuah ilmu pengetahuan.
Dalam webinar kemarin, para pembicara mengemukakan bahwa kecerdasan Nabi Muhammad saaw. melampaui kecerdasan yang lain (tentu saja melampaui kriteria jenius dalam IQ), karena sekian hal, di antaranya:
Tindak Lanjut
Puskabi berencana akan menyelenggarakan riset lanjutan dan rangkaian webinar pada tahun-tahun mendatang untuk membincang diskursus ini lebih mendalam pada konteks akademik. Pertanyaan yang tersisa “Dapatkah model kecerdasan ini diturunkan ke level pendidikan seperti dalam rancangan materi, metode, dan strategi pembelajaran?
Mungkin banyak klaim dari kaum pesantren mengenai telah terlaksananya konsep ini di lembaganya jika dilihat dari uraian di atas. Namun, tanpa perlu terburu-buru, mesin ilmiah perlu bekerja untuk memberikan kekokohan argumen mengenai hal ini.
Wallahu a’lam
Dumtum fil-khair wal-barakati wannajah
🙏🙏🙏