Bi’tsah dalam istilah Islam adalah pengutusan seorang manusia dari sisi Allah Swt menuju manusia-manusia lain untuk diseru kepada agama Ilahi. Dalam istilah muslimin, kata bi’tsah digunakan sebagai pengutusan Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini terjadi tatkala Nabi berada di gua Hira yanh terletak di punggung gunung Nur (di sekitar Mekah) pada usia ke-40 tahun sekaligus penanda awal mula sejarah agama Islam. Menurut pendapat popular ulama Ahlulbait, peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab, 13 tahun sebelum hijrahnya Nabi saw. Di kalangan umat Muslim, peristiwa besar ini pada umumnya disebut Isra Mikraj.
Imam Sayyid Ali Khamenei menjelaskan, “Sejatinya umat manusia hari ini lebih membutuhkan pemahaman mengenai makna dan hakikat Bi’tsah.” Beliau lalu menyinggung ayat al-Quran mengenai keyakinan datangnya seorang rasul yang akan membimbing umat manusia. Hari Bitsah adalah hari raya kebangkitan untuk menghilangkan derita umat manusia. Karenanya, hari itu adalah hari raya sejati.
Imam Sayyid Ali Khamenei menilai penghambaan terhadap selain Tuhan, kezaliman dan ketidakadilan, kesenjangan sosial, serta penderitaan dan arogansi menjadi masalah yang senantiasa dihadapi umat manusia. Dengan motif buruk dan menimbulkan kerusakan, kekuatan arogan senantiasa memaksakan ambisinya kepada umat manusia.
Rahbar menilai Bitsah sebagai hari ketika manusia kembali merujuk pada fitrah Ilahi demi menyelamatkannya dari penderitaan hidup. Sebab, fitrah Ilahi merupakan penyokong kebenaran, keadilan, dan perjuangan menghadapi kezaliman. Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali bin Abi Thalib as menjelaskan penyebab diangkatnya Muhammad saw sebagai nabi Allah.
Baca 27 Rajab, Hari Bi’tsah Rasul Saw
Beliau berkata, “Allah Swt mengutus rasul-Nya yang terpilih di antara manusia, dan mengutus para nabi-Nya silih berganti agar mereka menepati janjinya kepada Tuhan, dan meminta mereka untuk tidak melupakan karunia ilahi dan senantiasa mensyukurinya, sekaligus menjadi hujah, serta membangkitkan akal mereka.”
Berkenaan dengan pernyataan Imam Ali as ini, Imam Ali Khamenei mengungkapkan, “Para nabi diutus agat manusia mengakui janji fitriah dan menepatinya; berdasarkan janji tersebut. Allah Swt meminta manusia untuk bebas, hidup dengan adil, memperbaiki kehidupannya, dan tidak menghamba kepada selain Tuhan. Artinya, manusia diminta untuk berkomitmen dengan janjinya; Nabi datang kepada manusia untuk menyampaikan risalah kepada mereka; Wahai manusia, secara fitriah, kalian telah berjanji setia kepada Tuhan, dan kami datang untuk mengingatkan kembali perjanjian itu.”
Dalam pidatonya, Imam Sayyid Ali Khamenei menjelaskan bahwa salah satu tujuan Bi’tsah Rasulullah saw adalah mengingatkan manusia atas segala karunia Allah Swt. Rahbar kemudian berkata, “Kita seringkali melupakan karunia kesehatan, nikmat berpikir, karunia akhlak mulia yang dianugerahkan Allah Swt. Para nabi mengingatkan manusia, menyampaikan seluruh hujahnya dan menyingkap hakikat untuk mereka,”.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar menyinggung kebutuhan manusia pada nilai-nilai Bi’tsah Rasulullah saw dan menilai kebodohan sebagai front yang berseberangan dengan Bi’tsah. Kebodohan, ujar Imam Sayyid Ali Khamenei, tidak hanya terbatas pada masa pengutusan Nabi Muhammad saw. Namun merupakan front yang berlanjut dan berseberangan dengan pemikiran yang telah diarahkan oleh para nabi, di mana hari ini juga muncul dalam skema dan model baru melalui pemanfaatan sains dan teknologi.
Imam Sayyid Ali Khamenei menyatakan, gerakan umat Islam di dunia untuk membentuk Republik Islam telah dimulai dan pastinya akan mencapai kemenangan; dan kebencian musuh tidak akan mampu menghalangi arus besar ini. Menurut Rahbar, tawakal kepada Allah Swt dalam kondisi sulit merupakan solusi al-Quran untuk mencapai kemenangan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam ini menilai, perlawanan terhadap arus kebodohan yang dipimpin Amerika Serikat, merupakan tugas penting umat Islam. Rahbar menuturkan, Republik Islam Iran sebagai pelopor “gerakan Bi’tsah” di jalan yang mana Imam Khomeini (ra) menjadi pemrakarsanya akan melanjutkan gerakannya, tanpa harus takut menghadapi kekuatan arogan dunia.
Rahbar menggambarkan Republik Islam sebagai kekuatan “terdepan” dalam memerangi “arus kebodohan yang dipimpin AS”. Beliau mengatakan, tugas paling penting bagi negara-negara Muslim adalah bergabung dalam kampanye ini. Menurut Imam Sayyid Ali Khamenei, gerakan zionis yang berkuasa di dunia merupakan contoh nyata dari pembangunan sistem setan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menilai, perlawanan terhadap gerakan jahat zionis sebagai akar utama dari munculnya gerakan-gerakan besar umat Islam dan bangsa Iran, serta kebangkitan Islam. Atas dasar ini, lanjut Imam Ali Khamenei, Islamofobia, Iranofobia, dan Syiahofobia menjadi kebijakan utama rezim AS, zionis, dan antek-anteknya.
Rahbar memandang kewaspadaan serta kebangkitan bangsa Iran dan bangsa-bangsa Muslim untuk menghadapi gerakan jahat kekuatan-kekuatan dunia sebagai penyebab utama kemarahan mereka. Imam Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa Republik Islam Iran diancam sanksi disebabkan penentangannya terhadap kebijakan-kebijakan AS di kawasan. Mereka menilai Republik Islam sebagai penghalang kebijakan-kebijakan arogannya di kawasan.
Imam Sayyid Ali Khamenei lalu menegaskan, Iran tidak pernah memulai perang dan menggelar invasi militer terhadap negara manapun. Kendati begitu, negara ini telah mendeklarasikan posisinya dengan suara tegas dan akan mendeklarasikannya kembali.
Imam Sayyid Ali Khamenei menilai kewajiban dunia Islam saat ini adalah menyadarkan publik dunia mengenai hakikat Bi’tsah. Rahbar menyatakan, “Bi’tsah adalah kebangkitan untuk menyelamatkan manusia dan kemanusiaan; Bi’tsah adalah penempatan sistem yang benar dan tepat di tengah umat manusia, dan menebarkan kebaikan bagi seluruh umat manusia.” Beliau kemudian mengungkapkan bahwa ketawakalan pemimpin besar kita (Imam Khomeini) yang jalannya telah terlihat, dan kita sedang menuju ke sana, menjadi teladan bangsa Iran. Pun dengan bertawakal kepada Allah, kita akan melanjutkan jalan itu, dan umat Islam berikut kebangkitan Islam, akan menampakkan hakikat yang kian hari kian jelas terlihat. (wikishia/parstoday)