ICC Jakarta – Doa memiliki banyak pengaruh pada jiwa dan raga. Pengaruh utama doa adalah menumbuhkan cahaya harapan di hati manusia. Manusia yang berputus asa ibarat makhluk tak bernyawa. Orang yang sakit, jika ia optimis dengan kesembuhannya, maka kondisinya akan membaik, dan jika dia putus asa dan benih harapan telah sirna dari hatinya, maka tidak ada lagi harapan untuk kesembuhannya.
Laksana di medan perang, faktor utama untuk menang di medan tempur adalah harapan dan semangat, maka pasukan yang putus asa akan menjadi pecundang meskipun mereka dilengkapi dengan senjata perang paling canggih sekali pun. Orang yang rajin berdoa dan bersandar pada Tuhan, berseru kepada-Nya dan menambatkan harapan kepada-Nya, maka cahaya harapan akan hidup dalam hatinya meskipun tengah dirundung banyak masalah. Seolah ia menemukan kehidupan baru, karena ia menjulurkan tangannya ke arah Dzat Yang Maha Kuasa.
Allah Swt adalah Dzat yang memiliki kekuatan mutlak serta pencipta dan pengatur semua urusan di alam semesta. Dia menciptakan apapun yang dikehendaki dalam sekejap, meskipun harus menciptakan jutaan matahari seperti matahari yang menerangi bumi kita.
Ketika seseorang membangun hubungan dengan Dzat seperti itu dan berkeluh-kesah di hadapan-Nya, bersujud di hadapan-Nya dan mencucurkan air mata atas masalah yang dihadapinya, tentu saja cahaya harapan akan menerangi lubuk hatinya.
Salah satu pengaruh doa adalah tumbuhnya ketaqwaan dalam diri manusia. Taqwa akan membuat manusia dekat dengan Tuhan dan ia menjadi bekal yang akan menyelamatkan pemiliknya di akhirat. Ketika seseorang berdoa, dia akan menyeru Tuhan dengan asma’ dan sifat-Nya, dan sifat-sifat ini akan menggetarkan batinnya sehingga ia terus mendekat kepada Tuhan. Di sini, ia merasa bahwa jika ingin doanya dikabulkan, maka ia harus bertaubat.
Doa mengajak manusia kepada taubat dan taubat akan membuatnya mengevaluasi diri dan hidupnya. Kegiatan ini perlahan akan menghidupkan cahaya taqwa dalam diri manusia. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah Swt berkata kepada Nabi Isa as, “Wahai Isa! Ketika engkau berdoa kepada-Ku, maka bersikaplah seolah-olah kamu tenggelam dan tidak ada penolong. Wahai Isa! Tundukkan hatimu hanya kepada-Ku dan di saat engkau sendirian, sering-seringlah kamu mengingat Ku. Ketahuilah bahwa Aku sangat senang dengan kekhusyukanmu. Oleh karena itu ketika engkau berdoa, bermunajatlah dengan segenap jiwamu.”
Imam Ali as dalam sebuah surat wasiat kepada putranya, Hasan bin Ali as berkata, “Dari keluasan rahmat Ilahi, mintalah sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh pihak lain selain Dia, seperti umur panjang, kesehatan, dan kelapangan rezeki. Jangan pernah berputus asa karena doa yang telat dikabulkan, sebab pemberian Allah setara dengan niat. Kadang penerimaan doa ditunda sehingga pahala si peminta bertambah banyak. Kadang engkau memohon, tapi tidak dikabulkan, karena hal yang lebih baik dari yang engkau minta akan diberikan segera atau pada waktu yang tepat.”
Imam Ali as melanjutkan, “Jadi, mintalah sesuatu yang akan menjamin keindahanmu, menjauhkan penderitaan dan kesulitan darimu, perkara dunia tidak akan abadi untukmu dan engkau juga tidak akan tinggal selamanya untuk perkara dunia.”
Perlu dicatat bahwa permintaan kepada Allah Swt harus baik dan indah serta harus datang dari hati yang tulus dan suci, karena hati yang kotor bukanlah wadah yang tepat untuk menerima anugerah dan pemberian Tuhan. []