ICC Jakarta – Terdapat pertanyaan yang mengatakan bahwa apakah tawqi’ yang ada itu adalah tulisan tangan Imam Mahdi As sendiri ataukah bukan? Sebagai jawaban, maka kita harus memperhatikan perkataan orang-orang yang telah meriwayatkan tawqi’. Mereka mengatakan bahwa sebagian tulisan dan surat-surat yang diakhiri dengan tanda tangan sang Imam As (tawqi’) tersebut adalah tulisan tangan Imam As sendiri.
Sebagai contoh adalah apa yang dikatakan oleh beberapa tokoh berikut ini;
- Syaikh Thusi menyampaikan perkataan seseorang yang pernah meriwayatkan tawqi’, “Sebagai jawaban atas surat yang mereka tulis, datanglah tawqi’ yang ditulis oleh Imam Zaman As sebagai berikut; Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Semoga Allah menjaga kita dari perbuatan keji dan dosa. Dan semoga Allah menganugerahkan keyakinan kepada kita semua. Dan semoga Allah melindungi kita dari akhir yang menyedihkan…[1].”
- Syaikh Shaduq meriwayatkan bahwa Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri mengatakan, “Kharaja tawqi’ bi khathihi na’rifuh (Keluarlah tawqi’ dengan tulisan tangan yang telah kami hafal bahwa itu adalah tulisan tangan tangan Imam Mahdi As)[2]”.
- Syaih Shaduq juga meriwayatkan bahwa Ishaq bin Ya’qub mengatakan, “Aku meminta kepada Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri untuk mengirimkan jawaban surat Imam As kepada saya atas beberapa pertanyaan yang telah aku ajukan. Kemudian, datanglah tawqi’ dengan tulisan yang ditulis oleh Imam Mahdi As sebagai berikut, “Adapun berkenaan dengan masalah yang telah engkau tanyakan tentang orang-orang yang mengingkariku, sekalipun mereka adalah sanak familiku sendiri, maka ketahuilah bahwa disisi Allah, hubungan sanak famili tidaklah berarti. Dan barang siapa yang mengingkariku, maka sungguh ia bukan dariku, dan ia berada di jalan anak Nuh. Adapun jalan yang ditempuh oleh pamanku, Ja’far dan anak-anaknya adalah jalan yang ditempuh oleh para saudara Yusuf…[3].”
Dari riwayat-riwayat tersebut, maka sebagian Ulama’ dan Ahli Hadis menjadi yakin bahwa memang terdapat beberapa tawqi’ Imam Mahdi As yang di tulis langsung olehnya.
Beberapa tawqi’ itu hanya diberikan kepada para duta khusus Imam saja, itupun hanya dalam periode keghaiban shughra. Hanya mereka yang mengetahui, apakah tulisan tangan yang ada di tawqi’ itu adalah khat dan tulisan Imam Mahdi As sendiri ataukah bukan. Bahkan utusan-utusan dari duta khusus Imam As yang tersebar di berbagai daerah pemukiman syiah, ketika ingin bertanya tentang suatu permasalahan, maka mereka terlebih dahulu harus mengirim surat kepada para duta khusus Imam As tersebut dan meminta jawaban juga dari mereka karena mereka tidak dapat berhubugan dengan Imam Mahdi As secara langsung. Apabila tidak demikian, maka apalah arti duta khusus Imam itu?.
Tentunya, keyakinan Ulama’ akan tulisan tangan yang tertera di tawqi’ tersebut adalah khat dan tulisan Imam Mahdi As, dapat dibenarkan apabila tawqi’ itu muncul pada masa keghaiban shughra. Dan tawqi’ itu pun hanya akan diberikan kepada para duta khusus Imam Mahdi As saja. Sehingga, beberapa tawqi’ yang muncul pasca masa ghaibah shughra, perlu dipertanyakan akan kebenarannya. (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
Catatan Kaki
[1]. Ibid, jil. 1, hal. 285.
[2]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ , jil. 2, hal. 160, hadis 3.
[3]. Ibid, jil. 2, hal. 160, hadis 4.