ICC Jakarta – Dalam Hadis Qudsi-Nya, Allah Swt berfirman kepada Nabi Musa as, “Wahai Musa, bersyukurlah kepadaku dengan sebenar-benarnya syukur.”
Nabi Musa menjawab, “Bagaimana aku mampu bersyukur dengan sebenar-benarnya sementara tidak ada satu syukur pun yang aku ucapkan kecuali Engkau memberi nikmat kepadaku (untuk dapat bersyukur) ?”
Kemudian Allah berfiman, “Wahai Musa, dengan keyakinanmu itu engkau telah benar-benar bersyukur kepadaku.”
Cara bersyukur yang sebenarnya bukan hanya dengan memperbanyak ucapan Alhamdulillah. Langkah pertama untuk bersyukur adalah keyakinan dalam hati. Keyakinan bahwa semua yang kita lakukan dan semua yang kita miliki adalah dari Allah Swt. Bahkan kemampuan untuk bersyukur pun adalah taufik dan hadiah dari-Nya.
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah.” (QS.an-Nahl:53)
Setelah itu barulah kita mengucap syukur dari lisan. Dan yang terpenting dari semua itu adalah menggunakan semua nikmat ini di jalan yang diridhai-Nya.
Karena wujud dari kufur nikmat yang sebenarnya adalah menggunakan kenikmatan ini untuk melanggar syariat Allah Swt.
وَاشْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS.an-Nahl:114)
Ada pula kisah lain yang menceritakan saat Nabi Musa as dipanggil Allah ke Bukit Thursina, Allah Swt bertanya kepadanya.
“Apa tanda syukurmu kepada-Ku?”
Musa as menjawab, “Aku shalat untuk-Mu, puasa untuk-Mu, kubaca Taurat untukMu, aku ibadah untuk-Mu…”
Allah Swt, “…semua itu untukmu.”
Musa as, “Lalu bagaimana cara aku bersyukur kepada-Mu?”
Allah Swt berfirman, “Turunlah dari Bukit Thursina ini, berilah makan orang yang kelaparan, berikanlah pakaian/busanailah orang yang telanjang, damaikan kaum yang bertengkar, sambung silaturahmi orang yang memutuskan hubungan silaturahmi… itulah tanda kau bersyukur kepada-Ku.” EH / Islam Indonesia