ICC Jakarta – Rakyat Republik Islam Iran telah memulai perayaan ulang tahun ke-40 Kemenangan Revolusi Islam sejak hari Jumat, 1 Februari 2019. Perayaan ini akan berlangsung hingga Senin, 11 Februari 2019.
Menandai momen penting tersebut, Parstoday mendapat kesempatan luar biasa untuk berbincang-bincang dengan Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Islam Iran Octavino Alimudin di kantor Kedutaan Besar RI di Tehran pada hari Senin, 4 Februari 2019 pukul 15:00 waktu setempat.
Percakapan yang berlangsung dengan hangat tersebut menyoroti beberapa tema penting terkait hubungan bilateral antara Indonesia dan Iran selama beberapa tahun terakhir dan juga isu Palestina yang menjadi isu penting bagi Dunia Islam dan umat Islam.
Parstoday: Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Bapak Dubes.
Waalaikum Salam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Parstoday: Saya Rohanianto dari Parstoday, salah satu bagian dari media Iran yang berbahasa Indonesia. Sebelumnya, mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Islam Iran dan juga merangkap Republik Turkmenistan Bapak Octavino Alimudin, yang telah berkenan dan memberikan kesempatan kepada saya untuk berbincang-bincang mengenai beberapa tema dalam rangka menandai peringatan hari ulang tahun Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-40. Sebagai Dubes Berkuasa Penuh RI untuk RII yang tentunya telah tiga tahun tinggal di negara ini, bagaimana Bapak melihat Iran?
Iya, terimakasih Pak Rohanianto, ini memang satu kebanggaan tersendiri bagi kami di sini dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk bisa bersama-sama Republik Islam Iran. Kita, baik segi pemerintah ataupun pelaku usaha ataupun juga dari mahasiswa, semua unsur yang ada di antara kedua negara, antara Republik Indonesia dan Republik Islam Iran, kita jadikan satu momen, khususnya dengan peringatan ke-40 tahun Revolusi Islam Iran, kita jadikan sebagai upaya untuk lebih mendorong kerja sama kedua negara.
Memang kalau dilihat sejak saya berada di Tehran pada tahun 2016, banyak sekali perubahan-perubahan yang saya rasakan. Memang tepat sekali kalau dikatakan bahwa Iran itu berada di persimpangan, baik dari segi politik, ekonomi, sosial-budaya, dan dengan luas wilayah yang begitu besar dan penduduk yang juga sangat besar, kita melihat bahwa Iran sangat memainkan peran penting di kawasan. Indonesia dengan Iran selama ini, kita tidak memiliki masalah di manapun, kita memiliki hubungan yang baik di bidang politik, di bidang ekonomi, sosial-budaya, bahkan dari aspek perdamaian dan keamanan pun juga kita bersama-sama aktif di lembaga internasional. Jadi untuk itu, hubungan yang baik selama ini, khususnya setelah dua tahun saya berada di sini, tidak ada satupun isu yang mengganggu hubungan kedua negara, sehingga ini menjadi dorongan bersama bagi kita untuk bisa kita pertahankan dan bisa kita tingkatkan.
Parstoday: Kira-kira ada satu hal yang menarik tidak Pak tentang Iran ini?
Selama dua tahun terakhir, saya sangat mencermati, pertama kali adalah prakarsa Presiden Doktor Rouhani. Yang Mulia Doktor Rouhani dalam banyak kesempatan selalu menyampaikan perlunya Islam yang moderat. Ini kita dorong. Ini sangat sesuai dengan apa yang kita cita-citakan, sehingga di awal-awal banyak sekali pertemuan-pertemuan yang intinya mengangkat tema sebagai Islam yang moderat. Ini kita lakukan bersama. Jadi, Indonesia aktif atau ingin sekali berpartisipasi, dan sudah hampir setiap tahun kita berpartisipasi dalam pertemuan di Iran, dan di sisi lain juga begitu banyak para ulama Iran yang juga berkunjung ke Indonesia.
Jadi dari aspek sosial-budaya yang sangat dekat antara kedua negara, kita mencoba mendorong, kita manfaatkan momen itu dalam banyak hal. Salah satunya yang bisa kita lihat adalah dari aspek lingkungan hidup. Bagaimana kalau saya lihat selama dua tahun terakhir, ada masa-masa bagaimana pemerintah Republik Islam Iran mengalami kesulitan untuk mengatur debit air atau menjamin ketersediaan air bersih, dan kita lihat tahun ini upaya tersebut telah membuahkan hasil. Jadi kita tidak melihat lagi adanya pembatasan-pembatasan. Jadi, semua penduduk bisa menikmati taman-taman yang ada di Tehran ini dengan baik. Ini semua tidak akan mungkin bisa berfungsi dengan baik apabila tidak ada air. Dan ke depannya kita pun juga siap membantu. Dari segi geografis, Indonesia lebih banyak terdiri dari laut, jadi air bersih bagi kita mungkin juga menjadi salah satu masalah, untuk itu kerja sama ekonomi kedua negara khususnya dalam mendorong alih teknologi bisa kita dorong juga ke depannya.
Parstoday: Selama berdirinya Republik Islam Iran yang telah berumur 40 tahun sejak Kemenangan Revolusi Islam, Iran mengalami banyak kemajuan di berbagai bidang seperti medis dan bidang lainnya, bagaimana Bapak memandang kemajuan ini?
Pada intinya adalah setelah Revolusi Islam Iran atau revolusi tahun 1979, yang kita sama-sama saksikan adalah pemerintah Republik Islam Iran dan seluruh bangsanya, ini menjadi bangsa yang mandiri. Mereka berupaya untuk berdiri di atas kaki sendiri. Mereka berupaya melakukan pembangunan untuk mendorong kesejahteraan masyarakatnya dan penduduknya, dan kita rasakan saat ini bahwa Iran termasuk salah satu negara yang boleh dikatakan lima besar dari aspek industri. Kita boleh katakan, industri nanoteknologi. Jadi, industri-industri yang mendorong industri pada skala besar, termasuk di antaranya pembangkit tenaga listrik.
Kemudian juga dari aspek kesehatan, di mana begitu banyak dokter yang dihasilkan dan Iran terkenal di dalam sel punca atau stem cells teknologi. Indonesia pun juga saat ini sedang bergerak ke arah sana. Jadi banyak sekali peneliti-peneliti kita yang belajar di Iran untuk mempelajari masalah kesehatan, bahkan kalau boleh diberikan catatan, kepala Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) Indonesia berkunjung ke Iran, kurang lebih dua tahun yang lalu, tahun 2017.
Pada tahun 2018, menteri kesehatan kedua negara juga menandatangani MoU kerja sama kesehatan. Ini akan menjadi suatu payung untuk kedua negara melakukan riset bersama. Ini di luar dari masalah bioteknologi. Atau juga kita lihat dari aspek ekonomi, di mana Iran boleh dikatakan memiliki finansial teknologi yang cukup mapan, sehingga walaupun terkena sanksi, tapi tetap transaksi perbankan di dalam negeri bisa tetap berlangsung tanpa hambatan berarti.
Parstoday: Bagaimana Bapak memandang peran media kedua negara untuk mendorong peningkatan hubungan diplomatik? Bagaimana pun juga media adalah sumber informasi dan menjadi bahan pertimbangan.
Memang peran media, di manapun termasuk antara Indonesia dan Iran ini sangat menentukan bagaimana kita melihat kondisi satu dengan yang lain. Kita melihat, sebagai contoh media di Indonesia sangat concern, sangat peduli, untuk katakanlah peristiwa-peristiwa yang berlangsung di Iran. Jadi kalau kita katakan, pada saat rakyat Iran terkena musibah, yaitu pada waktu gempa bumi di Kermanshah di antaranya, begitu berita yang muncul di Indonesia tidak hanya menanyakan kondisi warga Indonesia, tetapi juga apa yang bisa kita bantu.
Demikian pula hal yang sama ketika Indonesia mengalami tsunami baru-baru ini. Tidak kurang dari pemberitaan di media massa yang mendorong simpati yang begitu besar, tidak kurang dari Presiden Doktor Rouhani dan juga seluruh jajaran kabinet dan masyarakat Iran, mereka pun menyampaikan simpati yang sama.
Memang ketika bicara masalah demokrasi, ini merupakan satu hal yang menjadi pedang dua mata sisi. Dalam artian, media di satu sisi bisa mendorong demokrasi, namun di sisi lain juga dengan keterbukaan yang ada, akan menciptakan transparansi, sehingga tidak ada lagi yang bisa ditutupi. Indonesia memang dalam hal ini sudah mencoba menjalin berbagai kerja sama dengan Iran, dan sampai saat ini berjalan dengan baik.
Kita mengundang media atau wartawan dari Iran untuk berkunjung ke Indonesia untuk melihat bagaimana kondisi Indonesia. Pada saat penyelenggaran Asian Games atau Asian Para Games, wartawan Iran tidak hanya meliput bagaimana pertandingan yang berlangsung di Indonesia, tetapi juga bisa melihat kondisi Indonesia apa adanya. Pemerintah Iran pun juga sudah bertahun-tahun, jadi setiap tahun, pemerintah Iran mengundang wartawan Indonesia untuk langsung melihat kondisi di dalam negeri.
Sejauh ini memang kita saling menghormati. Walaupun media cetak atau media di antara kedua negara bisa melakukan berbagai liputan atau berbagai kajian, namun kita menghormati satu sama lain. Kita tidak ingin mencampuri urusan domestik. Untuk itulah, apa yang kita lakukan adalah lebih ke aspek mendorong pemahaman yang lebih baik antara kedua negara, baik itu oleh pemerintah ataupun oleh penduduk kedua negara.
Parstoday: Terkait dengan kerja sama bilateral, Bapak Presiden RI Joko Widodo pada akhir tahun 2016 berkunjung ke Iran. Dalam kunjungan tersebut, beliau mengutip pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Khamenei yang menyebutkan potensi perdagangan Indonesia dan Iran bisa mencapai 20 miliar dolar. Bagaimana pandangan Bapak menganai hal ini?
Pernyataan Presiden saat itu disampaikan dalam konteks setelah ditandatanganinya JCPOA (perjanjian nuklir), maka sanksi terhadap Iran itu sudah dikatakan tidak lagi diberlakukan. Jadi masyarakat internasional mendukung adanya kerja sama dengan Iran, dan pelaku usaha di Indonesia pun juga melihat bahwa Iran yang bisa menghasilkan begitu banyak energi –apakah itu dari segi minyak ataupun gas– bisa membantu ketahanan energi di Indonesia. Dan di sisi lain, produk-produk Indonesia pun juga masuk ke Iran. Jadi itu merupakan satu optimisme bagaimana ketika kita dalam masa-masa sulit.
Ketika Iran berada di bawah sanksi dunia internasional, neraca perdagangan kedua negara yang saat itu pernah hampir mencapai satu miliar dolar mengalami penurunan. Penurunan yang paling rendah itu kita amati pada tahun 2015 dan 2016. Pada saat itu, boleh dikatakan neraca perdagangan kita hanya mencapai kurang dari 300 juta dolar Amerika Serikat. Ini yang kemudian didorong oleh kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo pada Desember 2016.
Kita mencoba mendorong dan pada tahun 2016 itu kita melihat adanya peningkatan. Jadi pada 2016, 2017 dan kemarin 2018, di mana ini bisa disesuaikan dengan tahun Persia. Tapi selama tiga tahun terakhir, boleh dikatakan kita mengalami peningkatan setiap tahunnya dua kali lipat.
Jadi pada tahun 2018, kita bisa melihat dari bulan Januari-November, itu sudah mencapai lebih dari 700 juta dolar. Jadi harapan kita untuk bisa mencapai volume yang sama, 1 miliar dolar atau 2 miliar dolar atau bahkan 20 miliar dolar, bisa kita lakukan pada tahun-tahun mendatang.
Harapan itu tentunya harus kita kita sesuaikan dengan tantangan yang ada saat ini. Jadi, saat ini memang kondisinya mungkin bagi pemerintah Republik Islam Iran tetap menjadi negara pihak atau tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan dalam JCPOA, dan ini Indonesia sangat mendukung. Kita berharap hal ini tidak kemudian membuat hubungan kita berkurang. Jadi hubungan ekonomi kedua negara saat ini tetap dalam tracknya. Jadi kalau kita lihat dari bulan atau dari tahun 2016 sejak kunjungan Presiden Jokowi hingga tahun 2018 kemarin, trennya memang selalu mengalami peningkatan.
Parstoday: Kira-kira apa hambatan terbesar dalam hubungan bilateral kedua negara dan apakah sudah ada langkah yang telah atau sedang dilakukan untuk mengatasinya?
Hambatan yang paling besar adalah ketika kita melakukan transaksi keuangan. Dalam hal perbankan, kita terus mendorong supaya Bank Sentral kedua negara bisa memiliki satu kerangka kerja sama, sehingga memudahkan dalam aspek regulasi transaksi perbankan kedua negara. Di sisi lain pun juga, kita berusaha mencari alternatif dalam upaya mengisi kekosongan atau menjawab hambatan yang mungkin muncul dengan adanya dinamika saat ini.
Jadi kalau kita lihat saat ini dengan sanksi yang dikenakan kembali oleh Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran, maka Indonesia pun juga terkendala. Jadi, untuk itu, kita saat ini mencoba mencari terobosan bagaimana kita bisa melindungi upaya meningkatkan kerja sama ekonomi-perdagangan kedua negara. Pada saat ini, yang kita prioritaskan adalah sembari menunggu kejelasan mengenai hubungan perbankan kedua negara, kita membuat satu payung kerja sama yang kita sebut sebagai kerja sama atau kesepakatan tarif bersama atau Preferential Tariff Agreement (PTA).
Kita berharap PTA ini bisa mengurangi hambatan-hambatan tarif yang dikenakan kedua negara terhadap produk impor mereka atau ekspor mereka ke masing-masing. Jadi kita berharap, sebagai contoh kita bisa mendapat keringanan dari ekspor minyak kelapa sawit kita ke Iran. Di sisi lain pun, Iran juga berharap mereka bisa mengekspor produk-produk pertaniannya ke Indonesia seperti kurma, tanpa hambatan berarti di Indonesia.
Jadi, kita tidak hanya mendorong penurunan tarif, tetapi juga melalui PTA ini kita melakukan komunikasi dan menentukan mana tarif-tarif yang memang menjadi kontributor terbesar dari laju perdagangan antara kedua negara. Kita ingin ke depannya, setelah kita memiliki kerangka yang jelas atau tarif, atau produk-produk yang unggulan kedua negara ini mendapat perhatian atau mendapat penurunan tafir impor, kemudian kita mendorong kerja sama dari aspek perbankan, sehingga nantinya apabila ada transaksi maka ini tidak terkendala oleh tarif atau juga oleh sanksi yang ada.
Parstoday: Selain kerja sama di bidang ekonomi dan politik, apakah ada capain lain di bidang yang lain seperti budaya, pendidikan dan lain-lain?
Kalau dilihat hubungan kedua negara dari aspek sosial dan budaya, ini sangat baik. Kita lihat tahun lalu, Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta menyelenggarakan pekan film di Plaza Indonesia, di tengah kota. Begitu banyak masyarakat Indonesia yang tertarik, karena memang dahulu pun juga kita sering melakukan pertukaran film untuk menunjukkan bagaimana keunggulan kedua negara dari aspek cinema. Dan Indonesia pun juga selama dua tahun terakhir, kita mendorong promosi budaya Indonesia. Salah satunya adalah pada tahun 2017, kita membuat satu pameran lukisan. Jadi pelukis ternama Indonesia, Jeihan membuat satu pameran di Milad Tower dan dikunjungi banyak orang.
Dari namanya pun juga kita lihat “Jahan”, “Jeihan” itu, apapun yang ada di Iran dan Indonesia ada kesamaan. Memang tidak hanya dari aspek cinema atau lukisan, tapi ke depannya ini kita melihat yang paling utama adalah hubungan pendidikan atau kerja sama pendidikan di antara kedua negara. Lebih dari 300 mahasiswa Indonesia belajar di Iran, dan mereka tidak hanya belajar dari aspek agama, tapi juga belajar dari ilmu pengetahuan lain. Ini akan menjadi satu modal bagi kita.
Indonesia pun juga saat ini sudah mulai memberikan banyak undangan atau kesempatan kepada mahasiswa Iran untuk bisa belajar di Indonesia sehingga mereka juga bisa memberi atau mendapat pemahaman yang lebih baik tentang Indonesia. Kerja sama yang sangat utama bisa lakukan saat ini adalah berkaitan dengan pariwisata. Contohnya adalah pariwisata halal.
Jadi Halal Tourism di Indonesia saat ini masuk dalam jajaran atas. Kalau dilihat di riset, bagaimana Halal Tourism di Indonesia menduduki peringkat pertama saat ini. Di sisi lain, di Iran pun, kita juga melihat kondisi sosial-budayanya sangat mendukung adanya Tourism yang bersifat islami. Jadi, ini bisa kita dorong, begitu besar hotel-hotel yang ingin melakukan kerja sama.
Tetapi di sisi lain, itu juga ada kerja sama pemuda, kerja sama untuk mendorong peran perempuan. Untuk pemuda misalnya, kita lihat adalah olahraga. Di dalam olahraga ini, kita melihat bagaimana Iran sangat unggul di olahraga-olahraga bela diri, bahkan di Indonesia pun mereka selalu mendapat peringkat pertama ketika balap sepeda di Singkarak di Sumatera Barat. Kemudian juga Indonesia di sini pun, juga hari ini sedang berlangsung kompetisi Fajr Badminton International Competition di kota Karaj.
Kita juga berharap bisa mendorong atlet-atlet Iran untuk bisa menguasai bidang olahraga badminton. Tentunya juga untuk bela diri silat, di Iran pun juga sudah menjadi satu pusat pembelajaran bela diri pencak silat di kawasan ini. Kita mendukung adanya pelatihan-pelatihan atlet-atlet Iran yang bergelut di bidang olahraga bela diri pencak silat. Yang paling utama dari keseluruhannya adalah –kalau kita amati setiap tahun– pada saat Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) atau perlombaan membaca al-Quran tingkat internasional, di mana setiap tahun event yang diadakan di Tehran selalu dihadiri oleh Indonesia.
Jadi kita ingin belajar banyak bagaimana para Qari’ Iran yang sangat bagus suaranya bisa juga kita pelajari. Kita ke depannya tidak hanya masalah olahraga atau masalah pariwisata, tapi yang paling utama adalah dari aspek hubungan antaragama yang begitu moderat, yang saat ini sudah dilakukan oleh kedua negara, di mana ini pun juga bisa kita lakukan satu kerja sama konkret.
Parstoday: Isu Palestina adalah isu yang penting bagi Iran dan Indonesia. Sebagaimana halnya Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini ra sejak awal itu selalu menegaskan dukungan kepada kemerdekaan Palestina, bahkan dalam konstitusi Iran ditegaskan dukungan kepada kemerdekaan Palestina. Bagaimana pandangan Bapak mengenail hal ini?
Antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Republik Islam Iran, kita benar-benar satu perahu. Jadi, kita memiliki satu kerangka kerja yang sama berkaitan dengan dukungan kita terhadap Palestina. Kalau dilihat sejarahnya di Indonesia, sejak pendudukan ilegal Israel terhadap Palestina, kita lihat di tahun 1960-an atau mungkin sejak tahun 1948, dengan adanya Balfour Declaration, Indonesia tidak pernah mengakui Israel.
Jadi kita konsisten sejak kita merdeka tahun 1945. Kita menentang yang namanya upaya-upaya untuk menduduki. Kita tidak ingin kemerdekaan suatu bangsa diganggu oleh bangsa lain. Dari awal kita mendukung Palestina. Kita tidak pernah melakukan kontak atau melakukan hubungan diplomatik dengan Israel. Hal ini akan sangat membantu, apalagi pemerintah Republik Islam Iran pun juga selalu konsisten. Dengan berdirinya Republik Islam Iran, maka kita memiliki satu kesamaan pandangan. Kita dalam hal dukungan terhadap Palestina ini sangat konkret.
Indonesia di tahun 2016, kita menyelenggarkaan konferensi luar biasa Organisasi Konferensi Islam di Jakarta yang membahas pendudukan al-Quds al-Sharif. Kita juga secara konsisten menentang. Ketika sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membahas situasi perdamaian dan keamanan di Timur Tengah, maka Indonesia saat ini sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB menyampaikan paling tidak ada tiga hal: pertama, kita meminta semua pihak, seluruh negara-negara di dunia ini harus mematuhi hukum internasional dan resolusi PBB; apakah itu Dewan Keamanan ataupun Majelis Umum PBB.
Jadi ini adalah yang kita mintakan agar semua orang patuh kepada hukum internasional. Pendudukan Israel terhadap Palestina itu adalah ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional. Kita inginkan ini bisa ditaati oleh semua negara di dunia ini. Kedua adalah perlu legitimasi dari penyelesaian yang disepakati saat ini. Jadi penyelesaian dengan dua negara, two-state solution. Ini yang harus kita dorong dan kita kembalikan lagi kepada jalurnya, karena dengan cara itulah kita bisa menyelesaikan konflik yang ada di Palestina.
Dan yang ketiga adalah masalah kemanusiaan. Jadi, blokade terhadap Gaza harus waktunya kita hadapi. Ini sudah sangat lama dan begitu banyak penderitaan. Masalah kemanusiaan yang muncul dari pendudukan ilegal ini membuat bangsa Palestina semakin tersungkur. Jadi kita dalam banyak hal dan tidak hanya tigal hal itu, kita juga meminta supaya semua pihak menahan diri. Kita harus kembalikan lagi ke meja perundingan. Kita harus berikan langkah konkret untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan yang ada, dan yang paling utama adalah penyelesaian politis, di mana ini harus terus dilakukan.
Jangan kemudian karena melihat mungkin karena masalah Palestina itu sudah bertahun-tahun sehingga akhirnya menjadi satu masalah yang sudah usang, kemudian kita “masukan ke bawah meja.” Tidak, ini tetap harus kita prioritaskan. Untuk itulah kita meminta Dewan Keamanan PBB memasukan isu Palestina ini sebagai isu prioritas yang harus diselesaikan. Tentunya saya yakin, pemerintah Republik Islam Iran juga mendukung posisi Indonesia. Kita berharap bisa bersama-sama membawa isu ini ke tingkat yang lebih tinggi, tidak hanya di kawasan, tetapi juga di forum multilateral.
Parstoday: Sebenarnya apa yang melatarbelakangi dukungan kuat Indonesia kepada Palestina Pak? Kita melihat bahwa Menteri Luar Negeri RI Ibu Retno Marsudi dalam sidang Keamanan PBB baru-baru ini sangat bersemangat mendukung Palestina. Beliau mendukung keanggotaan Palestina di PBB.
Kalau kita bicara konstitusi, Indonesia punya UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan perubahannya, di mana di dalam satu tujuan bernegara kita adalah kita mendorong bangsa-bangsa ini untuk merdeka. Palestina itu adalah salah satu peserta Konferensi Asia-Afrika yang diadakan pada tahun 1955. Jadi pada saat itu kita sudah mendukung Palestina. Kita undang Palestina untuk datang. Jadi Palestina hadir di Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Pertama, tahun 1945, konstitusi kita menjamin kemerdekaan setiap bangsa. Kemudian tahun 1955, 10 tahun kemudian, Palestina hadir di Konferensi Asia-Afrika. Ini kemudian bergaung, dan kita pun juga tidak hanya dengan Palestina, kita mendorong negara-negara yang hadir saat itu untuk merdeka, dan saat ini tinggal Palestina yang belum merdeka.
Untuk itulah kita memiliki ikatan sejarah yang sangat kuat. Berikutnya adalah Indonesia mayoritas Muslim dengan saudara-saudara kita, kita melihat Baitul Maqdis itu merupakan tempat suci ketiga setelah Mekah dan Madinah. Jadi bagi bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim, tujuan kita membantu saudara-saudara kita di Palestina itu juga untuk menjamin keamanan, untuk menjamin kebebasan beribadah. Siapa pun agamanya, apakah itu Islam, Kristen atau Yahudi, mereka harus bisa beribadah dengan damai di Baitul Maqdis atau di Palestina ini, atau di Jerusalem. Ini hanya bisa tercapai apabila ada perdamaian di antara pihak-pihak yang bersengketa.
Kita juga melihat selama ini banyak sekali bantuan-bantuan yang diberikan, bantuan kemanusiaan. Indonesia saat ini katakanlah membangun rumah sakit di jantung Gaza. Setiap tahun, dalam Forum UNRWA juga memberikan sumbangan kontribusi tahunan kita. Jadi ini semua harus kita lihat setelah begitu lama atau setelah begitu banyak sumber-sumber baik itu keuangan atau jerih payah kita yang kita lakukan, kita dukung Palestina, maka saat ini kita ingin mencapai hasil yang konkret. Untuk itulah kenapa Ibu Menlu Retno Marsudi di dalam sidang Dewan Keamanan PBB sangat ingin menyelesaikan masalah ini, namun juga tidak hanya sekedar masalah yang prakmatis. Yang kita inginkan adalah solusi yang memang ini bersifat jangka panjang. Jadi kita kembali lagi ke track yang selama ini kita sampaikan dan mudah-mudahan ini bisa mencapai satu kejelasan dalam waktu dekat.
Parstoday: Sebelum ditutup, barangkali Bapak ingin menyampaikan sesuatu kepada masyarakat Iran yang sedang memperingati Kemenangan Revolusi Islam yang ke-40 ataupun ke masyarakat Indoesia.
Pertama, mungkin untuk pemerintah dan seluruh warga negara dan bangsa Iran yang pada saat ini kita berada di minnggu-minggu atau dalam satuan rangkaian peringatan Revolusi tahun 1979, di mana Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 saat ini sudah mencapai umur yang ke-40. Ini merupakan satu kematangan tersendiri. Kita melihat selama 40 tahun, maka terdapat berbagai kemajuan. Untuk itu, kami dari bangsa Indonesia atau mewakili pemerintah dan masyarakat Indonesia di Iran, kami mengucapkan selamat kepada pemerintah dan rakyat Republik Islam Iran.
Kita berharap ke depannya kita jaga kebebasan atau kita jaga semua nilai-niali yang kita peroleh dengan revolusi tersebut ke masa-masa mendatang. Kita melihat bagaimana demokrasi di Iran berjalan dengan baik saat ini. Kita melihat bagaimana pemerintah bisa menjamin kesejahteraan bangsanya. Kita mendorong seluruh stakeholders dan seluruh masyarakat Iran ini untuk membantu pemerintah Iran sehingga negara ini menjadi negara yang bersatu.
Bagi Indonesia, kita punya pengalaman, ya mungkin Indonesia terakhir kali dengan adanya reformasi tahun 1998. Ini menyatukan semua segenap komponen bangsa. Ini yang harus juga mungkin dari pemerintah Republik Islam Iran dan seluruh rakyat bahwa kalau kita bersatu, siapa pun musuhnya, siapa pun yang menghambat kemajuan bangsa ini bisa kita selesaikan. Kalau kita bersatu, Insyallah bangsa akan semakin maju.
Dan bagi bangsa Indonesia, saat ini kita memasuki tahun politik. Beberapa bulan lagi kita akan memilih presiden, wakil presiden, anggota parlemen, anggota DPR dan DPRD. Kita berharap bahwa tahun politik ini kita lakukan secara damai. Demokrasi Indonesia pun juga sudah memasuki tahap yang begitu maju. Kita berharap tidak ada hal-hal yang menghambat demokrasi Indonesia sehingga suksesi ataupun juga proses demokrasi di Indonesia berjalan sesuai rencana yang kita sudah tetapkan.
Kita berharap seluruh masyarakat Indonesia bisa melaksanakan hak pilihnya pada waktunya. Di Iran nanti kita akan lakukan dengan satu kepanitiaan yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia. Kita berharap seluruh pelajar atau kelurga-keluarga dan seluruh warga negara Indonesia yang ada di Iran ini bisa ikut hadir dan memberikan hak suaranya pada saat itu.
Parstoday: Sekali lagi terimakasih yang sebesar-besarnya karena Bapak telah berkenan berbincang-bincang dengan kami dari Parstoday Indonesia, dan semoga misi yang dibawa KBRI Tehran dan juga Bapak Dubes Octavino Alimudin sukses, lancar dan sampai target yang diinginkan. Terimakasih, Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Wa’alaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuh.
Sumber: Parstoday