Pada hari pertama tahun 1404 dalam kalender matahari Iran (21 Maret 2025), Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, menyapa ribuan warga dari berbagai lapisan masyarakat.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Husainiyah Imam Khomeini, Beliau menyampaikan bahwa tradisi Iran dalam menyambut Tahun Baru melalui ibadah, munajat, dan pertemuan di tempat-tempat suci mencerminkan pandangan spiritual bangsa Iran terhadap perayaan Nowruz. Beliau menggambarkan tahun yang telah berlalu sebagai masa penuh kesabaran, ketabahan, dan bukti nyata kekuatan spiritual rakyat Iran, serta menekankan peran penting doa dan keteguhan hati untuk meraih kemenangan.
Ayatollah Sayyid Ali Khamenei menggambarkan periode saat ini, khususnya di bulan Ramadan, sebagai waktu yang didedikasikan untuk Imam Ali as. Beliau mengajak rakyat Iran dan kaum Muslim untuk menggali hikmah melalui Nahjul Balaghah, mengambil pelajaran dari Imam Ali as—sosok teragung setelah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, Beliau mengimbau para pegiat kebudayaan untuk “memfokuskan perhatian pada pendalaman serta penyebarluasan ajaran-ajaran dalam kitab agung ini.”
Beliau menggambarkan malam-malam Qadr sebagai waktu yang sangat berharga untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. “Setiap jam dari malam-malam ini setara dengan seumur hidup, dan dengan memohon perantaraan dari para Imam, disertai dengan doa umat—terutama dari generasi muda—kita memiliki kekuatan untuk mengubah takdir serta nasib seluruh bangsa,” ujarnya.
Dalam kelanjutan sambutannya, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei menanggapi ancaman Amerika Serikat terhadap Iran dengan tegas. “AS harus memahami bahwa ancaman tidak akan pernah efektif bila ditujukan kepada Iran. AS dan pihak lain juga harus memahami bahwa jika mereka berani bertindak jahat terhadap bangsa Iran, mereka akan menghadapi konsekuensi yang berat,” tambah Beliau.
Lebih jauh, Beliau mengkritik keras penafsiran politisi AS dan Eropa yang menyebut kelompok-kelompok perlawanan sebagai pasukan proxy Iran. “Mengapa kalian menyebut mereka sebagai proxy? Rakyat Yaman dan kelompok-kelompok perlawanan di kawasan memiliki motivasi batin untuk melawan Zionis, dan Republik Islam Iran tidak memerlukan proxy. Sikap kami jelas, begitu pula dengan mereka,” tegas Beliau.
Ayatollah Sayyid Ali Khamenei juga menekankan bahwa semangat perlawanan terhadap penindasan dan kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis telah mengakar kuat di kawasan. “Ketika Palestina pertama kali diduduki, Yaman merupakan salah satu negara yang menentang penjajahan tersebut; pemimpinnya pada waktu itu bahkan turut berpartisipasi dalam forum internasional untuk menolak penjajahan terhadap Palestina,” ungkap Beliau.
Beliau turut menyinggung meluasnya aksi protes yang menentang kejahatan rezim Zionis di negara-negara non-Muslim, serta respons dari pihak Barat terhadap demonstrasi yang digelar oleh masyarakat umum dan mahasiswa, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. “Pemerintahan Barat mengambil langkah seperti mengurangi dana universitas bagi mahasiswa yang mendukung aksi protes untuk Palestina. Ironisnya, tindakan tersebut justru mengungkapkan kepalsuan klaim mereka mengenai kebebasan informasi, liberalisme, dan hak asasi manusia,” tegas Beliau.
Ayatollah Sayyid Ali Khamenei menyatakan bahwa banyak bangsa di dunia telah menolak kejahatan rezim Zionis dan mengambil langkah perlawanan dengan cara-cara yang beragam. “Republik Islam Iran pun berdiri teguh melawan kekejaman Zionis serta secara konsisten mendukung para pejuang di Palestina dan Lebanon yang mempertahankan kedaulatan negara mereka,” jelas Beliau.
Beliau juga menegaskan bahwa Iran tidak pernah memulai pertikaian. “Kami tidak pernah menjadi pemicu konflik atau konfrontasi dengan siapapun. Namun, jika ada pihak yang bertindak dengan niat jahat dan menciptakan kekacauan, mereka harus siap menghadapi konsekuensi yang berat,” ujarnya.
Dalam bagian sambutannya yang lain, ketika membahas betapa besar pengorbanan para syahid dalam melawan kebatilan, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengingatkan bahwa meskipun pertempuran antara kebenaran dan kebatilan pada akhirnya akan dimenangkan oleh pejuang kebenaran, pengorbanan besar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan tersebut—sebagaimana terbukti dalam sejarah Pertahanan Suci (Perang Iran-Irak 1980–1988).
Sambil mengenang syahidnya tokoh-tokoh besar perlawanan di tahun lalu, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa hasil akhir dari keteguhan hati dan kepercayaan kepada Tuhan adalah kekalahan bagi musuh, terutama rezim Zionis yang korup, kejam, dan tercela. Beliau menekankan bahwa selama tahun penuh tantangan 1403 ASH, kekuatan spiritual, kesabaran, keberanian, dan keteguhan hati bangsa Iran telah terpampang nyata.
Sumber berita: https://www.tehrantimes.com/
Sumber gambar: http://middleeastmonitor.com/