Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, menegaskan bahwa perundingan antara Iran dan Amerika Serikat tidak boleh menjadi poros utama arah kebijakan negara. Dalam pertemuan bersama para pejabat tinggi dari tiga lembaga pemerintahan Iran—eksekutif, legislatif, dan yudikatif—pada Selasa (15/4/2025), beliau memperingatkan agar negara tidak kembali mengulangi kesalahan seperti yang terjadi dalam perjanjian nuklir JCPOA.
“Negara ini tidak boleh dikondisikan oleh perundingan. Kita telah melihat sendiri bahwa ketika segala hal dibuat tergantung pada hasil negosiasi, para investor pun enggan menanamkan modalnya,” ujar Ayatollah Khamenei. Ia merujuk pada pengalaman masa lalu ketika kesepakatan nuklir JCPOA menimbulkan ekspektasi berlebihan, namun akhirnya dikhianati oleh keluarnya Amerika Serikat secara sepihak pada tahun 2018.
Pernyataan ini disampaikan di tengah berlangsungnya babak baru perundingan tidak langsung antara Teheran dan Washington di Oman yang dimediasi oleh Menlu Oman. Meski perundingan ini disebut berlangsung “positif dan konstruktif”, Ayatollah Khamenei menegaskan bahwa bangsa Iran tetap waspada dan tidak meletakkan nasibnya di tangan pihak asing.
“Kita tidak terlalu optimis, juga tidak pesimis. Kita curiga terhadap pihak lawan, tapi kita yakin pada kemampuan kita sendiri,” tegas beliau.
Ia juga menyinggung pentingnya ketahanan nasional melalui penguatan produksi dalam negeri, pengembangan industri, serta ekspansi hubungan ekonomi dengan negara-negara tetangga dan kawasan Asia serta Afrika. “Penghapusan sanksi bukan di tangan kita. Tapi netralisasi dampaknya adalah tugas kita. Jika ini tercapai, kita akan kebal terhadap tekanan apa pun,” imbuhnya.
Respons terhadap Kekejaman Rezim Zionis
Dalam kesempatan itu, Ayatollah Khamenei juga kembali mengutuk kebiadaban rezim Zionis di Gaza yang terus menggempur rumah sakit, ambulans, jurnalis, serta membantai perempuan dan anak-anak. “Ini bukan kejahatan biasa. Ini adalah kebrutalan luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh rezim penjajah,” katanya.
Beliau menyerukan langkah koordinatif dari dunia Islam, baik dalam dimensi ekonomi, politik, maupun—jika diperlukan—operasional, sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam menghadapi kebiadaban ini. “Keadilan Ilahi pasti akan menang. Namun itu tidak berarti kita bebas dari tanggung jawab,” ujarnya.
Strategi Iran: Percaya Diri di Tengah Tekanan
Dengan pengalaman bertahun-tahun menghadapi sanksi dan tekanan maksimal dari Amerika, Iran telah mengembangkan berbagai strategi untuk mengelak, melawan, dan bertahan. Namun, Ayatollah Khamenei menegaskan bahwa perjuangan ini masih jauh dari selesai dan butuh keseriusan berkelanjutan dari seluruh elemen negara.
“Langkah awal perundingan sudah berjalan dengan baik, tapi ke depan harus dilakukan dengan sangat hati-hati,” tuturnya. Ia juga mengapresiasi aktivitas Kementerian Luar Negeri serta hubungan Presiden Iran dengan para kepala negara lainnya yang dinilai efektif dan produktif.
Iran menegaskan bahwa perundingan di Oman hanya mencakup sanksi ilegal dan program nuklir damai, tanpa mencampuri isu-isu lainnya. Namun, skeptisisme tetap menyelimuti berbagai kalangan di Iran, mengingat pengalaman pahit dikhianati oleh AS dalam perjanjian sebelumnya.
Di saat yang sama, AS tetap mempertahankan kebijakan tekanan maksimal dan tidak segan mengancam Iran dengan opsi militer. Pemerintah Iran secara konsisten menolak dialog langsung dengan Washington selama sikap permusuhan tersebut masih berlanjut.
Sumber berita: https://www.tehrantimes.com/
Sumber gambar: https://en.mehrnews.com/