Dalam suasana Idulfitri yang khidmat pada Senin (31/3), Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, memimpin pelaksanaan salat Idulfitri di Musalla (lapangan salat) Tehran yang dipadati oleh lautan jemaah. Dalam khutbah yang disampaikannya, beliau menyoroti kondisi dunia Islam dan menyampaikan sikap tegas terhadap kejahatan rezim Zionis serta peran negara-negara Barat dalam mendukung agresi tersebut. Beliau juga menegaskan kesiapan rakyat Iran dalam menghadapi segala bentuk ancaman dari luar maupun upaya provokasi dari dalam negeri.
Isi Khutbah Pertama
Dalam khutbah pertamanya, Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat Idulfitri kepada bangsa Iran dan umat Islam di seluruh dunia. Beliau juga menyampaikan ucapan selamat atas Nowruz (Tahun Baru Persia) dan 12 Farvardin—hari bersejarah saat rakyat Iran memilih sistem Republik Islam. Beliau menyebut Ramadan tahun ini sebagai bulan pertumbuhan spiritual yang dibarengi dengan kesadaran politik dan semangat keimanan yang kuat di tengah masyarakat.
Beliau menegaskan bahwa Ramadan merupakan salah satu nikmat terbesar dari Allah—sebuah kesempatan bagi hamba-hamba-Nya untuk meraih ketakwaan, mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan jiwa, dan memperbaharui kehidupan rohani. Beliau menambahkan bahwa ibadah puasa, kedekatan dengan Alquran, malam-malam Qadar, serta doa dan munajat merupakan peluang berharga untuk membentuk karakter dan memperkuat dimensi spiritual manusia.
Khutbah Kedua dan Kritik terhadap Barat dan Israel
Dalam khutbah kedua, Ayatullah Khamenei menyampaikan bahwa genosida dan pembunuhan anak-anak oleh rezim Zionis di Gaza dan Lebanon telah menjadikan bulan Ramadan penuh kepedihan bagi umat Islam. Beliau menegaskan bahwa tragedi tersebut tidak terlepas dari dukungan berkelanjutan Amerika Serikat terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh rezim penjajah Israel.
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam itu menyebut rezim Zionis sebagai agen kolonialis di kawasan. Beliau juga menolak narasi yang dilontarkan Barat, yang menuding negara-negara serta pemuda-pemuda pemberani di kawasan sebagai “kekuatan proxy” (proxy forces). Menurut beliau, satu-satunya kekuatan proxy yang sesungguhnya di kawasan ini adalah rezim korup Israel, yang selama ini melakukan genosida, agresi, dan menyulut perang atas nama kekuatan penjajah sejak era Perang Dunia.
Beliau juga menyoroti kemunafikan Barat dalam isu terorisme—yakni ketika mereka menuduh rakyat yang membela tanah airnya sebagai teroris, namun membiarkan bahkan mendukung bentuk terorisme yang terang-terangan dilakukan oleh Israel. Dalam hal ini, beliau menyinggung pembunuhan sejumlah tokoh perlawanan seperti Abu Jihad, Fathi Shaqaqi, Ahmad Yasin, dan Imad Mughniyah, serta para ilmuwan Irak, yang dibunuh oleh rezim Zionis dengan dukungan Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat, sementara dunia internasional memilih untuk bungkam.
Kecaman terhadap Para Pengklaim HAM
Ayatullah Khamenei dengan tegas mengutuk sikap diam para pengklaim hak asasi manusia atas terbunuhnya sekitar 20.000 anak Palestina dalam kurun waktu kurang dari dua tahun terakhir. Beliau menegaskan bahwa rakyat dunia, termasuk di Eropa dan Amerika, sejauh mereka memperoleh informasi tentang kejahatan-kejahatan tersebut, telah menggelar unjuk rasa melawan Israel dan Amerika Serikat. Beliau menambahkan bahwa apabila informasi yang akurat dan menyeluruh disebarluaskan secara lebih luas, maka gelombang protes akan semakin meluas dan menguat.
Penegasan Sikap Iran
Dalam penutup khutbahnya, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa rezim Zionis—yang beliau sebut sebagai kelompok kriminal dan jahat—harus dicabut dari akar-akarnya dari bumi Palestina dan kawasan sekitarnya. Dengan izin dan pertolongan Tuhan, hal ini akan terwujud. Menurut beliau, perjuangan untuk mengakhiri keberadaan entitas penjajah tersebut merupakan tanggung jawab agama, moral, dan kemanusiaan bagi seluruh umat manusia.
Beliau juga kembali menekankan konsistensi sikap Republik Islam Iran terhadap dinamika kawasan, sembari menegaskan bahwa permusuhan Amerika Serikat dan Israel terhadap Iran tetap tidak berubah.
Menanggapi ancaman terbaru dari pihak Amerika, beliau menyampaikan dua peringatan penting:
- Jika terjadi tindakan agresif dari luar—meskipun kemungkinannya kecil—pasti akan direspons dengan serangan balasan yang keras.
- Jika musuh berupaya menciptakan kekacauan di dalam negeri, sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu, maka rakyat sendiri akan memberikan respons yang tegas, sebagaimana telah dibuktikan sebelumnya.
Sumber berita: https://farsi.khamenei.ir/
Sumber gambar: https://www.democracynow.org/