ICC Jakarta – Salah satu amalan pada malam-malam Qadar adalah bertawasul dengan perantara al-Qur’an dengan meletakkan al-Qur’an di atas kepala.
Amalan meletakkan al-Qur’an di atas kepala sudah dilakukan sejak zaman para Imam As. Para imam As menyuruh pengikutnya untuk melakukan hal tersebut pada malam-malam Lailatul Qadar. Bahkan pada malam-malam selain malam Lailatul Qadr sekalipun untuk berdoa dan meminta hajat dari Allah Swt.
Bacaannya adalah sebagai berikut:
اَللّـهُمَّ بِحَقِّ هذَا الْقُرْآنِ، وَبِحَقِّ مَنْ اَرْسَلْتَهُ بِهِ، وَبِحَقِّ كُلِّ مُؤْمِن مَدَحْتَهُ فيهِ، وَبِحَقِّكَ عَلَيْهِمْ، فَلا اَحَدَ اَعْرَفُ بِحَقِّكَ مِنْكَ
“Ya Allah, demi hak Al-Quran ini, demi hak orang yang telah Engkau utus bersamanya, demi hak setiap mukminin yang telah Engkau sanjung didalamnya, dan demi hak mereka semuanya maka tiada seorang pun yang lebih mengetahui hak-Mu selain dari-Mu.”
Kemudian membaca 10 kali setiap lafadz-lafadz berikut:
- بِكَ يااَللهُ (Dengan-Mu ya Allah)
- بِمُحَمَّد (Dengan muhammad)
- بِعَليٍّ (Dengan Ali)
- بِفاطِمَةَ (Dengan Fatimah)
- بِالْحَسَنِ (Dengan Hasan)
- بِالْحُسَيْنِ (Dengan Husain)
- بِعَلِي بْنِ الْحُسَيْنِ (Dengan Ali bin Husein)
- بُمَحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ (Dengan Muhammad bin Ali)
- بِجَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّد (Dengan Ja’far bin Muhammad)
- بِمُوسَى بْنِ جَعْفَر (Dengan Musa bin Ja’far)
- بِعَلِيِّ بْنِ مُوسى (Dengan Ali bin Musa)
- بِمُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ (Dengan Muhammad bin Ali)
- بِعَلِيِّ بْنِ مُحَمَّد (Dengan Ali bin Muhammad)
- بِالْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ (Dengan Al-Hujjah)
- بِالْحُجَّةِ (Dengan Al-Hujjah)
Adapun falsafah perbuatan ini adalah karena kepala adalah simbol dari diri, akal dan kecerdasan berfikir manusia. Dengan perantaraan Al-Quran dan cahaya Al-quran, maka akal manusia menjadi kuat, sempurna, merendah, bercahaya dan lainnya. Maksudnya kita meletakan Alquran diatas kepala adalah bahwa kita meletakan Alquran sebagai inti dan pokok dari semua urusan-urusan dan seluruh kehidupan kita dengan sifat-sifat Qurani.
Meletakan seluruh urusan kepada Alquran yaitu meletakan segala hal, politik, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya berdasarkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan agama Islam.
Adapun setelah itu kita menyebut satu persatu nama-nama suci 14 maksum As, artinya kita menyatakan bahwa mereka adalah mufasir dan penjelas Al-Quran. Karena itu, kita meletakan Al-Quran di kepala dan juga itrat Nabi As. Dan kepala merupakan bagian dari tubuh yang pokok dan mulia dari manusia.