ICC Jakarta – Mencari kebenaran dan menuntut ilmu untuk mengenal kebenaran dan hakikat merupakan bagian dari fitrah dan nurani manusia. Masalah ini juga telah dikemukakan dalam al-Quran:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs al-Rum [30]:30)
Ayat ini menyatakan bahwa agama yang lurus (
al-din al-qayyim) itu adalah agama yang condong pada kebenaran dan hakikat lepas dari penyimpangan, pembelokan, khurafat dan kesesatan. Agama yang lurus ini adalah Islam yang merupakan agama suci dan murni. Keseluruhan kalimat ini memberikan makna bahwa hendaknya perhatian Anda ditujukan pada sebuah ajaran yang terlepas dari segala bentuk penyimpangan dan kesesatan. Yaitu agama hak dan mencari kebenaran telah diturunkan oleh Allah Swt dan diletakkan pada fitrah seluruh manusia.
[1]
Dalam beberapa literatur hadis terdapat beberapa riwayat yang membahas tentang pencarian kebenaran dan memotivasi manusia untuk mencari kebenaran. Dalam kesempatan ini akan dijelaskan beberapa hadis dari tuturan Imam Ali As sebagai berikut:
- “Barang siapa yang menjadikan pencarian kebenaran sebagai asas perbuatannya maka segala kesusahan akan menjadi mudah dan segala yang jauh akan menjadi dekat baginya.”[2]
- “Barang siapa yang mencari kebenaran maka ia akan pasti menemukannya meski kebenaran itu ditutupi.”[3]Artinya bilamana tujuan seseorang itu adalah mencapai kebenaran maka ia akan menemukannya meski kebenaran itu ditutup-tutupi.
- “Tiada sahabat dan teman yang paling mulia melebihi kebenaran.”[4]Artinya tuturan dan sabda ini merupakan motivasi dan dorongan supaya manusia senantiasa bersama kebenaran dan dengan melakukan perbuatan-perbuatan batil jangan sampai membuatnya jauh dari kebenaran.
- “Sesungguhnya Allah Swt telah mencahayai kebenaran dan menerangi jalan-jalannya. Karena itu kecelakaan menjadi kemestiannya atau kebahagiaan menjadi tetap baginya.”[5]
Maksud dari tuturan Imam Ali As ini adalah bahwa Allah Swt telah menampakkan dan menerangi jalan kebenaran sedemikian sehingga dengan usaha kecil saja manusia dapat sampai kepadanya. Dan tidaklah demikian apabila manusia membuat kesalahan kemudian tidak dapat sampai kepadanya sehingga ia dimaafkan. Karena itu apabila manusia tidak melangkah menuju jalan kebenaran maka kecelakaan menjadi pasti baginya dan tidak akan terpisah darinya. Dan barang siapa yang melangkah menuju jalan kebenaran maka kebahagiaan selamanya menjadi suratan nasibnya.
[6]
- “Jalan kebenaran sedemikian benderang bagi mereka yang mencarinya.”[7]Artinya Apabila seseorang mencari kebenaran maka hakikat akan menjadi terang dan akan nampak benderang baginya sedemikian tidak lagi tersisa keraguan baginya. Danbarang siapa yang tidak menemukan jalan kebenaran maka pastilah ia tidak menginginkannya dan sedang tidak mencari kebenaran. [iQuest]
[1] . Silahkan lihat, Nasir Makarim Syirazi,
Tafsir Nemune, jil. 16, hal. 418, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, 1374 S.
[2] . Abdul Wahid bin Muhammad Tamimi Amadi,
Tashnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kilam, Riset dan edit oleh Mustafa Dirayati, hal. 68, hadis 938, Daftar Tablighat, Qum, Cetakan Pertama, 1366 S.
«مَنْ جَعَلَ الْحَقَّ مَطْلَبَهُ لَانَ لَهُ الشَّدِیدُ وَ قَرُبَ عَلَیْهِ الْبَعِید»
[3] .
Tashnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kilam, hadis 940.
«مَنْ کَانَ مَقْصَدُهُ الْحَقَّ أَدْرَکَهُ وَ لَوْ کَانَ کَثِیرَ اللَّبْس»
[4].
Tashnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kilam, hadis 927.
«لَا صَاحِبَ أَعَزُّ مِنَ الْحَق»
[5] .
Tashnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kilam, hadis 930.
«إِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ قَدْ أَنَارَ سَبِیلَ الْحَقِّ وَ أَوْضَحَ طُرُقَهُ فَشِقْوَةٌ لَازِمَةٌ أَوْ سَعَادَةٌ دَائِمَة»
[6] . Muhammad Husain Agha Jamal Khunsari,
Syarh Aghâ Jamâl Khunsâri bar Ghurar al-Hikam a Durar al-Kilam, Riset dan edit oleh Jalaluddin Husaini Armawi Muhaddits, jil. 2, hal. 565, Danesygah Tehran, Cetakan Keempat, 1366 S.
[7] .
Tashnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kilam, hal. 68, hadis 935.
«قَدْ وَضَحَتْ مَحَجَّةُ الْحَقِّ لِطُلَّابِهَا»