ICC Jakarta – Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyinggung pernyataan sejumlah pihak tentang kelanjutan perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif) dengan tiga negara Eropa.
Ayatullah Khamenei menyarankan untuk tidak percaya tentang perundingan dengan tiga negara Eropa (Inggris, Perancis dan Jerman) terkait dengan kelanjutan JCPOA. Menurutnya, segala bentuk perjanjian harus ada jaminan nyata dan praktisnya, sebab, jika tidak, maka proses itu tidak bisa dilanjutkan dalam kondisi seperti itu. Hal itu disampaikan Rahbar dalam pidatonya di hadapan ribuan mahasiswa, guru dan dosen menandai Pekan Guru di Universitas Farhangian, Rabu (9/5/2018).
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyinggung pernyataan absurd dan konyol Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Selasa malam. “Orang ini, selain melakukan lebih dari 10 kebohongan yang jelas, juga mengancam rakyat Republik Islam Iran. Saya atas nama rakyat Republik Islam kepadanya mengatakan, ‘Anda sedang melakukan kekeliruan besar,'” kata Ayatullah Khamenei.
Rahbar menjelaskan, permusuhan terus menerus, mendalam, dan subversif AS bukan permusuhan terhadap saya atau para pejabat Iran, namun permusuhan terhadap Republik Islam dan rakyat yang telah memilih sistem ini dan melanjutkan jalur tersebut.
Ayatullah Khemenei lebih lanjut menyinggung dalih AS tentang kemampuan pertahanan Iran dan kehadiran negara ini di kawasan. Dia mengatakan, kami telah menerima JCPOA, tetapi permusuhan terhadap Republik Islam tidak berakhir, dan sekarang mereka melontarkan masalah kehadiran kami di kawasan dan juga isu rudal, di mana jika kami menerimanya juga, mereka akan memunculkan masalah lainnya.
“Jika Anda besok mengumumkan agar kami tidak memproduksi rudal atau membatasi jangkauannnya, masalah ini tidak akan selesai begitu saja, pasti mereka akan menyampaikan dalih lainnya, sebab, permusuhan mereka dengan kita sangat mendasar, dan AS menentang prinsip Republik Islam,” tuturnya.
Menurut Rahbar, penyebab utama permusuhan keras AS adalah kemenangan Revolusi Islam dan terbentuknya Republik Islam serta ketidakmampuan AS untuk menyentuh (menaklukkan) Iran.
“Mereka ingin menghapus Republik Islam dan mengusai Iran yang memiliki cadangan penting dan mempunyai posisi strategis,” imbuhnya.
AS, lanjut Ayatullah Khamenei, menginginkan antek-antek seperti sejumlah penguasa negara di kawasan yang hanya taat kepadanya, namun Iran memiliki martabat agung, dan mereka tidak bisa mentolerir kebesaran dan kebanggaan rakyat Iran ini.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar menyinggung sebuah surat yang beberapa hari lalu dikirim Trump kepada para penguasa di negara-negara pesisir Teluk Persia. Trump mengirim surat ke negara-negara Teluk Persia dan mengatakan dia telah menghabiskan tujuh triliun dolar di kawasan untuk mereka dan mereka harus memberi kompensasi atas dana tersebut.
Ayatullah Khamenei menuturkan, dalam surat yang diberikan kepada negara-negara itu, presiden AS memerintahkan agar mereka mengerjakan pekerjaan ini dan tidak melakukan pekerjaan itu. Mereka, lanjut Rahbar, ingin berperilaku seperti itu dengan Republik Islam, namun mereka tidak akan mampu, sebab, rakyat Iran telah mengubah kehinaan rakyat dan negara di masa Dinasti Qajar dan Pahlevi menjadi kemuliaan, martabat, kemandirian dan perlawanan, serta mempertahankan kepentingan nasionalnya.
Menurut Rahbar, perilaku buruk dan konyol dari presiden AS itu tidak terduga. Namun perilaku ini ada di era para mantan presiden AS dalam berbagai bentuk.
“Bangsa Republik Islam Iran telah berdiri teguh dan para mantan presiden itu telah mati dan tulang mereka busuk tetapi Republik Islam masih ada di sana,” pungkasnya. (Abna)