ICC Jakarta – Keberadaan khalifah di muka bumi merupakan sunnah dan hukum yang tidak pernah berubah dan tetap ada sepanjang masa. Khalifah di sini menjadi manifestasi kebenaran mutlak dan yang lebih penting, mereka memiliki hubungan istimewa dengan Allah Swt. Manusia sebagai khalifatullah di muka bumi merupakan makhluk unggul dan paling sempurna dalam mewakili dan menunjukkan kesempurnaan serta kebaikan Allah Swt.
Al-Quran telah membicarakan berbagai kaum di masa lalu dan bagaimana Allah Swt telah mengutus nabi dan khalifah di antara mereka. Sebagian kaum ini menerima seruan kebenaran para nabi dan sebagian lainnya mengingkarinya. Oleh karena itu, mereka yang menolak mendapat murka dan azab Ilahi. Kisah-kisah al-Quran ini memiliki pesan universal, yakni Allah Swt tidak akan membiarkan sebuah kaum tanpa khalifah dan wali-Nya. Ini sebuah sunnah yang pasti di sistem penciptaan. Imam Ali as di khutbah pertama Nahjul Balaghah setelah mengisyaratkan penciptaan Adam mengatakan, “Allah Swt tidak pernah membiarkan sebuah umat manusia tidak memiliki seorang nabi, kitab Samawi, dan hujjah yang jelas.”
Saat ini Imam Mahdi as juga menjadi khalifah dan hujjah Ilahi di muka bumi bagi umat manusia. Hujjah Ilahi ini dilahirkan pada Jumat 15 Sya’ban tahun 255 HQ di kota Samarra, Irak. Namanya sama dengan datuknya Nabi Muhammad Saw dan gelarnya adalah Abul Qasim. Pada tahun 260 H, seiring dengan gugurnya Imam Hasan Askari, Imam Mahdi berdasarkan sunnah Ilahi diangkat menjadi hujjah dan khalifatullah di muka bumi. Tugas mulia ini tetap berlanjut setelah lebih dari seribu tahun dari kelahiran manusia suci ini.
Kedatangan Imam Mahdi dimaksudkan untuk mengubah dunia dan memperbaiki setiap urusan serta mencabut setiap peradaban yang didasarkan pada arogansi dan penipuan. Ia akan membangun peradaban baru berdasarkan nilai-nilai Ilahi sehingga janji Allah Swt akan terealisasi serta bumi dipenuhi dengan perdamaian, persabahatan dan keadilan. Sementara itu, musuh Allah yang terus menyembunyikan kebenaran dan melanjutkan pengingkaran mereka, kali ini pun mereka berencana membunuh imam dan khalifatullah tersebut. Tapi Allah Swt menyembunyikan hujjah terakhir ini dari pandangan umat manusia dan akan keluar di waktu yang tepat untuk merealisaikan janji Ilahi.
Imam Mahdi as senantiasa mengawasi kondisi umat mukmin dan pengikutnya, sehingga peluang bagi kemunculannya terpenuhi. Kemunculan imam terakhir ini membutuhkan waktu, perkembangan akal, ilmu dan akhlak manusia serta kesiapan mereka untuk mengikuti sang hujjah Ilahi ini. Imam terakhir ini akan mengambil kekuasaan umat manusia demi membimbing mereka ke tujuan yang dimaksud. Ia memerintah berdasarkan hukum Ilahi dan keadilan mewarnai pemerintahannya.
Pemerintahan seperti ini hanya mungkin terwujud ketika masyarakat siap menerima bimbingan Ilahi. Namun ketika peluang bagi pemerintahan seperti ini tidak ada, dan masyarakat tidak siap menerima pemerintahan Ilahi seperti ini, maka kemunculan hujjah Ilahi dan penyelamat manusia tidak akan bermanfaat.
Manusia membutuhkan sebuah pemerintahan dan pemimpin di kehidupan sosial mereka untuk mempertahankan eksistensinya dan kemajuan. Manusia tunduk pada seorang pemimpin sehingga mereka mampu membangun sebuah masyarakat yang sehat, tenang dan penuh keadilan. Namun bukan saja manusia meraih impiannya ini, bahkan setiap hari mereka menyaksikan maraknya beragam kezaliman. Oleh karena itu, atmosfer politik dan keamanan dunia mulai goyah, beragam fitnah menyebar ke berbagai wilayah, wabah menular mulai marak dan dekadensi moral tak dapat dihindari.
Di kondisi seperti ini umat manusia mulai mengharapkan munculnya juru selamat yang memerintah dunia dengan penuh keadilan. Harapan dan menanti adalah peluang tepat untuk menerima kepemimpinan global Imam Mahdi as. Sikap ini harus matang dan meresap di seluruh eksistensi masyarakat manusia. Poin ini harus diperhatikan bahwa penantian bukan berarti seseorang diam dan tidak aktif, duduk dan tidak melakukan apapun, tapi menunggu sama halnya dengan optimisme dan berharap. Optimisme dan harapan di kehidupan manusia adalah faktor paling efektif untuk bergerak dan berjuang. Esensi optimisme adalah memadang masa depan dengan ceria seperti yang telah dijanjikan oleh Allah Swt di ayat-ayat al-Quran dan riwayat.
Gustave Le Bon, sejarawan Perancis mengatakan, “Pelayanan terbesar manusia adalah yang mampu menjaga manusia untuk tetap optimis.” Harapan dan penantian akan kemunculan Imam Mahdi af selain menjadi solusi bagi masa depan manusia, juga menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Manusia memiliki kekuatan yang berkelanjutan dan menyimpan energi mereka lalu menyerahkannya kepada generasi yang akan datang. Dengan cara itu mereka dapat mencegah generasi mendatang dizalimi dan musnah, sehingga mendekati hari kemunculan Imam Mahdi as.
Imam Mahdi as merupakan simbol rahmat, kekuasaan ilahi dan manifestasi keadilan ilahi. Siapa yang mendapatkan rahmat dan keutamaan ilahi ini, maka ia akan mendapatkan dirinya semakin dekat keapda Allah. Karena peran tawasul dan hubungan batin dengan Imam Mahdi as menyebabkan jiwa manusia tumbuh dan spiritualnya semakin menyempurna. Imam dan akidah kepada Imam Mahdi as mencegah manusia menyerah. Bangsa yang mengimaninya akan selalu dipenuhi rasa optimis dan akan berjuang demi keagungan Islam.
Kesejahteraan sosial merupakan hasil dari pemerintahan global Imam Mahdi as. Sepanjang sejarah umat manusia sudah banyak usaha dilakukan agar manusia dapat merasakan kesejahteraan, tapi yang terjadi justru banyak hak-hak yang terampas dan terinjak-injak. Mereka tidak pernah merealisasikan keinginan ini. Kesejahteraan sosial menjadi sarana bagi pertumbuhan dan kesempurnaan spiritual dan pemikiran manusia.
Namun seperti apa pemerintahan Imam Mahdi as yang dielu-elukan dan diharapan oleh para penantinya? Terkait pemerintahan tersebut, banyak riwayat dan ayat yang menyebutkan kriterianya. Termasuk di antaranya adalah bahwa pemerintahan Imam Mahdi as, adalah pemerintahan rakyat yang berporos pada penegakan tuntutan masyarakat tertindas dan papa di dunia.
Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, hukum-hukum syariat akan diberlakukan. Sepanjang sejarah banyak ideologi manusia yang telah terbukti ketidakefektifannya. Oleh sebab itu pada pemerintahan universal Imam Mahdi as, ketentuan dan syarat agama terakhir dan paling lengkap, Islam, akan diberlakukan.
Salah satu prinsip penting Islam adalah perluasan keadilan, di mana di dalamnya tidak ada diskriminasi dan ketimpangan. Banyak hadis yang menyebutkan keadilan dalam pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman kelak. Salah satu di antaranya adalah hadis Rasulullah Saw, “Aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian soal kemunculan Mahdi (as), ketika perselisihan dan kebimbangan masyarakat meluas, dia akan bangkit dan memenuhi bumi dengan keadilan dan kebajikan setelah dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Penghuni langit dan bumi akan meridhoi pemerintahannya dan akan membagikan kekayaan di antara masyarakat secara merata.”
Pemerataan keadilan pasti akan dibarengi dengan penafian kezaliman dan pelanggaran. Salah satu tragedi terbesar umat manusia adalah perang dan pertempuran berdarah yang destruktif. Sejak sejarah manusia di mulai, betapa banyak terjadi pertempuran besar dan kecil yang merenggut nyawa manusia. Musibah getif ini juga terjadi di era kontemporer dengan skala yang lebih luas.
Dalam meneggakan pemerintahan Ilahi, Imam Mahdi dibantu oleh pengikut-pengikut setianya. Para pengikut ini memiliki kriteria istimewa. Mereka adalah sosok yang memiliki kemampuan manajemen tinggi baik dari sisi spiritual, dan juga orang yang sempurna di zamannya. Para pemuka agama telah menjelaskan kriteria para pengikut Imam Mahdi ini. Kriteria seperti keilmuan, makrifat, iman, takwa, ibadah, penghambaan, ahli munajat merupakan sebagian sifat yang telah dijelaskan terkait pengikut Imam Mahdi. (Pars Today)