ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Kaitan Antara Iman dan Ketenangan Hati

by admin
October 3, 2017
in Maarif Islam
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Iman secara leksikal bermakna kepercayaan sebagai lawan dari pendustaan (pengingkaran). Dan secara teknikal, iman berarti pengakuan dengan lisan, ketetapan dan kepercayaan dalam hati, dan beramal dengan tindakan anggota badan. Namun “ketenangan hati” secara bahasa bermakna ketenangan dalam hati setelah kebimbangan dan kekhawatiran.

Perbedaan Iman Dan Ketenangan Hati

Terkadang manusia mungkin saja dengan perantara argumen dan demonstrasi (burhan) menyakini sesuatu, dan dengan argumen ini dapat diterima secara rasional, namun tidak memberikan ketenangan di dalam benak kita. Tetapi jika hal itu memberikan keyakinan di dalam hati maka keyakinan ini akan menyebabkan ketenangan hati dan akan menetap di hatinya.

Berkenaan dengan ini terdapat sebuah riwayat seseorang bertanya kepada Imam Ridha As, “Apakah dahulu dalam hati Ibrahim As terdapat keraguan dan kebimbangan?” Imam Ridha As menjawab, “Tidak, melainkan Ibrahim As (dalam keadaan) yakin dan meminta kepada Allah swt agar ditambah keyakinannya.”

Iman secara leksikal adalah kepercayaan lawan dari pendustaan (pengingkaran)[1]. Dan secara teknikal, iman berarti pengakuan dengan lisan, ketetapan dan kepercayaan dalam hati, dan beramal dengan tindakan anggota badan.[2] Namun “ketenangan hati” secara bahasa bermakna ketenangan di dalam hati setelah kebimbangan dan kekhawatiran.[3]

Perbedaan Iman dan Ketenangan Hati

Terkadang manusia mungkin saja dengan perantara argumen dan demonstrasi (burhan) menyakini sesuatu, dan dengan argumen ini dapat diterima secara rasional, namun tidak memberikan ketenangan di dalam hati kita. Tetapi jika hal itu memberikan keyakinan di dalam hati maka keyakinan ini akan menyebabkan ketenangan di dalam hati dan akan menetap di hatinya.

Dalam kondisi seperti ini tidak akan terdapat segala bentuk waswas dan keraguan yang muncul dalam benak, misalnya: kita semua yakin bahwa orang mati tidak dapat melakukan apa-apa dan hal ini dapat kita percayai dengan argumen dan dalil, namun hal itu tidak sampai ke dalam hati kita, oleh karena itu mungkin saja seseorang takut terhadap orang mati khususnya di malam hari. Akan tetapi ada orang orang yang pekerjaan mereka berhubungan dengan orang orang mati, mereka tidak akan memiliki ketakutan seperti ini.[4]

Oleh karena itu ketika seseorang telah sampai pada kedudukan (maqam) syuhud (penyaksian hakikat) maka hatinya akan tenang. Nabi Ibrahim As juga memiliki kesempurnaan dan kemurnian iman terkait dengan menghidupkan kembali orang orang yang sudah mati, dan tidak terdapat secercah keraguan di dalam hati, akan tetapi ia berharap sampai kepada ketenangan hati.

Berkenaan dengan ini terdapat sebuah riwayat seseorang bertanya kepada Imam Ridha As, “Apakah dahulu dalam hati Ibrahim As terdapat keraguan dan kebimbangan?” Imam Ridha As menjawab, “Tidak, melainkan Ibrahim As (dalam keadaan) yakin dan meminta kepada Allah Swt agar ditambah keyakinannya.”[5]

Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Ibrahim As memiliki keraguan kalau demikian adanya kita juga boleh memiliki keraguan dan apabila kita tidak memiliki iman dan keyakinan maka tidak akan ada cela dan aib yang dapat ditujukan kepada kita.

Disebutkan dalam sebuah riwayat:  “Seseorang mengirim surat ke Imam Musa Al-Kazim As dan mengatakan, saya dalam keadaan keraguan, sebagaimana Ibrahim As juga berkata kepada Allah Swt, “Perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Saya juga menginginkan engkau memperlihatkan sesuatu kepadaku.” Imam As menjawab dengan menulis, “Sesungguhnya Ibrahim As adalah seorang beriman dan menginginkan kadar imannya bertambah, akan tetapi engkau dalam keadaan ragu dan tidak terdapat kebaikan keraguan pada manusia.”[6]

Oleh karena itu, manusia haruslah memiliki keimanan dan keyakinan dalam permasalahan prinsip-prinsip agama (ushuluddin), dan untuk mendapatkan keimanan dan keyakinan terdapat jalan-jalan argumentasi dan demonstrasi (burhan) yang tidak lagi menyisakan keraguan bagi manusia. Dan untuk menjawab pelbagai syubhat (kesamaran) yang dijumpainya ia dapat merujuk kepada ulama agama.

Allakulihal, dengan sedikit cermat dan pendalaman terhadap ayat Al-Quran maka hal itu akan menghantarkan kita sampai kepada hakikat ini bahwa yang dapat menghilangkan kecemasan-kecemasan ruh dan jiwa adalah penguatan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Adil, dan juga keimanan terhadap hari kiamat, surga dan neraka, amal-amal ibadah seperti shalat sehingga manusia dapat sampai kepada kedudukan ini.

Ketika seorang Mukmin telah merasakan bahwa Allah Swt telah memberikan rahmat-rahim dan melindunginya, maka tidak akan ada lagi ketakutan, kecemasan, kegelisahan di dalam hatinya, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.[7]  Allah Swt pada ayat ini mengatakan: Jika kalian bersama Allah, semua kekuasaan bumi dan langit berada dalam kekuasaan ikhtiar kalian, dan Allah Swt mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan kesusahan-kesusahanmu, dan mengetahui kegigihan, ketaatan, dan penghambaanmu.

Dengan bibit-bibit keimanan kepada Ilahi seperti ini bagaimana mungkin tidak muncul ketenangan hati dalam diri manusia? Tentu saja watak dan makrifat ini akan menutup perkara-perkara yang menimbulkan kecemasan dan kebimbangan ruh pada  jiwa dan hati manusia.[iQuest]

 


[1]. Muhammad bin Mukaram Ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, jil. 13, hal. 21, Dar Shadra, Beirut, Cetakan Ketiga, 1414 H.

[2]. Kulaini, Al-Kâfi, jil. 2, hal. 27, Hadis 1, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Teheran, 1365 S, Imam Shadiq As bersabda, “Iman adalah pengakuan dengan lisan, di ikat di dalam hati, dan beramal dengan keyakinan.” Untuk  telaah lebih jauh ihwal makna iman dan perbedaannya dengan Islam dan ilmu silahkan lihat indeks “ Syarat-syarat Islam dan Iman,” Pertanyaan No. 1311 (Site: 1343) dan  “Perbedaan Iman dan Ilmu, Pertanyaan No. 5382 (Site: 5651)

[3]. Husain bin Muhammad, Raghib Isfahani, Tarjamah wa Tahqiq Mufradât Alfaz Qurân, Khusrawi, Gulam Reza, Intisyarat Murtadhawi, Teheran, Cetakan Kedua, 1375 S.

.[4] Nasir Makarim Shirazi, Tafsir Nemune, jilid 2, hlm 304, terbitan Darul kitab Al Islamiyah, Tehran, cetakan pertama, 1374 HS.

[5]. Abd Ali bin Jumah Arusi Huwaizi, Nur al–Tsaqalain, jil. 1, hal 330, terbitan Muasasah Al Tarikh Al Arabi, Bairut, cetakan pertama, 1412 H.

[6]. Ibid, jil.1, hal. 336.

[7]. (Qs. Ali Imran [3]: 139)

Tags: slide
admin

admin

Related Posts

Irfan

Nilai Tarbiyah Puasa Ramadhan dalam Perspektif Imam Khomeini

March 5, 2025

Menurut Imam Khomeini, puasa Ramadhan memiliki makna tarbiyah (pendidikan) yang mendalam. Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan...

Lailatulkadar (Malam Qadar)
Al-Quran

Lailatulkadar (Malam Qadar)

March 28, 2024

Allah Swt berfirman, إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam qadar (QS. al-Qadr : 1)....

Nikmat Surga
Al-Quran

Nikmat Surga

March 8, 2023

  Kaum mukminin akan sangat bahagia jika membaca al-Quran dan menemukan nikmat-nikmat surga atas ganjaran mereka yang diperoleh dari Allah....

Ahlulbait

Ketahuilah Keutamaan Fathimah, Jangan Hanya Namanya

December 28, 2022

Dalam tradisi Ahlulbait, ada hari-hari yang disebut sebagai Ayyamul Fathimiyah. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan kapan hari syahid Sayidah Fathimah....

Ahlulbait

Bukan Hanya karena Nasab, Fathimah Mulia karena Besar dan Agung Akhlaknya

December 28, 2022

Selain nasab dan keturunan, keutamaan akhlak adalah yang membentuk siapa seseorang tersebut. Sayidah Zahra, adalah keturunan manusia paling agung dan...

Khutbah Jumat

Perlunya Kenabian dalam Kehidupan

November 17, 2022

Manusia dengan segala kecerdasannya tidak akan mengetahui secara pastibagaimana jalan menuju Allah SWT.Ketika para Nabi diutus, mereka harus membuktikan bahwa...

Next Post

Hukum Asuransi dalam Islam

Fenomena-fenomena Keindahan dalam Pemahaman Al-Quran

Cinta Dunia Sumber Kebanyakan Masalah Sosial: Tafsir Qs al-Ahzab: 28 dan 29

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist