Sebelum Amirul Mukminin menjabat sebagai khalifah, ada pembedaan pembagian dana baitul maal. Baik dari sisi awal memeluk Islam, dari suku mana, dan seberapa kedekatannya dengan khalifah.
Namun ketika Amirul Mukminin menjabat, dihapuskan semua bentuk pembedaan pembagian harta baitul mal tersebut. Hingga beberapa sahabat protes karena keadilan yang diterapkan Imam Ali a.s. karena mereka merasa bahwa mereka adalah yang lebih awal masuk Islam, yang lebih berjasa terhadap kemajuan Islam, dan lebih dekat kekerabatan dengan Rasulullah. Namun Alli membantah bahwa kebijakan pembedaan tersebut tidak pernah berlaku di zaman Rasulullah Saw melainkan di zaman para khalifah sebelum Ali a.s. Karenanya, Imam Ali a.s. tekankan bahwa sunnah Rasul harus ditegakkan dan bukanlah sunah selainnya.
Dalam kitab Manaqib Murtadhawiyah karya al-Kasyfi Al-Hanafi Halaman 365, ditukil sebuah kisah. Suatu ketika Imam Ali a.s. kedatangan seorang sahabat yang sekakigus sepupunya, Talhah. Lalu Imam Ali a.s. mematikan lampu minyaknya saat pembicaraan berlangsung. Talhah bertanya, “mengapa Engkau matikan lampu ini?” Imam Ali menjawab, “Aku adalah Ali bin Abi Thalib. dan karena ini adalah pembicaraan yang tidak ada kaitannya dengan urusan kaum Muslimin. maka harus kumatikan.”
Kisah-kisah seperti ini, bukan karena Imam Ali a.s. ingin menunjukkan kelebihannya, namun karena memang keadilan sudah sangat melekat dengan Imam Ali a.s. Sungguh Ali akan menegakkan keadilan bahkan hingga putrinya sendiri yang menjadi pelaku ketidakadilan, maka Imam Ali tidak akan segan untuk memotong tangan putrinya.
Keadilan Imam Ali di penghujung usianya, paska terkoyak kepalanya oleh pedang beracun Abdurrahman bin Muljam, saat Imam Ali dirawat, ia selalu memesankan agar Ibnu Muljam juga diperlakukan dengan baik. Imam Ali a.s. mengatakan bahwa selama ia masih hidup, jangan perlakukan ia dengan tidak adil. Dan jika Imam ditaqdirkan masih selamat, Allah Swt lebih tahu bagaimana berlaku adil atas kejahatan Ibnu Muljam, namun jika Imam ditaqdirkan syahid, maka hukumlah Ibnu Muljam dengab adil.
Sungguh keadilan bukan hanya menjadi sifat bagi Imam Ali a.s., melainkan ia sudah menjadi karakter yang lekat dengan sosok Ali bin Abi Thalib, bahkan ia sudah menjadi representasi dari keadilan itu sendiri. Para pengikut (syiah)nya begitu cintanya kepada Imam Ali a.s. karena keadilannya itu. Semoga kita semua diberi taufik oleh Allah Swt untuk dapat selalu berlaku adil.