ICC Jakarta – Dalam Islam, menghormati tamu dianggap sebagai kebaikan yang sangat penting dan sesungguhnya merupakan ujian keimanan kepada Allah dan hari kiamat sesuai dengan hadis mutawatir yang diriwayatkan dari Rasulullah saw, “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka ia harus memperlakukan tamunya dengan penghormatan dan kedermawanan.” (Bihar al-Anwar, jil. 8 hal. 144. Hadis ini juga telah diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Malik, al-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Darimi dan Ahmad)
Tamu-tamu diperlakukan dengan ramah dan diberikan apa yang menjadi kebutuhan mereka; makan minum, perlindungan dan yang paling penting, sambutan yang sangat hangat. Perlakuan terbaik adalah menyediakan bagi tamu apa yang dimiliki oleh tuan rumah. Meskipun tuan rumah didorong untuk mengutamakan tamunya dalam menggunakan apa yang tersedia, namun tidak perlu untuk melakukan hal-hal yang terlalu jauh, katakanlah, dengan meminjam uang untuk membeli barang-barang baru atau makanan yang lebih baik. Para tamu yang tidak diduga-duga kedatangannya tidak boleh berharap lebih dari apa yang tersedia. Orang-orang yang tidak mau melakukan kewajiban mereka menghormati tamu sudah harus menantikan perlakuan serupa yang akan mereka terima ketika mereka bertemu Tuhan mereka di akhirat. Di sisi lain, orang-orang yang mempraktikkan penghormatan terhadap tamu mereka akan diperlakukan dalam cara yang jauh lebih baik ketika mereka tiba di hadapan pengadilan Allah, Tuan Rumah keabadian.