ICC Jakarta – Sebagaimana maklum, bahwa tanggal 1 Dzulhijjah 2 Hijriyah adalah hari pernikahan Imam Ali As dan Sayyidah Fathimah Sa. Pernikahan dua manusia langit ini tentu merupakan peristiwa besar dalam peradaban manusia karena dalam pernikahan ini memberikan pelajaran-pelajaran kemanusiaan yang sangat banyak kepada insan. Pernikahan mereka adalah pernikahan sepasang pemuda dan pemudi yang sama-sama hendak meraih kebahagiaan suci nan abadi. Pun khutbah dan doa yang dibacakan oleh Rasulullah pada acara itu, memiliki nuansa spiritual yang sangat tinggi.
Halabi dalam Manaqib Āl bin Abi Thalib Manāqib Ali bin Abi Thalib mencatat, Rasulullah Saw menyampaikan khotbah saat menikahkan Fatimah As dimana Imam Ridha As dan Yahya bin Ma’in dalam Āmālinya dan Ibnu Baththah dalam Al-Inābah menukilnya dengan tanpa sanad dari Anas bin Malik, dimana ia berkata:
“Segala puji bagi Allah yang terpuji dengan segala nikmat-Nya, yang disembah dengan ketentuan-Nya, yang ditaati dengan kekuasaan-Nya, yang ditakuti azab dan kekuasaan-Nya, yang meliputi perkara-Nya di langit dan bumi-Nya, yang menciptakan makhluk dengan takdir-Nya, yang mengistimewakan makhluk-Nya dengan hukum-Nya dan memuliakan mereka dengan agama-Nya, yang menjadikan mereka mulia dengan Nabi-Nya Muhammad Saw. Sesungguhnya Allah, nama-Nya Maha Mulia, Maha Tinggi dan Maha Agung. Ia telah menjadikan mushaharah (hubungan keluarga karena pernikahan) sebagai sebab penerus generasi, perkara yang menjadi sebab penyambung keluarga dan penerus generasi manusia. Allah yang Maha Mulia dalam firman-Nya menyatakan: “Dialah yang menciptakan manusia dari air kemudian menjadikan manusia punya keturunan dan mushaharah, dan Tuhanmu Maha Kuasa”. (Q.S. Al-Furqan: 5.)
Kemudian Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkanku untuk menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikan sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus keeping uang perak, apakah kamu ridha dengan hal itu. Kemudian Ali menjawab: Ya, aku ridha ya Rasulullah.” (Manāqib Āl bin Abi Thālib, jild. 3, hlm. 35)
Setelah walimatul ‘arusy, Rasulullah Saw bersama Ali As pergi ke rumahnya dan memanggil Fathimah As. Ketika Fatimah datang, ia melihat suaminya bersama Rasulullah. Rasulullah berkata kepadanya, mendekatlah. Fatimah mendekati ayahnya. Iapun memegang tangan keduanya dan saat hendak meletakkan tangan Fatimah ke tangan Ali, ia berkata, Demi Allah, yang mana aku tidak melalaikan hak-Mu dan memuliakan firman-Mu. Aku menikahkanmu dengan orang paling terbaik dari keluargaku dan demi Allah aku telah menikahkanmu dengan orang yang menjadi penghulu dunia dan akhirat dan termasuk orang yang salih… pergilah ke rumah kalian. Allah memberkati kalian atas pernikahan ini dan memperbaiki urusan kalian. ((Yusefi Gharavi, Muhammad Hadi; Mausu’ah al-Tarikh al-Islam, jild. 2, hlm. 215.)
Rasulullah Saw berkata kepada Asma binti Uwais, bawakanlah bajana hijau untukku. asma’ pun berdiri dan membawakan sebuah bejana yang penuh dengan air dan membawanya ke hadapannya. Nabi Saw mengambil segenggam air dan memercikkannya di atas kepala Sayidah Fatimah dan telapak satunya mengambil air dan mengusapkan ke tangannya dan kemudian memercikkannya ke leher dan badannya. Kemudian berkata, Ya Allah! Fatimah dariku dan aku dari Fatimah. Sebagaimana Engkau jauhkan kotoran dariku dan menyucikanku sesuci-sucinya, maka sucikanlah ia. Kemudian dia berkata supaya meminum air dan membasuh mukanya dengan air tersebut dan berkumur-kumur. Kemudian beliau meminta air dari bejana lain dan memanggil Ali dan beliau melakukan hal yang serupa dan berdoa dengan doa yang sama dan kemudian beliau berkata, semoga Allah mendekatkan hati kalian, menciptakan kasih sayang, memberkati keturunan kalian dan memperbaiki urusan-urusan kalian. (Yusefi Gharavi, Muhammad Hadi; Mausu’ah al-Tarikh al-Islam, jild. 2, hlm. 215.)[]