ICC Jakarta – Secara pasti, para pemimpin yang disucikan oleh Allah Swt (Nabi Saw dan Ahlulbait) adalah para guru yang bertugas untuk mendidik manusia. Dari mereka manusia menimba berbagai macam disiplin Ilmu pengetahuan. Sekalipun ketika Imam Zaman As mengalami keghaiban manusia tidak mampu menjalin hubungan secara langsung dengannya, akan tetapi berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan masih terus mampu diraih oleh orang-orang syiah.
Hubungan antara Imam As dengan kaumnya tidak hanya terbatas pada masa ghaib shughranya saja (pada pada masa itu, Imam senantiasa menjawab berbagai persoalan-persoalan masyarakat dan para ilmuwan melalui surat-surat yang ditujukan kepada mereka), akan tetapi ketika Imam mengalami ghaibah kubranyapun ia juga senantiasa menjalin hubungan dengan masyarakat dengan senantiasa memberikan hidayah batiniyah kepada mereka.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Mazhab Syiah yang hingga kini masih ada sebenarnya memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada Imam Mahdi As. Kaum Syiah percaya bahwa ketika mengalami kesulitan, ia senantiasa memberikan hidayah dan petunjuk kepada mereka. Sehingga, dengan keyakinan yang mereka miliki, kemudian kaum syiah mampu terbebas dari kehancuran.
Tentunya petunjuk dan hidayah-hidayah seperti ini pada awalnya bermuara dari hidayah batiniyah Imam Mahdi As sendiri, yang kadang-kadang hidayah tersebut tersalurkan melalui pribadi Imam Mahdi As sendiri dan pada kesempatan lain melalui hamba-hamba Allah Swt saleh lainnya.
Para Imam Suci Ahlulbait memiliki kemampuan menjalin hubungan dengan orang-orang saleh dengan senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah kepada mereka. Misalnya dengan menanamkan suatu nasehat dalam hati seseorang, maka merekapun kemudian mampu mengontrol dan meluruskan niatnya.
Dengan petunjuk dan hidayah yang diberikan oleh Imam Suci As, maka tidak jarang kita temukan seseorang yang kemudian bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar. Selain itu, dengan petunjuk dan hidayah tersebut seseorang yang sebelumnya mengalami keraguan akan dapat meraih keyakinan. (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)