ICC Jakarta – Ayatullah al-Uzhma Jawadi Amuli pada kelas Dars Akhlak yang diasuhnya di Madrasah Ulumul Wahyani Isra Qom Republik Islam Iran mengawalinya dengan mengucapkan selamat atas peringatan hari wiladah Sayidah Fatimah az-Zahra Sa. Pada bahasan syarah surat ke-59 Amirul Mukminin As dalam Nahjhul Balaghah, mengenai masalah menghindarkan diri dari memperturutkan hawa nafsu, Ayatullah Jawadi Amuli mengatakan, “Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As mengatakan manusia dalam banyak keadaan sulit berlaku adil karena keadilan dengan tuntutan hawa nafsu itu saling bertolak belakang. Adil adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, sementara hawa nafsu menuntut pemuasan diri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan pribadi. Oleh karena itu keadilan dengan hawa nafsu itu saling kontradiksi. Itulah sebabnya, Imam Ali As menyampaikan, tuntutan hawa nafsu yang diperturutkan, keinginan yang beraneka ragam adalah penghalang bagi banyak orang untuk menegakkan keadilan atau berbuat adil.”
Dalam lanjutan penyampaiannya, ulama marja taklid tersebut berkata, “Dalam suratnya, Amirul Mukminin As menegaskan 6 atau 7 hal yang berkaitan dengan penegakan hak. Diantaranya tunaikanlah hak, tegakkan keadilan, Jangan bertindak berat sebelah dan perlakukan sama bagi semua orang dihadapan hukum, sebab diluar itu adalah kezaliman. Bentuklah diri dan jiwamu sesuai dengan kehendak Ilahi, apakah kamu tidak yakin dengan rahmat Allah Swt? apakah kamu tidak takut dengan azab Allah? pertanyaan-pertanyaan pada diri seperti ini akan membuat kita bisa mengetahui apa yang bisa dan harus dilakukan dan apa yang semestinya ditinggalkan. Para arif dan ulama besar senantiasa menasehatkan, setidaknya dalam sehari sisihkanlah waktu sejam untuk melakukan musahabah diri, untuk menyendiri dan merenung dan bertanya pada diri sendiri apa yang telah dilakukan dalam 24 jam dihari itu? apa saja yang telah dipikirkan hati hari itu? harta apa yang telah kukumpulkan dan lewat jalan apa? apa yang telah keluar dari lisanku, apakah ucapan yang bermanfaat atau perkataan yang sia-sia? bagaimana dengan shalatku, apakah aku melakukannya penuh dengan kesadaran diri atau sekedar untuk menunaikan kewajiban tanpa mengambil manfaat sedikitpun dari shalat itu?. Imam Ali As mengingatkan, bentuklah jiwamu.”
“Hidup ini yang berlangsung hanya sekitar rata-rata 70-80 tahun ini adalah tempat untuk manusia diuji. Sepanjang usia, kita tidak sedetikpun keluar dari ujian Ilahi. Misalkan, sewaktu kita ikut ujian di kelas, yang kita rasakan hanya sekitar sejam-dua jam, atau satu hari, setelah itu kalau gagal kita hanya menanggung kecewa, sedih dan penyesalan selama setahun, dua tahun, untuk kemudian diulang lagi. Namun kita didunia ini berada difase ujian selama 80 tahun untuk ditentukan lokasi kita berada dimana selama 80 milyar milyar milyar milyar tahun sampai selama-lamanya. Gagal dalam ujian ini, membuat kita akan menyesal dan menderita selamanya dan tidak ada lagi ujian susulan. Ujian selama 80 tahun untuk mendapat hasil yang abadi sangatlah sedikit.” Tambahnya.
Penulis tafsir Al-Qur’an “at-Tasnim” tersebut mengingatkan pula pesan Amirul Mukminin As untuk menjauhi cara mencari rezeki yang haram. “Jika anda diamanahkan untuk menjadi pejabat negara, maka ketika anda mengerjakan tugas sesuai amanah dalam mensejahterahkan rakyat, maka ini sudah bentuk keadilan. Gaji yang anda dapat adalah rezeki yang halal. Rakyat akan ridha pada anda dan memberikan dukungannya. Namun jika sebaliknya, bukan hanya gaji yang anda dapat menjadi haram, rakyat juga akan menjadi musuh anda, belum lagi azab Allah Swt di akhirat akan menanti. Karenanya, bertindak adil, bukan hanya menguntungkan orang lain, namun pada hakikatnya untuk diri sendiri, untuk memberikan jaminan kebahagiaan di akhirat yang abadi.”
Source: ABNA