ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Nabi Dari “Jenis Kamu” Bukti Penegasan Konsepsional Nabi Merupakan Sosok Teladan

by admin
December 6, 2017
in Ahlulbait
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Jika di Barat, sosok Nabi Muhammad Saw digambarkan sebagai nabi yang mengenalkan Islam dengan pedang, sosok yang galak dan kejam, maka ulama Iran, Syahid Muthahhari memandang Nabi Muhammad dengan pandangan pola jarak yang dekat dan sebagai sosok yang realitas, bukan imajinatif. Pandangan seperti akan menghasilkan pandangan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok yang lemah lembut, memiliki akhlak luhur, tegas dalam menindak kezaliman yang merajalela ditengah-tengah masyarakat dan lainnya.

Perspektif tentang imajinasi dan realitas sebagaimana di atas juga digunakan Muthahhari untuk menganalisis pandangan Muslimin tentang Muhammad saw. Menurut Muthahhari, sosok Muhammad sebagai nabi dan teladan dapat diposisikan dalam dua pola pandangan yang berbeda: jarak dekat dan jarak jauh. Pola pandangan jarak jauh adalah sebuah metode pembacaan diri Muhammad sebagai sebuah sosok imajinatif. Dalam konteks ini, Nabi Muhammad ditempatkan tidak sebagai sosok individu realistis melainkan sebagai sosok imajinatif. Imajinatif di sini dekat pada kecenderungan “superiorisasi” Muhammad. Muhammad diimajinasikan sebagai sosok super yang secara eksistensial memiliki perbedaan mendasar dengan manusia biasa lainnya, demikian juga dengan segala bentuk aktivitasnya. Semua dipandang dalam konteks superiorisasi.

Menurut Muthahhari, pola pandang atau pendekatan yang seperti ini dalam memosisikan Muhammad bukan hanya salah dan akan memberikan ekses negatif tetapi juga akan menarik konsekuensi logis yang vital bagi visi kenabian Muhammad. Penempatan Muhammad dalam kerangka pola pandangan jauh, atau dengan kata lain superiorisasi Muhammad, sama artinya dengan pengingkaran tentang antropomorfisme Muhammad sebagai seorang manusia. Dan, pengingkaran pada sisi antropomorfis Muhammad berarti sebuah sikap kontradiktif dengan apa yang tertuang dalam al-Quran bahwa Nabi saw adalah manusia biasa.

Bagi Muthahhari, penegasan al-Quran bahwa Nabi adalah seorang manusia biasa dari “jenis kamu” bukannya tidak memiliki landasan epistemologis dan argumentasi yang kuat. Penegasan itu memiliki nilai korelatif dengan fitrah manusia yang selalu mendambakan dan menuntut hadirnya seorang “sosok teladan” yang juga dari spesies yang sama. Itu semua sebagai bukti penegasan konsepsional bahwa misi dan visi kenabian adalah realistis, tidak imajinatif sehingga tidak ada ruang bagi manusia untuk melayangkan gugatan dan pengingkaran terhadap visi dan misi kenabian tersebut.

Jika Nabi Muhammad kemudian diposisikan dalam pola pandang jarak jauh, maka bagi Muthahhari, itu sama artinya dengan memberikan ruang bagi manusia untuk mengingkari, menolak, serta menggugat visi dan misi kenabian. Padahal, menurut Muthahhari, terciptanya ruang tersebut sebenarnya diakibatkan oleh pola pandang yang salah dari umat Islam dalam memosisikan Muhammad sebab, secara fundamental, al-Quran, menurut Muthahhari, menegaskan antropormisme Muhammad. Inilah konsekuensi logis pertama dalam pandangan Muthahhari tentang akibat pola pandang jarak jauh dalam memosisikan Muhammad.

Di sisi lain, menurut Muthahhari, pola pandang jarah jauh dalam memosisikan Muhammad, secara tidak langsung, akan “memasukkan” Muhammad ke dalam dunia imajinatif. Muhammad dianggap sebagai sosok manusia yang hanya bersemayam dalam imajipasi manusia biasa. Jika ini terjadi, maka dampaknya, menurut Muthahhari, sangatlah fatal, yaitu bahwa visi, misi, dan posisi primordial Muhammad, sebagai seorang sufi teladan, menjadi hilang dan tidak berfungsi. Bagaimana umat Islam dapat meneladani Muhammad jika, dalam kognisi mereka, Muhammad diasumsikan sebagai sosok imajinatif, sosok yang segala prestasi dan aktifitasnya tidak dapat ditiru hanya dengan mengandalkan potensi manusia biasa. Menurut Muthahhari, umat Islam tidak akan pernah dapat meneladani Muhammad karena, secara kognitif, Muhammad diposisikan dalam dunia imajinatif sedangkan Muslimin sendiri berada dalam dunia realitas. Bagaimana dua dunia tersebut dapat bertemu? Ini merupakan salah satu ekses negatif yang paling vital dari pola pandang jarak jauh dalam memosisikan Muhammad.

Selamat atas hari kelahiran agung Nabi Muhammad Saw dan Cucundanya, Imam Ja’far Shadiq As pada 17 Rabiul Awwal, semoga menjadi hari yang bahagia bagi Anda semua.[]

Tags: slide
admin

admin

Related Posts

Ahlulbait

Ketahuilah Keutamaan Fathimah, Jangan Hanya Namanya

December 28, 2022

Dalam tradisi Ahlulbait, ada hari-hari yang disebut sebagai Ayyamul Fathimiyah. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan kapan hari syahid Sayidah Fathimah....

Ahlulbait

Bukan Hanya karena Nasab, Fathimah Mulia karena Besar dan Agung Akhlaknya

December 28, 2022

Selain nasab dan keturunan, keutamaan akhlak adalah yang membentuk siapa seseorang tersebut. Sayidah Zahra, adalah keturunan manusia paling agung dan...

Ahlulbait

Sejarah Singkat Imam Hasan Al-Askari

November 2, 2022

Imam Hasan Askari a.s. adalah manusia suci ke-13 , sekaligus Imam ke-11 dari 12 Imam Ahlulbait setelah Rasulullah Saw. Beliau...

Ahlulbait

syahadah IMAM HASAN AL-ASKARI AS.IMAM HASAN AL-ASKARI AS.

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Centermenyampaikan Dukacita yang mendalam atas hari syahadah IMAM HASAN AL-ASKARI AS.8 Rabiul Awal Instagram:https://www.instagram.com/p/CjVLBCUr6w1/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

Ahlulbait

Muhammad Model Sempurna untuk Menjadi Manusia Terbaik

September 30, 2022

Adalah suatu yang fitrah seorang manusia mencintai kesempurnaan. Tetapi ketika kita menginginkan sesuatu yang terbaik, apakah kita juga pernah ingin...

Ahlulbait

Nabi Muhammad Saw menurut pandangan Imam Ali bin Abi Thalib a.s.

September 28, 2022

Nabi Muhammad Saw menurut pandangan Imam Ali bin Abi Thalib a.s. Sengaja kami kutip komentar Imam Ali a.s. Mengenai Rasulullah...

Next Post

Meriahnya Acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di ICC Jakarta

Menag Imbau Umat Islam Lakukan Doa Qunut Nazilah

Presiden Jokowi Kutuk Keputusan Trump Pindahkan Kedubes Amerika ke Yerusalem

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist