ICC Jakarta – Di masa-masa awal Islam, perjuangan besar Nabi Muhammad Saw melahirkan revolusi besar di dunia.
Nabi Muhammad Saw mengusung prinsip mengenai martabat manusia, kebebasan, keadilan, penghapusan diskriminasi sosial dan transformasi moral dengan poros agama Islam.
Periode sepuluh tahun kehadiran Nabi Muhammad di Madinah adalah salah satu periode pemerintahan paling cemerlang dalam sejarah manusia. Sebuah era ketika sistem Islam didirikan serta model aturan agama diciptakan dan disajikan oleh Rasulullah Saw untuk semua tempat dan waktu.
Faktanya, revolusi yang diusung Nabi dan sistem barunya menjadi peta jalan bagi orang-orang yang mencari bimbingan untuk menemukan jalan terbaik dalam kehidupannya. Nabi Muhammad Saw membangun sistem sosialnya di Madinah dengan indikator yang jelas dan menyampaikannya kepada umat manusia. Sejak itu, banyak orang telah menulis dan meneliti untuk mengenali kepribadian beliau yang hebat ini.
Para orientalis termasuk di antara cendekiawan yang banyak membahas masalah Islam dan kehidupan Nabi Muhammad Saw yang seringkali dikaitkan dengan motif politik atau tujuan budaya tertentu.
Pertumbuhan Islam yang begitu cepat, dan daya tarik luar biasa dari kepribadian Nabi Muhammad Saw menyebabkan beberapa pendeta Eropa berbicara tentang Nabi, bukan karena ketulusan dan keadilan, tetapi untuk mendiskreditkan ajaran dan metodenya. Padahal sosok agung beliau tidak membutuhkan pujian atau penolakan, karena kehadirannya sendiri menjadi cahaya matahari yang menerangi dunia ini. Sebagaimana digambarkan Alquran dalam surat al-Ahazab ayat 45 dan 46 sebagai berikut:
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, serta pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan juga menjadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya untuk jadi cahaya yang menerangi,”.
Pada acara sebelumnya telah dibahas buku Profesor Annemarie Schimmel berjudul “And Muhammad Is His Messenger”. Dalam mengenalkan Nabi Islam, orientalis Jerman ini tidak membatasi diri pada apa yang dikatakan dan didengar, melainkan berusaha menyingkap tirai dan mencari kedalaman karakternya dengan mengutip fakta sejarah dan bukti Alquran.
Schimmel dalam karyanya ini menunjukkan manifestasi transenden dan spiritual Nabi Islam. Oleh karena itu, ia menyebut dendam dan hinaan sebagian orang Barat terhadap Nabi tidak rasional dan menyedihkan. Islamolog Jerman ini menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai matahari yang bersinar terang. Ia berkata:
“Nur Mohammadi bersinar terang menyinari kehidupan. Tuhan menganugerahkan cahayanyatidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu saja, tapi menyinari dunia melalui Nabi-Nya. Dia adalah cahaya penerang yang mengungkap sebagian dari dunia gaib dan dimanifestasikan di alam semesta. Cahaya ini muncul pada Adam dan kemudian pada nabi-nabi lain sampai sempurna dalam diri Muhammad dan berbagai fenomena penciptaan selesai dalam dirinya.”
Di sini, Schimmel juga menarik perhatian dengan mengungkapkan, “Meskipun Muhammad mencapai pencerahan tingkat tinggi, tetapi dia tetap menjadi hamba Tuhan dan makhluk-Nya. Inilah yang menjadi inti ajaran Muslim dalam salatnya, ketika mereka bersaksi tentang misi risalahnya, pertama-tama mengakui bahwa Muhammad adalah hamba Tuhan. Wajah manusiawi Nabi selaras dengan kebenaran spiritualnya. Para sufi menggunakan terma Nur Muhammadi dalam interpretasi sastra sufistik yang indah dan memuji kualitas kemanusiaannya.”
Di salah satu bab karyanya yang berjudul, “And Muhammad Is His Messenger”, Schimmel mengkaji kebenaran kenabian. Menurutnya, seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membimbing umatnya haruslah terpuji dan memiliki kualitas karakter moral yang sangat baik seperti jujur dan amanah.
Dia menulis, “Muhammad menghindari tradisi penyembahan berhala di Mekah sejak usia dini dan menghindari berpartisipasi dalam permainan teman-teman mudanya. Oleh kareana itu,mengikut Muhammad (Saw) itu penting karena ia terbebas dari segala kesalahan dan dosa serta mampu menjadi teladan bagi masyarakat, bahkan dalam hal-hal terkecil sekalipun.
Dia tidak pernah membiarkan debu dosa mengendap di jiwanya yang suci. Muhammad adalah contoh dari manusia sempurna yang berhasil mengatasi naluri dan nafsu duniawinya. Dia melaksanakan perintah Tuhan dalam setiap momentum kehidupan, dengan pikiran dan tindakannya. Oleh karena itu, setan tidak berdaya menghadapinya.
Kualitas manusia sempurna ini juga tercermin dalam doa-doa yang dibaca umat Islam. Mereka memohon kepada Tuhan supaya menghiasinya dengan kualitas moral indah yang sama dari Muhammad. Ciri-ciri Muhammad begitu unik sehingga para ulama menekankan bahwa untuk menjaga rasa hormat kepada Nabi, beliau tidak boleh dibandingkan dengan para raja dan pejabat atau politisi dunia lainnya.”
Di bagian lain bukunya, Profesor Schimmel menganggap mukjizat Nabi Islam sebagai manifestasi dari karakter spiritualnya. Ia berkata, “Alquran adalah mukjizatnya yang luar biasa. Kitab suci ini tidak hanya mengacu pada atribut dan amalan luhur Nabi, tetapi juga menceritakan tentang beberapa peristiwa misterius dalam hidupnya. Para mufasir Alquran, ulama terkenal, serta sufi dan penyair dalam Alquran telah menemukan konten yang sesuai dan menciptakan cerita maupun teks yang indah darinya,”.
Dia menambahkan, “Muhammad sebagai Umi adalah kejutan lain yang menambah ruang lingkup mukjizatnya. Pasalnya, bagaimana seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis menemukan pengetahuan yang akurat tentang peristiwa masa lalu dan masa depan? Pengetahuan langsungnya dari Tuhan memungkinkan Nabi mengetahui segala sesuatu di dunia, bahkan masa depan, kemudian menciptakan transformasi besar dalam kehidupan manusia,”.
Dengan mempelajari kehidupan Nabi Islam secara cermat, Shimmel menerima pesan Alquran bahwa Nabi adalah rahmat bagi semesta alam. Dia menulis, “Berdasarkan ayat Alquran ini, orang beriman meyakininya tanpa ragu-ragu. Sebab, mereka tahu bahwa Nabi mereka dapat menghidupkan hati yang telah mati dan menjadi tempat berlindung para pecintanya. Para penyair Muslim telah menemukan gambaran indah untuk menggambarkan karakter Nabi, dan berbicara tentang kasih sayangnya dan rahmat ilahi dengan cara yang menyenangkan,”
Dari sudut pandang profesor Jerman ini, kebesaran Nabi bisa dipahami bahkan dari namanya. Nama-nama seperti Muhammad dan Ahmad memiliki tempat khusus di kalangan para tokoh besar dunia. Penyair seperti Attar Neyshabouri dan Jami memiliki deskripsi yang indah tentang nama-nama ini dan atribut lain yang melekat pada Nabi. Umat Islam memberikan tempat khusus untuk nama Nabinya demi mendapatkan berkah beliau.
Mereka tidak menyebut nama Nabi dan merujuknya tanpa mengirimkan salam dan shalawat kepadanya. Salawat kepada Nabi telah menemukan tempat khusus di kalangan Muslim dalam sholat dan kehidupan umat Islam. Salawat adalah doa yang menunjukkan kemuliaan Nabi. Orang-orang percaya sepenuhnya memahami bahwa shalawat kepada Nabi Muhammad Saw akan memberikan berkah yang melimpah dalam kehidupan mereka.
Dengan kajiannya yang mendalam mengenai budaya dan peradaban Islam, Schimmel menyebut Islam sebagai anugerah besar dari Nabi di tengah gegap-gempita media Barat yang memandang Islam dengan kacamata pejoratif. ia menulis, “Saya sangat menyayangkan di kalangan Barat memandang Islam dari sudut pandang negatif. Padahal Islam memiliki tingkatan tinggi yang harus diperhatikan lebih cermat. Agama Muhammad telah menarik hati jutaan orang dan menjadi agama perdamaian, ketentraman dan keadilan. Agama ini mengutuk terorisme dan pembunuhan manusia,”.
Sarjana terkemuka Jerman ini menyimpulkan dalam bukunya, “Ungkapan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa sendiri memuji utusannya adalah kata yang mempersulit pekerjaan para penyair dan penulis. Sebagaimana dikatakan pemikir Mesir, Busiri, salah satu mukjizat Nabi Muhammad (Saw) adalah ketidakmampuan bahasa yang tidak bisa mengungkapkan apa yang pantas disandangnya.”
Shalawat dan salam kepada utusan terakhir Allah swt, Nabi Muhammad Saw, yang merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta
Sumber: parstoday