ICC Jakarta – Teladan yang diberikan oleh Sayidah Fatimah Zahra Sa adalah teladan sempurna meliputi teladan bagi seluruh zaman dan dalam segala hal. Dari lisan suci Nabi Muhammad Saw, kita mengetahui bahwa Sayidah Fatimah Zahra adalah teladan bagi seluruh umat manusia baik laki-laki maupun perempuan. Dalam sabdanya, Nabi Muhammad Saw menjelaskan: “Allah telah memenuhi hati dan seluruh anggota tubuh Fatimah dengan keimanan dan keyakinan.” Kepada putrinya itu, beliau pernah bersabda, “Fatimah, Allah telah memilihmu dan menghiasimu dengan makrifat dan pengetahuan. Dia juga telah membersihkanmu dan memuliakanmu di atas wanita seluruh jagat.“
Dari sabda Nabi tersebut kita mengetahui bahwa ibadah beliaupun adalah bentuk-bentuk ibadah yang ideal dan sempurna. Ya, Fathimah Zahra adalah teladan bagi para abid.
Ibadah beliau memenuhi kualifikasi-kualifikasi penghambaan yang sempurna. Beliau beribadah demi memenuhi penciptaan manusia yaitu bahwa tidakklah Allah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya ( QS Adzariyat: 56). Ibadah-ibadah yang beliau lakukan adalah ibadah-ibadah yang melambangkan kemenangan dan kemerdekaan, ibadahnya seorang yang merdeka, bukan ibadah yang dilakukan demi kenikmatan surga dan bukan pula untuk lari dan takut karena siksa api neraka.
Karena Fatimah Zahra beribadah dengan sempurna, maka Allah Swt sendiri yang mengajarkan bagaimana beribadah kepada Sang Pencipta. Imam Ali as berkata, “Ketika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan mengajarkannya ibadah yang baik.” (Ghurar al-Hikam, tentang abd)
Dengan ibadah yang dilakukannya, maka sejatinya ia telah menjalin hubungan dengan Allah Swt dan dengan demikian beliau memiliki kedudukan yang dekat dengan Allah Swt. Imam Ali as berkata, “Tidak ada yang dapat mendekatkan manusia kepada Allah seperti ibadah.” (Ghurar al-Hikam, tentang abd)
Terkait dengan bagaimana beliau beribadah, maka kita mengetahui bahwa beliau mengkhususkan sebagian waktu di malam hari untuk beribadah. Karena lamanya berdiri ketika mengerjakan shalat malam, akhirnya kakinya membengkak. Hasan Al-Bashri (wafat 110 H.) pernah berkata: “Tidak ada seorang pun dari umat ini dari segi zuhud, ibadah dan takwa yang melebihi Fathimah a.s.”
Sang putra, Imam Hasan orang yang yang selalu menyaksikan keseharian ibundanya memberi kesaksian dan meriwayatkan, “Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya menjadi bengkak.” Pada kesempatan lain meriwaytkan:
“Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar beliau berdoa untuk kaum mu’minin dan mu’minah dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH tidak berdoa untuk dirinya sendiri. “Ibu,” Aku bertanya kepada beliau “Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang lain?” Beliau menjawab,” Anakku, (berdoalah) untuk tetangga-tetanggamu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri.”[Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82).
Jika kita telusuri lebih jauh, maka penghambahaan Sayyidah Zahra Sa tidak hanya berkaitan dengan ritual-ritual dan penghambaan Allah Swt sebagaimana yang sudah disebutkan, namun beliau juga sangat menonjol dalam melakukan ibadah-ibadah sosial. Hikayat tentang kalung Sayyidah Zahra, puasa tiga hari keluarga Wilayah, menginfakkan gaun pengantinnya di malam pengantinnya semuanya merupakan bentuk-bentuk ibadah sosial beliau yang sangat luar biasa. [SZ]