ICC Jakarta – Pada bulan mulia ini, manusia dengan perantaraan puasa, berjuang melawan hawa nafsu, rasa lapar dan dahaga. Dengan berpuasa manusia membiasakan dirinya untuk menjauhi hal-hal yang diharamkan. Mulla Naraqi RA dalam kitabnya, Mi’raj Sa’adah menyebutkan: “Orang yang berpuasa menjaga matanya dari hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan. Lisannya ia jaga untuk tidak bertutur pedas dan sarat maksiat. Telingannya ia jaga untuk tidak mendengarkan yang diharamkan. Perutnya ia jaga dari makanan haram. Dan pada waktu ifthar mencukupkan dirinya dengan makanan ala kadarnya. Hal ini dilakukan karena berpuasa bertujuan melemahkan kekuatan syahwat dan marah.
Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir:
“Wahai Jabir! Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan ini dan meluangkan sebagian malamnya untuk beribadah, perut dan syahwatnya ia jaga, lisannya ia pelihara, maka dosa-dosanya akan dihapus tatkala ia keluar dari bulan Ramadhan ini.”
Jabir berkata: “Wahai Rasulullah! Alangkah indahnya sabdamu. Rasulullah SAW menjawab: “Wahai Jabir! Alangkah beratnya syarat menuaikan puasa sedemikian dan memperoleh derajat sedemikian.” (Biharul Anwar, jil. 96, hal. 371)
Dalam kaitannya dengan hal ini, Imam Shadiq AS bersabda: “Tatkala engkau berpuasa, telinga dan matamu juga berpuasa dari hal-hal yang haram. Jauhilah perdebatan, janganlah engkau susahkan budakmu.”
Puasanya panca indra sejatinya adalah puasa yang telah melampau batas-batas lahiriah puasa, puasa yang tidak hanya menahan lapar dan dahaga semata, namun puasa yang melatih panca indranya untuk tidak menuruti nafsu-nafsu kebinatangannya. Puasa yang benar-benar hanya menggunakan panca indra sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditentukan oleh Sang Maha Segala-galanya. [SZ]