ICC Jakarta – Jika kita membuka lembaran-lembaran Al-Quran, maka kita akan mendapati cerita-cerita tentang Bani Israel secara berulang. Penjelasan-penjelasan al-Quran untuk menjelaskan cerita-cerita tentang kejadian-kejadian pada masa dahulu dan diambil pelajarannya oleh orang-orang pada masa kini dan ketika pelajaran-pelajaran itu semakin banyak digunakan oleh orang-orang pada masa kini, maka cerita itu akan diulang-ulang seperti cerita tentang kaum Bani Israel.
Cerita-cerita al-Qur’an bertujuan untuk memberi nasihat dan pelajaran dari kejadian-kejadian yang terdahulu. Karena al-Qur’an mengandung rahasia dan kandungan yang sangat dalam; maka diperlukan kajian intensif untuk mengetahui hubungan antara cerita dan ayat-ayat di dalam surat yang terkait.
Adapun alasan kenapa cerita dan kejadian-kejadian masa lalu Bani Israil berulang kali ditayangkan di dalam al-Qur’an adalah banyak sekali nabi yang diutus oleh Allah Swt untuk Bani Israil yang tidak lain adalah anak keturunan Nabi Ya’qub As; seperti Nabi Ya’qub sendiri, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Isa dan lain-lain. Itulah sebabnya banyak sekali fenomena penting yang terjadi sepanjang sejarah mereka.
Alasan lainnya adalah banyak sekali keserupaan antara fenomena-fenomena sejarah Bani Israil dengan apa yang dialami oleh umat Islam. Berbagai riwayat menyebutkan bahwa apa saja yang pernah terjadi dan dialami oleh Bani Israil akan terjadi dan dialami juga oleh muslimin.
Jika kita menelisik lebih jauh, maka cerita-cerita Bani Israil dalam surat-surat Makkiyyah lebih menekankan sikap Nabi Musa di hadapan Fir’aun dan pengikutnya, sedangkan cerita Bani Israil di surat-surat Madaniyyah cenderung membicarakan hubungan antara Nabi Musa dengan Bani Israil beserta problematika sosial dan politik yang mereka hadapi.
Jadi segala bentuk pengulangan ayat dan cerita di dalam al-Qur’an pasti memiliki tujuan tertentu. (Talkhish al-Tamhid, Hadi Makrifat, jil. 2, hal. 235)
Pelajaran lain dari karakteristik dan watak Bani Israel yang dapat kita peroleh adalah bahwa kaum Bani Israil adalah lambang sebuah masyarakat yang menampilkan mental gemar mencari-cari dalih, ruhiyah membangkang, mental minta enak sendiri dan lain sebagainya.