ICC Jakarta – Sayyidah Zainab binti Ali bin Abi Thalib As adalah Imam Ali As dan Sayidah Fatimah Sa yang lahir di kota Madinah pada 5 Jumadil Ula tahun ke-5 atau ke-6 Hijriah. Hal itu disebabkan lantaran pada masa hidupnya, Sayidah Zainab turut hadir bersama Imam Husain As pada Peristiwa Karbala. Perannya sangat menonjol dalam mengurus dan merawat para pejuang Karbala dan tawanan Karbala. Sayidah Zainab di masa kecilnya benar-benar sangat mencintai Imam Husain As. Setiap kali penghulu para syuhada ini tidak berada di tempat, ia merasa tidak enak hati dan ketika melihat keindahan saudaranya, wajahnya kembali ceria. Jika ia menangis, maka ia kembali tenang dan tentram setelah berjumpa Imam Husain As atau mendengar suaranya.
Kecintaan yang langka dan ajaib inilah yang menyebabkan kebersamaannya dengan Imam Husain As. Pada suatu hari ketika Fatimah az-Zahra Sa menyampaikan sebuah perkara kepada ayahnya, Nabi Saw bersabda, “Buah cahaya hatiku, anak perempuan ini akan pergi bersama Husain ke Karbala dan ia akan ikut menderita dalam musibah dan penderitaan saudaranya.” Pada hari Asyura, ia membawa kedua anaknya yang masih muda yang bernama Muhammad dan Aun ke hadapan Imam Husain As dan berkata, “Allah Swt telah menerima pengorbanan kakekku, Ibrahim Khalil As, maka terimalah pengorbananku ini! Seandainya jihad untuk para wanita tidak dilarang, maka setiap saat aku siap untuk memberikan jiwaku.”
Dari sisi kesabaran dan ketekunan, Sayidah Zainab As adalah satu-satunya orang yang memiliki kedua sifat tersebut. Ketika berada di hadapan tubuh saudaranya, Imam Husain As, yang berlumuran darah, ia langsung menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata, “Wahai Tuhanku, inilah sedikit pengorbanan yang kami berikan di jalan-Mu, maka terimalah pengorbanan ini dari kami.”
Seorang peneliti berkata, “Di antara gelar-gelar Sayidah Zainab As adalah Ar-Radhiyah bil Qadri wal Qadha yaitu ridha atas ketentuan qadha dan qadar Ilahi. Sayidah Zainab begitu tegar menghadapi berbagai kesulitan dan musibah yang mana jika sedikit saja dari musibah dan kesulitan itu diberikan kepada gunung yang kokoh maka gunung akan meleleh seketika. Tetapi sosok yang teraniaya ini begitu kuat dan tegar, terasing dan sendiri bagaikan gunung yang mencakar langit. Ia tetap tegak menghadapi semua permasalahan. Ia berkali-kali menyelamatkan nyawa Imam Sajjad As dari kematian. Di antaranya, ketika di majelis Ibnu Ziyad, setelah Imam Sajjad beradu argumen dengan Ibnu Ziyad, Ibnu Ziyad mengeluarkan surat perintah untuk membunuh Imam. Pada saat itu, Sayidah Zainab meletakkan tangannya di leher putra saudara laki-lakinya dan berkata, “Selama aku hidup tak akan kubiarkan kalian membunuhnya.”
Teriring rasa bela sungkawa pada hari wafat sang Srikandi karbala pada 15 Rajab….
adalah seorang putri Imam Ali Asvdan Sayidah Zahra yang lahir di kota Madinah pada 5 Jumadi Awwal tahun ke-5 atau ke-6 Hijriah. Hal itu disebabkan lantaran pada masa hidupnya, Sayidah Zainab turut hadir bersama Imam Husain As pada Peristiwa Karbala. Perannya sangat menonjol dalam mengurus dan merawat para pejuang Karbala dan tawanan Karbala. Sayidah Zainab di masa kecilnya benar-benar sangat mencintai Imam Husain As. Setiap kali penghulu para syuhada ini tidak berada di tempat, ia merasa tidak enak hati dan ketika melihat keindahan saudaranya, wajahnya kembali ceria. Jika ia menangis, maka ia kembali tenang dan tentram setelah berjumpa Imam Husain As atau mendengar suaranya.
Kecintaan yang langka dan ajaib inilah yang menyebabkan kebersamaannya dengan Imam Husain As. Pada suatu hari ketika Fatimah az-Zahra Sa menyampaikan sebuah perkara kepada ayahnya, Nabi Saw bersabda, “Buah cahaya hatiku, anak perempuan ini akan pergi bersama Husain ke Karbala dan ia akan ikut menderita dalam musibah dan penderitaan saudaranya.” Pada hari Asyura, ia membawa kedua anaknya yang masih muda yang bernama Muhammad dan Aun ke hadapan Imam Husain As dan berkata, “Allah Swt telah menerima pengorbanan kakekku, Ibrahim Khalil As, maka terimalah pengorbananku ini! Seandainya jihad untuk para wanita tidak dilarang, maka setiap saat aku siap untuk memberikan jiwaku.”
Dari sisi kesabaran dan ketekunan, Sayidah Zainab As adalah satu-satunya orang yang memiliki kedua sifat tersebut. Ketika berada di hadapan tubuh saudaranya, Imam Husain As, yang berlumuran darah, ia langsung menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata, “Wahai Tuhanku, inilah sedikit pengorbanan yang kami berikan di jalan-Mu, maka terimalah pengorbanan ini dari kami.”
Seorang peneliti berkata, “Di antara gelar-gelar Sayidah Zainab As adalah Ar-Radhiyah bil Qadri wal Qadha yaitu ridha atas ketentuan qadha dan qadar Ilahi. Sayidah Zainab begitu tegar menghadapi berbagai kesulitan dan musibah yang mana jika sedikit saja dari musibah dan kesulitan itu diberikan kepada gunung yang kokoh maka gunung akan meleleh seketika. Tetapi sosok yang teraniaya ini begitu kuat dan tegar, terasing dan sendiri bagaikan gunung yang mencakar langit. Ia tetap tegak menghadapi semua permasalahan. Ia berkali-kali menyelamatkan nyawa Imam Sajad As dari kematian. Di antaranya, ketika di majelis Ibnu Ziyad setelah Imam Sajad,beradu argumen dengan Ibnu Ziyad, Ibnu Ziyad mengeluarkan surat perintah untuk membunuh Imam. Pada saat itu, Sayidah Zainab meletakkan tangannya di leher putra saudara laki-lakinya dan berkata, “Selama aku hidup tak akan kubiarkan kalian membunuhnya.”
Teriring rasa bela sungkawa pada hari wafat sang Srikandi karbala pada 15 Rajab….