Pesawat-pesawat tempur penjajah Israel kembali menggempur sejumlah lokasi yang menjadi tempat perlindungan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Senin (14/4). Serangan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka, menurut laporan tim pertahanan sipil dan media lokal.
Sedikitnya dua warga Palestina syahid dan tujuh lainnya luka-luka ketika jet tempur Zionis membombardir tenda-tenda pengungsi di Stadion Yarmouk, Gaza City bagian tengah. Stadion tersebut selama ini menjadi tempat berlindung bagi ratusan keluarga yang terusir dari rumah mereka akibat agresi militer Israel yang tak kunjung berhenti.
“Tim kami menerima panggilan darurat dari Stadion Yarmouk, di mana ratusan warga pengungsi berlindung,” kata Pertahanan Sipil Palestina dalam sebuah pernyataan.
Koresponden Al Mayadeen membenarkan bahwa stadion tersebut menjadi sasaran serangan udara, menewaskan beberapa orang yang sedang mengungsi. Di lokasi terpisah tak jauh dari sana, dua warga Palestina kembali syahid dan beberapa lainnya luka-luka akibat serangan di sebuah apartemen dekat Persimpangan al-Saraya, Gaza City.
Di wilayah barat Gaza, sejumlah warga luka-luka akibat serangan drone Zionis di dekat Jalan Abu Hasira. Sementara di selatan Jalur Gaza, serangan udara menghantam tenda pengungsian di kawasan Al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis. Serangan ini menewaskan dua orang dan melukai beberapa lainnya, sebagaimana dilaporkan media lokal.
Tim Pertahanan Sipil juga mengevakuasi dua jenazah dan menyelamatkan tiga orang terluka akibat serangan udara yang menghantam tenda pengungsian di gerbang utara Kompleks Kota Asdaa, masih di Khan Younis.
Di Rafah, pasukan penjajah menghancurkan sejumlah bangunan tempat tinggal di bagian utara kota. Aksi penghancuran serupa juga terjadi di bagian timur Gaza City, di mana rumah-rumah sipil diratakan oleh buldoser dan serangan artileri.
Seluruh serangan ini terjadi dalam konteks agresi militer Israel yang kini memasuki bulan ketujuh. Serangan biadab ini telah memaksa lebih dari 1,9 juta warga Palestina mengungsi dan menghancurkan hampir seluruh infrastruktur sipil di Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin pagi mengumumkan bahwa 17 warga Palestina syahid dan 69 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, jumlah total korban syahid akibat agresi Zionis sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 51.000 jiwa, dengan 116.343 lainnya terluka. Sejak agresi terbaru yang dimulai 18 Maret 2025, tercatat 1.630 syahid dan 4.302 luka-luka.
Sementara itu, di wilayah Tepi Barat, pasukan penjajah terus menggencarkan penggerebekan dan penangkapan terhadap warga Palestina.
Pada hari yang sama, pemuda Palestina bernama Malek Ali al-Hattab (19 tahun) menghembuskan napas terakhir setelah ditembak pasukan Zionis dalam penggerebekan brutal di Kamp Jalazone, utara Ramallah. Ia mengalami luka parah pada dini hari bersama dua pemuda lainnya saat pasukan penjajah menyerbu kawasan al-Batn.
Di Nablus, pasukan penjajah mengepung sebuah rumah di Jalan Tal Gharb, menembak dan menangkap seorang pemuda di dalamnya. Mereka juga menyerbu Ariha dan menutup seluruh akses keluar-masuk kota.
Hamas Serukan Pekan Kemarahan Dunia terhadap Penjajahan Israel
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada Selasa (15/4) menyerukan mobilisasi massa secara global selama akhir pekan mendatang. Jumat, Sabtu, dan Ahad diumumkan sebagai “Hari-Hari Kemarahan” menentang penjajahan Zionis dan menolak dukungan Amerika Serikat terhadap genosida di Gaza.
“Kami menyerukan kepada seluruh umat dan orang-orang bebas di dunia untuk menjadikan pekan ini sebagai ‘Pekan Global Gaza Memanggilmu’,” tegas Hamas dalam pernyataannya.
Hamas mengapresiasi seruan-seruan aksi dari berbagai serikat buruh dan gerakan akar rumput di berbagai belahan dunia, serta mendukung penetapan hari Selasa sebagai hari mogok kerja internasional.
“Jeritan anak-anak, rintihan para korban luka dan sakit, serta penderitaan kaum lapar dan pengungsi telah memanggil setiap hati nurani yang masih hidup di dunia ini,” lanjut pernyataan tersebut.
Hamas juga memperingatkan bahwa pemerintah Zionis yang fasis terus menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza selama tujuh minggu berturut-turut. Mereka secara sengaja menghancurkan sumur air dan pabrik penyulingan, memperparah krisis air bersih.
“Kondisi kemanusiaan yang terjadi di Gaza saat ini adalah bagian dari strategi pemusnahan massal yang disengaja oleh penjajah,” tegas Hamas.
Hamas menyerukan kepada PBB dan komunitas internasional untuk menjalankan tanggung jawabnya, menekan Israel agar menghentikan taktik kelaparan massal. Gerakan ini juga mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil sikap bersejarah dan segera mengakhiri blokade tidak manusiawi atas Gaza.