ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Tawakal Dalam Perspektif Al-Qur’an

by admin
May 7, 2017
in Al-Quran
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Tawakal adalah sikap berserah diri manusia kepada Allah Swt. Makna tawakal memiliki tingkatan yang bermcam-macam. Allah Swt berfirman:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan orang yang bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah akan mencukupkan keperluannya. (QS.ath-Thalaq:3)

Imam Ali berkata, “Ada beberapa derajat tawakal kepada Allah. Salah satunya adalah kau menyerahkan segala urusanmu kepada Allah, dan kau ridha dengan apapun yang dilakukan-Nya kepadamu, kau mengetahui dengan pasti bahwa ia tidak berhenti memberikan kebaikan dan nikmat-Nya kepadamu, dan kau mengetahui bahwa segala hukum atau perintah di dalamnya adalah milik-Nya. Maka bertawakallah, letakkanlah kepercayaanmu kepada Allah, serahkan kepada-Nya, dan bersandarlah kepada-Nya dalam hal itu, dan hal-hal lain.”

Tawakal secara harfiah berarti pengakuan ketakmampuan seseorang dan penyandaran pada seseorang selain dirinya. Dalam kajian tasawuf, tawakal memiliki beberapa derajat sesuai dengan maqam hamba Allah Swt. Khwajah ‘Abdullah al-Anshari dalam Manazil al-Sairin, mendefinisikan tawakal sebagai mempercayakan atau menyerahkan seluruh masalah kepada Sang Penguasa dan bersandar kepada kemampuan-Nya dalam menangani masalah-masalah itu.

Beberapa arif berkata, “Tawakal berarti menundukkan badan (seperti dalam sujud) dalam ibadah dan mengikatkan hati kepada Rububiyyah-Nya (Allah sebagai Rabb, penguasa).” Ini berarti menggunakan kekuatan-kekuatan tubuh seseorang untuk mengabdi kepada Allah Swt dan tidak turut campur dalam urusan-urusan (hati), dan menyerahkannya kepada Allah Swt.” Beberapa arif lain berkata, “Tawakal kepada Allah berarti seseorang hamba memutuskan segala pengharapan dari makhluk (dan mengikatkan hanya kepada Allah).”

Makna-makna di atas berkaitan. Namun yang perlu dikatakan di sini adalah bahwa tawakal memiliki beragam derajat sesuai dengan maqam sang hamba.

  1. Tawakal lisan

    Tingkatan tawakal ini adalah tingkatan paling rendah. Mereka mengucapkan “Allah Mahatinggi” atau “Aku bertawakal kepada Allah.” namun, dalam persoalan duniawi, mereka menyatakan, “Kerja dan usaha tidak bertentangan dengan tawakal kepada Allah dan berserah diri kepada kemurahan-Nya.” Jelas ini menyembunyikan nafsu dirinya dan setan. Pengakuannya hanyalah ucapan-ucapan kosong dan gerakan-gerakan mulut tanpa makna saja.

  2. Tawakal akal

    Kelompok ini adalah mereka yang, setelah diyakinkan oleh akal ataupun wahyu, membenarkan pandangan bahwa Allah adalah satu-satunya pemutus perkara, sebab dari seluruh sebab, memiliki kekuasaan yang menentukan dalam keseluruhan alam wujud. Mereka mampu memberikan bukti-bukti rasional untuk membenarkan tawakal. Mereka juga meneguhkan keyakinan rasional bahwa Ia dalam Zat-nya tidaklah kikir, Cinta dan Kasih-Nya bagi hamba-hamba-Nya, Ia tidak membiarkan seorang hamba tanpa memperoleh apa yang baik bagi mereka, bahkan jika mereka sendiri tak mampu membedakan atau menentukan apa yang baik dan buruk bagi mereka.

    Meskipun masuk kelompok mutawakkil (kelompok yang bertawakal) pada tingkat pengetahuan rasional, mereka belum mencapai tingkat iman. Kepercayaan mereka masih terguncang jika berhadapan dengan urusan-urusan kehidupan. Ada konflik antara akal dengan hati mereka. Akal dikuasai oleh hati yang masih mempercayai sebab-sebab material dan bukan kekuasaan dan tasharruf Allah Swt.

  3. Tawakal hati

    Tawakal hati adalah tingkatan tertinggi dalam jenis-jenis tawakal. Kelompok ini meyakini kekuasaan Allah Swt sampai ke relung hati mereka. Mereka inilah yang telah mencapai maqam tawakal. Tetapi orang-orang yang termasuk kelompok ini pun berbeda satu dari yang lainnya dalam hal tingkat keimanan. Tingkat tertinggi adalah rasa puas atau berkecukupan. Hati mereka tidak terpengaruh oleh segala sebab, dan terikat kepada rububiyyah Allah. Kepada-Nya mereka bersandar dan dengan-Nya mereka merasa cukup. Inilah tawakal yang dalam kata-kata para arif didefinisikan sebagai ‘melepaskan tubuh dalam ibadah kepada Allah dan mengikatkan hati kepada rububiyyah-Nya.”

    Maqam tawakal, ridha, taslim, dan maqam-maqam lainnya dicapai secara bertahap. Pada mulanya, pejalan ruhani (salik) mungkin melakukan tawakal dalam beberapa urusannya dan dalam hubungannya dengan sebab-sebab yang tersembunyi dan tidak teramati. Lalu secara bertahap, tawakalnya makin meluas, dari sebab-sebab batiniah yang tersembunyi kepada sebab-sebab lahiriah yang tampak, dan dari urusan-urusan orang yang dekat dengannya. Sesuai dengan itu, disebutkan dalam hadis, “Salah satu derajat tawakal adalah berserah diri kepada Allah dalam segala urusanmu.”

    Sesungguhnya, maqam ridha lebih tinggi dan bercahaya. Mutawakil mencari kebaikan dan keuntungan bagi dirinya sendiri, dan mempercayai seluruh urusannya kepada Allah Swt yang dipandangnya sebagai pemberi kebaikan. Sedangkan radhi (yang mencapai maqam ridha) adalah orang yang telah meleburkan kehendaknya dalam Kehendak Allah, dan tidak memiliki lagi kehendak dirinya sendiri. Ketika seorang salik ditanya, “Apakah kehendakmu?” Ia menjawab, “Kehendakku adalah tidak memiliki kehendak.” Yang dimaksudkannya adalah maqam ridha.

    Lebih jauh, tawakal tidak tercapai kecuali setelah hadirnya salah satu penyebabnya, yaitu urusan yang untuk penyelesaiannya seorang hamba berserah diri kepada Allah Swt. Salah satu contohnya adalah tawakal Rasulullah saw dan para sahabatnya dalam menghadapi ancaman kaum musyrik ketika mereka diberitahu; Kepada mereka dikatakan,

    Sesungguhnya orang-orang yang telah berkumpul untuk melawan kalian, karena itu takutlah kepada mereka. Tetapi hal ini justru meningkatkan iman mereka, dan mereka berkata, ‘Cukuplah Allah bagi kami, dan sungguh Ia adalah sebaik-baik pengatur segala urusan.’ (QS. al-Imrân:173)

Tags: slide
admin

admin

Related Posts

Lailatulkadar (Malam Qadar)
Al-Quran

Lailatulkadar (Malam Qadar)

March 28, 2024

Allah Swt berfirman, إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam qadar (QS. al-Qadr : 1)....

Nikmat Surga
Al-Quran

Nikmat Surga

March 8, 2023

  Kaum mukminin akan sangat bahagia jika membaca al-Quran dan menemukan nikmat-nikmat surga atas ganjaran mereka yang diperoleh dari Allah....

Al-Quran

Kemenangan dalam Perspektif Al-Quran

February 22, 2023

ICC Jakarta - Kemenangan (الفَوز) adalah puncak tujuan yang diperjuangkan oleh orang-orang mukmin dan selalu diberikan motivasi oleh Allah Swt...

Al-Quran

Ramadhan bulan Quran; Alquran Memuat Semua Keutamaan dan Kebaikan

February 22, 2023

ICC Jakarta - Setiap peluang emas yang datang dalam hidup, ia harus dimanfaatkan dengan maksimal. Bulan suci Ramadhan juga menghadirkan...

Al-Quran

Menelaah Surat Ibrahim

March 2, 2023

by Ust. Muhammad bin Alwi ICC Jakarta - Di dalam Surat Ibrahim kita dapati dua gambaran yang bertolak belakang yaitu...

Al-Quran

Etimologi Hawn dan Huwn; Satu Akar Kata Dua Makna Kontradiktif

March 2, 2023

ICC Jakarta - Banyak kosakata Arab yang mengandung arti bertentangan. Misalnya, kata haram berarti terhormat sekaligus terlarang. Tentu ada relasi...

Next Post

Kisah Ashabul Kahfi: Upaya Untuk Memahami Ma'ad

Zikir Dan Tingkatan-Tingkatannya

Pelajaran Dari Iskandar Zulkarnain: Membuat Garis Baru

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist