Serangan AS-Inggris dan Kebrutalan di Yaman
Pada 15 Maret 2025, Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara brutal ke berbagai wilayah di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, Saada, Dhamar, dan Al-Bayda. Serangan ini dilakukan setelah Yaman menegaskan kembali larangannya terhadap kapal-kapal Israel yang melintasi perairannya.
Serangan udara tersebut dilakukan oleh pesawat tempur AS yang lepas landas dari kapal induk USS Harry S. Truman, yang saat ini beroperasi di Laut Merah. AS mengklaim telah menargetkan sistem radar, pertahanan udara, serta rudal dan drone milik Yaman.
Laporan dari Al Mayadeen menunjukkan bahwa banyak serangan justru menghantam kawasan permukiman dan infrastruktur sipil, termasuk distrik Sha’ub, Sanaa, yang menyebabkan kehancuran besar. Menurut Kementerian Kesehatan Yaman, awalnya 13 warga sipil tewas dan 9 lainnya terluka. Namun, jumlah korban meningkat keesokan harinya menjadi 50 orang tewas atau terluka di berbagai provinsi.
Selain itu, dua pembangkit listrik di Dahyan, Saada, menjadi target serangan, menyebabkan pemadaman total di beberapa wilayah. Serangan udara yang membabi buta ini memicu operasi penyelamatan besar-besaran oleh tim pertahanan sipil di seluruh Yaman. Washington mengonfirmasi bahwa kampanye serangan udara ini akan berlangsung selama beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu.
Presiden AS, Donald Trump, dalam pengumuman resminya, menyatakan bahwa Washington akan menggunakan “kekuatan mematikan yang luar biasa” untuk menghentikan operasi militer Yaman di Laut Merah.
“Waktu kalian telah habis, dan serangan kalian harus dihentikan mulai hari ini. Jika tidak, neraka akan turun menimpa kalian dengan cara yang belum pernah kalian lihat sebelumnya.”
Selain itu, Trump juga mengeluarkan peringatan kepada Iran:
“Jika Anda mengancam Amerika Serikat, kami akan meminta pertanggungjawaban penuh dari Anda, dan kami tidak akan bersikap lunak terhadap Anda.”
Gedung Putih menyatakan bahwa serangan ini merupakan langkah untuk “menjaga keamanan navigasi internasional,” sementara beberapa analis melihatnya sebagai bentuk dukungan langsung Washington terhadap kepentingan Israel di kawasan.
Analis militer Lilach Shoval dari Israel Hayom mengungkapkan bahwa meskipun intelijen Israel berperan dalam perencanaan serangan ini, keterlibatannya “tidak terlalu signifikan.” Namun, pejabat militer Tel Aviv bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan dari Yaman dalam beberapa hari mendatang.
Yaman Melawan: Armada AS Diguncang Rudal dan Drone
Sebagai respons atas agresi AS-Inggris, militer Yaman langsung membalas dengan serangan strategis. Angkatan Bersenjata Yaman mengonfirmasi bahwa mereka telah menyerang kapal induk AS, USS Harry S. Truman, di Laut Merah menggunakan 18 rudal balistik, rudal jelajah, dan drone.
Komando militer Yaman menegaskan bahwa agresi AS-Inggris tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi, dan setiap eskalasi lebih lanjut akan dibalas dengan serangan yang lebih besar.
Selain itu, sumber intelijen Yaman melaporkan bahwa serangan rudal yang diluncurkan berhasil mengenai target strategis di kapal induk AS, menyebabkan kerusakan signifikan dan mengganggu operasi tempur AS di Laut Merah.
Dukungan Yaman untuk Palestina dan Konfrontasi dengan Israel
Yaman tetap berkomitmen mendukung Palestina dan telah menerapkan kembali larangan bagi kapal-kapal Israel melintasi Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden sebagai respons terhadap blokade brutal Israel terhadap Gaza.
Pemimpin Ansar Allah, Sayyed Abdul-Malik al-Houthi, memberikan batas waktu empat hari kepada mediator internasional untuk memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, operasi maritim Yaman terhadap kapal-kapal Israel akan terus berlanjut.
Israel terbukti tidak memenuhi kesepakatan gencatan senjata dan terus menghalangi masuknya bantuan ke Gaza. Oleh karena itu, Yaman menegaskan:
“Jika perang kembali berkobar di Gaza, seluruh entitas Zionis akan menjadi target serangan.”
Ansar Allah memperingatkan bahwa mereka tidak akan berhenti menargetkan kapal-kapal Israel sampai blokade Gaza sepenuhnya dicabut.
Ansar Allah: Perjuangan Belum Berakhir
Biro Politik Ansar Allah mengecam serangan AS-Inggris sebagai kejahatan perang dan bukti bahwa Amerika Serikat adalah negara teroris yang mendukung penindasan global.
Muhammad al-Bukhaiti, anggota Biro Politik Ansar Allah, menegaskan bahwa operasi maritim terhadap kapal-kapal Israel akan terus berlanjut hingga blokade Gaza sepenuhnya dicabut.
Sementara itu, Brigadir Jenderal Yahya Saree, juru bicara militer Yaman, menyatakan bahwa serangan AS-Inggris hanya akan semakin memperburuk keadaan bagi Washington dan sekutunya.
Ia menegaskan bahwa militer Yaman akan mengambil langkah-langkah strategis lebih lanjut untuk menghadapi agresi asing dan bahwa setiap kapal perang AS-Inggris yang berada di perairan Yaman sekarang menjadi target sah bagi Angkatan Bersenjata Yaman.
Iran Mengecam Agresi AS-Inggris dan Serukan Tindakan Internasional
Iran dengan keras mengecam serangan AS dan Inggris, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan agresi terhadap rakyat Yaman.
Kementerian Luar Negeri Iran juga menunjuk Washington dan London sebagai pihak yang berkonspirasi untuk mendukung genosida terhadap rakyat Palestina dengan mengalihkan perhatian dunia dari agresi Israel di Gaza.
Dalam pernyataannya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk membungkam solidaritas global terhadap Palestina dan memastikan dominasi Israel di kawasan.
Iran menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah konkret dalam menanggapi agresi AS-Inggris serta meminta dunia untuk menghentikan segala bentuk dukungan militer terhadap Israel.
Menurut sumber-sumber intelijen Iran, serangan AS-Inggris kemungkinan dirancang sebagai langkah awal untuk intervensi lebih besar di kawasan, dengan tujuan memperkuat kendali atas jalur pelayaran strategis di Laut Merah.
Sumber berita: https://english.almayadeen.net/
Sumber gambar: https://news.usni.org/