Malam ke-15 Kajian Gebyar Ramadan 1446 H berlangsung dengan suasana yang khidmat dan penuh kebersamaan di Islamic Cultural Center Jakarta. Acara ini diadakan untuk memperingati Milad Imam Hasan Al Mujtaba, dengan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak pukul 17.00 WIB. Kegiatan diawali dengan sesi tadarus yang diikuti oleh seluruh hadirin. Setelah itu, peserta berbuka puasa bersama, menciptakan momen kebersamaan. Usai berbuka, seluruh hadirin melaksanakan shalat berjamaah yang diikuti dengan pembacaan doa Mujir, dipimpin oleh Syekh Dr. Abdolmadjid Hakimollahi.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, pembacaan ayat suci Al-Qur’an kembali dikumandangkan, diikuti dengan penampilan hadrah. Suasana semakin khusyuk menjelang sesi utama, yakni ceramah yang disampaikan oleh Habib Hasan Dalil Alaydrus.
Ceramah oleh Ustaz Hasan Alaydrus: Makna Kesucian dan Perjuangan Imam Hasan
Dalam ceramahnya, Ustaz Hasan Alaydrus menyoroti pentingnya memperingati kelahiran Imam Hasan Al Mujtaba. Ia mengutip Surah Al-Ahzab ayat 33 yang menegaskan tentang kesucian Ahlul Bait. Menurut para mufasir, kesucian ini tidak hanya meliputi aspek fisik, tetapi juga akal, hati, serta agenda politik Imam Hasan yang selalu berorientasi pada kebenaran dan keadilan.
Ustaz Hasan mengulas bagaimana Rasulullah SAW membimbing Imam Hasan selama kurang lebih tujuh tahun. Dalam berbagai riwayat, Rasulullah menggendong Imam Hasan seraya bersabda, “Ya Allah, aku mencintai Al-Hasan, cintailah Al-Hasan, dan cintai orang-orang yang mencintainya.” Hadis lainnya menyebutkan bahwa Imam Hasan dan Imam Husain adalah pemimpin umat dalam segala situasi.
Imam Hasan, dalam perjalanannya, menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan Islam. Setelah wafatnya Rasulullah dan Sayidah Fatimah, pendidikan Imam Hasan dan Imam Husain dilanjutkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib selama kurang lebih 30 tahun. Imam Ali bahkan mengarahkan umat untuk meminta fatwa kepada Imam Hasan sebagai calon imam mereka.
Namun, dalam kepemimpinannya, Imam Hasan menghadapi kondisi yang penuh perpecahan. Banyak pihak yang bersikap kasar terhadapnya, sehingga beliau memilih jalan damai untuk menjaga persatuan umat Islam. Keputusan beliau menandatangani perjanjian damai dengan Muawiyah mencerminkan kebijaksanaan yang mendalam, meskipun pada akhirnya Muawiyah mengkhianati perjanjian tersebut dengan menunjuk anaknya, Yazid, sebagai pemimpin. Yazid kemudian menyerang Madinah dan menimbulkan penderitaan besar bagi umat Islam.
Ustaz Hasan menegaskan bahwa anggapan bahwa Imam Hasan hanya mengutamakan perdamaian tanpa semangat revolusi adalah keliru. Jika berada dalam situasi yang sama seperti Imam Husain, Imam Hasan juga akan mengambil langkah yang sama. Ini dibuktikan dengan sikap Imam Husain yang menjaga perjanjian damai selama sembilan tahun setelah wafatnya Imam Hasan.
Pentingnya Mempelajari Perjuangan Imam Hasan dan Imam Husain
Ustaz Hasan juga menekankan pentingnya memahami sejarah Imam Hasan dan Imam Husain. Ia menyesalkan adanya sebagian kaum Muslim yang bersikap antipati terhadap pembahasan tentang Ahlul Bait, padahal mereka adalah teladan utama dalam Islam.
Beberapa tokoh besar di dunia Islam yang meneladani perjuangan Imam Hasan antara lain Grand Syekh Al-Azhar Ahmad At-Tayyib yang gencar mendorong ukhuwah Islamiyah, serta Syahid Ramadhan Al-Buthi yang berkontribusi dalam membangun kerukunan antara Sunni dan Syiah. Di dunia Islam, semangat ukhuwah tidak hanya dijunjung oleh kalangan Ahlussunnah, tetapi juga menjadi prinsip utama bagi kalangan Syiah. Dalam hal ini, Sayyid Ali Khamenei, Sayyid Abdul Malik Al-Houthi, dan Sayyid Hasan Nasrallah telah menunjukkan komitmen besar dalam menjaga persatuan dan memperjuangkan keadilan Islam. Sayyid Ali Khamenei setiap tahunnya mengundang ulama dari 70 negara dalam pekan persatuan Islam sebagai wujud komitmen terhadap persatuan umat. Sementara di Indonesia, beberapa tokoh yang pernah mengikuti pekan persatuan antara lain seperti Gus Dur, Cak Nur, dan Prof. Imam Suprayogi yang juga mencerminkan semangat persatuan sejalan dengan nilai-nilai Imam Hasan.
Sayyid Abdul Malik Al-Houthi juga menunjukkan bagaimana persatuan mampu memperkuat umat dalam mempertahankan negara, membangun ekonomi, hingga membela Palestina. Di sisi lain, Sayyid Hasan Nasrallah dari Hezbollah dihormati oleh banyak pihak, termasuk di luar komunitas Muslim, karena perjuangannya dalam menjaga persatuan dan kedaulatan Islam.
Penutupan dengan Doa
Sebagai penutup, acara kembali dipimpin oleh Syekh Dr. Abdolmadjid Hakimollahi dan Dr. Umar Shahab yang membacakan doa ziarah yang mengandung makna kedekatan spiritual dan kecintaan kepada Ahlul Bait. Dengan berakhirnya sesi doa ini, seluruh rangkaian acara malam ke-15 Gebyar Ramadan 1446 H pun ditutup dengan penuh keberkahan dan semangat persatuan.