Rezim pendudukan Israel kembali melakukan pembantaian brutal terhadap warga sipil Palestina. Kali ini, tenda-tenda pengungsi di wilayah Al-Mawasi, barat Khan Younis, Jalur Gaza selatan, menjadi sasaran serangan udara yang menyebabkan setidaknya 10 warga Palestina gugur dan puluhan lainnya luka-luka. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.
Menurut laporan jurnalis Al Mayadeen, tubuh para korban dalam kondisi hangus terbakar akibat serangan langsung ke area pemukiman sementara yang didirikan oleh pengungsi. Nasser Hospital menerima tujuh jenazah dengan kondisi tubuh yang hangus, termasuk anak-anak.
Aksi ini terjadi di tengah situasi kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza, di mana blokade total atas bantuan kemanusiaan masih diberlakukan oleh Israel, sementara infrastruktur sipil terus-menerus dihantam—terbaru adalah serangan ke Rumah Sakit Baptis yang menyebabkan kerusakan besar di sejumlah unit penting.
Data terakhir dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menunjukkan 25 warga tewas dan 89 luka-luka dalam 24 jam terakhir. Tiga korban baru berhasil dievakuasi dari reruntuhan, namun banyak lainnya masih terjebak di bawah puing-puing atau di jalur yang tidak dapat diakses oleh tim evakuasi akibat bahaya dan keterbatasan logistik.
Sejak 18 Maret 2025, agresi militer Israel telah menewaskan 1.652 orang dan melukai 4.391 lainnya. Total korban sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober 2023 kini mencapai 51.025 jiwa dengan 116.432 luka-luka.
Gaza Diubah Menjadi Kuburan Massal
Organisasi Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas menggambarkan kondisi Gaza sebagai “kuburan massal” akibat pembantaian sistematis dan pengungsian paksa yang dilakukan oleh militer Israel. Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di Gaza, menyatakan bahwa seluruh populasi Gaza sedang dimusnahkan secara perlahan di depan mata dunia.
“Tidak ada tempat yang aman lagi, bahkan bagi relawan kemanusiaan yang datang untuk membantu,” ujarnya. “Situasi keamanan yang telah memburuk selama 18 bulan terakhir kini makin tak terkendali, dengan banyaknya pekerja kemanusiaan dan tenaga medis yang ikut menjadi korban.”
Sistem koordinasi “notifikasi kemanusiaan” dengan otoritas Israel yang semula dirancang untuk melindungi lokasi sensitif seperti rumah sakit, markas relawan, dan tempat tinggal staf medis, kini disebut MSF telah sepenuhnya gagal. Lokasi-lokasi yang telah diberitahukan secara resmi ke militer Israel tetap menjadi sasaran tembakan dan serangan udara.
“Ini bukan sekadar kegagalan kemanusiaan, melainkan pilihan politik yang disengaja. Serangan terhadap rakyat Palestina adalah strategi sistematis yang dijalankan tanpa konsekuensi hukum,” tegas Claire Magone, Direktur Jenderal MSF.
Di bawah pengepungan total, Gaza mengalami kekurangan total bahan makanan, bahan bakar, dan suplai medis. MSF melaporkan bahwa stok obat penghilang rasa sakit, antibiotik, dan peralatan bedah penting kini hampir habis. Tim medis menghadapi kondisi mustahil untuk menjalankan misi kemanusiaan. Dukungan tanpa syarat dari sekutu-sekutu terdekat Israel seperti Amerika Serikat hanya memperkuat impunitas yang dinikmati oleh militer penjajah.
Sumber berita: english.almayadeen.net
Sumber gambar: www.msf.org