ICC Jakarta – Ulama Syiah dan Ahlusunnah meyakini kecintaan kepada Fatimah sa sebagai pesan Allah kepada kaum muslimin. Berdasarkan ayat 23 surah al-Syura yang masyhur dengan ayat Mawaddah, mereka memandang kecintaan kepada Fatimah suatu keharusan. Dalam ayat Mawaddah dijelsakan bahwa kecintaan pada Ahlulbait as sebagai upah penyampaian risalah. Berdasarkan sebagian riwayat, misdak Ahlullbait dalam ayat ini adalah Fatimah sa, Ali as, dan Hasanain as (Hasan as dan Husain as). Selain ayat Mawaddah , dinukil pula riwayat-riwayat dari Rasulullah saw. yang menerangkan bahwa Allah murka disaat Fatimah Murka dan Allah rela disaat Fatimah rela. Dalam sebagian literatur disinggung hadis Qudsi Nabi saw yang menerangkan kebergantungan penciptaan alam semesta pada penciptaan Nabi saw, penciptaan beliau pada penciptaan Ali as, penciptaan Nabi saw dan Ali as pada penciptaan Fatimah sa. Sebagian ahli hadis yang mempermasalahkan sanad hadis ini meyakini bahwa kandungannya dapat dipertanggung jawabkan.
Nabi saw sangat mencintai Fatimah sa dan beliau lebih mecintai dan menghormatinya dibanding orang lain. Dalam sebuah hadis yang terkenal dengan hadis Bid’ah Nabi saw menegaskan bahwa Fatimah sa adalah penggalan darah daging beliau sembari bersbada: “barang siapa yang meyakiti Fatimah berarti ia menyakiti aku”. Riwayat ini dengan beragam redaksi telah dinukil oleh ahli hadis periode pertama seperti Syaikh Mufid dari ulama Syiah dan Ahmad bin Hanbal dari ulama sunni.
Penghulu Kaum Wanita
Dalam banyak riwayat Syiah dan Sunni, Fatimah disebut sebagai sebaik-baik wanita surga, sebaik-baik wanita di dua alam dan sebaik-baik wanita umat ini.
Satu-satunya Wanita Pilihan Dalam Peristiwa Mubahalah
Di antara para wanita muslim, hanya Fatimah sa yang dipilih untuk hadir dalam mubahalah Nabi saw dengan kaum kristen Najran. Peristiwa ini disinggung dalam ayat Mubahalah. Ayat ini menetapkan kebenaran diri Nabi saw dimana Fatimah sa, Ali as dan Hasanain as turut hadir di dalamnya. Dalam buku-buku tafsir, riwayat dan sejarah disebutkan bahwa ayat Mubahalah adalah salah satu ayat yang turun berkenaan dengan keunggulan dan kemulian Ahlulbait Nabi saw.
Keberlangsungan Keturunan Nabi saw Melalui Fatimah
Keberlangsungan keturunan Nabi saw melalui Fatimah dan penentuan Imam-imam Syiah dari anak keturunan Fatimah disebutkan sebagai salah satu keutamaannya. Sebagian mufassir berkeyakinan bahwa Fatimah sa dan keturunannya menjadi misdak “‘Kautsar” (kebaikan yang melimpah) dalam surah al-Kautsar. Atas dasar ini, kebaikan yang banyak adalah keberlangsungan keturunan Nabi saw melalui Fatimah sa yang mana kedudukan Imamah dipercayakan pada tanggung jawab keturunan ini.
Dermawan
Kedermawanan Fatimah saw disebutkan sebagai salah satu dari tindakan-tindakan agungnya. Dalam kehidupannya bersama Ali as, ketika kondisi ekonomi Fatimah bagus ia tetap hidup dengan sederhana dan senantiasa menginfakkan hartanya. Menghadiahkan baju baru pada malam pernikahannya kepada orang yang membutuhkan, memberikan kalungnya kepada orang fakir dan memberikan semua makanannya kepada orang miskin, yatim dan tawanan termasuk di antara tindakan-tindakan mulianya. Berdasarkan catatan-catatan riwayat dan tafsir, setelah Imam Ali as, Fatimah sa dan Hasanain berpuasa tiga hari secara berturut-turut, setiap kali mereka mau berbuka puasa memberikan semua hidangan mereka kepada orang-orang yang membutuhkan. Ayat 5-9 surah al-Insan yang dikenal dengan ayat Ith’am (memberi makan) turun berkenaan dengan mereka.
Muhaddatsah
percakapan para Malaikat dengan Fatimah sa adalah diyakini sebagai salah satu karakteristiknya. Ciri khusus ini membuat Fatimah disebut Muhaddatsah. Dialog Fatimah dengan para Malaikat pada zaman Nabi saw dan sepeninggalnya adalah untuk menghibur dia dan mengabarkan keadaan masa depan keturunan Nabi saw. Kejadian-kejadian yang akan datang yang diberitahukan oleh Malaikat Ilahi pada Fatimah sa, dicatat oleh Imam Ali as dan dikenal dengan nama “Mushaf Fathimah”.