ICC Jakarta – Pada tanggal 24 atau 25 Dzulhijjah tahun ke-10 H Nabi Muhammad Saw bersama dengan ribuan orang bergerak dari Madinah menuju Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Mengingat bahwa haji itu merupakan haji terakhir bagi Nabi Saw, maka haji itu dikenal dengan haji wada’. Ketika amalan haji selesai dan Nabi Muhammad Saw bersama dengan kaum Muslimin meningalkan Mekah dan bergerak menuju Madinah, pada tanggal 18 Dzulhijah dan sampai di sebuah tempat bernama Ghadir Khum, beliau menghentikan langkahnya dan memerintahkan supaya masyarakat berkumpul disana. Nabi menyampaikan khutbah Idul Ghadir. Pada saat itu, ayat tabligh turun kepada Nabi Saw dan Allah Swt memerintahkan supaya Rasulullah Saw mengenalkan Imam Ali As kepada masyarakat sebagai pemimpin dan wasi setelah wafatnya.
Kejadian al-Ghadir dalam sejarah sudah dituliskan dalam berbagai kitab-kitab sejarah, begitu juga dalam hadis-hadis telah diriwayatkan oleh para ahli hadis, termasuk keutamaan-keutamaan dan amalan-amalan pada hari raya itu.(Khatib Baghdadi, jld. 8, hlm. 284)
Dalam kitab Ahlusunnah diriwayatkan bahwa barang siapa yang melakukan puasa pada tanggal 18 Dzulhijjah, Allah Swt akan menuliskan pahala puasa selama 6 bulan, dan hari itu adalah hari raya Idul Ghadir.
Sementara dalam kitab-kitab Syiah disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: Hari raya Ghadir adalah hari terbaik umatku dan hari itu adalah hari ketika Allah Swt memerintahkan bahwa pada hari itu, saudaraku, Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai pemegang panji umatku, sehingga setelahku, masyarakat akan terhidayahi dengan perantaranya dan hari itu adalah hari ketika disempurnakan nikmatnya dan agama Islam sebagai agama yang diridhai bagi mereka. (Shaduq, Amāli, hlm. 125)
Imam Shadiq As: Hari Ghadir Khum adalah hari raya besar bagi Allah Swt, Allah Swt tidak mengutus Nabinya kecuali pada hari ini dijadikan hari raya, kebesarannya telah diakui dan diketahui, nama hari itu di langit adalah hari perjanjian, dan namanya di bumi adalah hari perjanjian dan kehadiran bagi semuanya. (Hur Amili, jld. 5, hlm. 224)
Dalam riwayat yang lain,Imam Shadiq As bersabda Idul Ghadir adalah hari raya terbesar kaum Muslimin. Alangkah baiknya jika pada hari itu manusia senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada-Nya dan orang-orang melakukan puasa atas rasa syukur itu di mana puasa pada hari itu senilai dengan 60 tahun ibadah. (Hur Amili, Wasāil Syiah, jld. 10, hlm. 443)
Imam Ridha bersabda: Hari Ghadir adalah hari yang paling masyhur di antara penduduk langit dari pada ahli bumi….Apabila manusia mengetahui pentingnya hari ini, tak diragukan lagi para malaikat akan bersalam-salaman setiap hari dengan mereka sebanyak 10 kali. (Thusi, jld. 6, hlm. 24.)[SZ]