ICC Jakarta – Satu lagi syarat dan mukadimah lazim yang harus terpenuhi dalam terwujudnya kebangkitan adalah adanya para pengikut yang baik untuk mendukung pergerakan dan pelaksanaan roda pemerintahan. Dan jelas, saat sebuah revolusi dunia yang global yang akan dipimpin oleh seorang pemimpin ideal itu membutuhkan para pengikut yang sesuai dengannya. Dan tidak semua orang yang mengklaim sebagai pengikut dapat hadir di barisan sang pemimpin.
Dalam hal ini, salah seorang sahabat Imam Jakfar Shadiq as yang bernama Sahl bin Hasan Khurasani bertanya kepada beliau as: ”Apa yang mencegah anda untuk mengambil kembali hak pasti (pemerintahan) anda, padahal ribuan bala tentara dan pejuang berada di tangan anda? Imam Shadiq as memerintahkan agar tempat pembuatan roti (tanur) api dinyalakan, saat api sudah berkobar, beliau memerintahkan Sahl bin Hasan seraya berkata: wahai Khurasani, bangkit dan masuklah ke tempat pembuatan roti (tanur) api itu. Sahl yang menganggap Imam Shadiq as marah kepadanya, akhirnya meminta maaf kepada beliau as dan berkata, tuanku, ampunilah diriku, dan jangan engkau azab aku dengan api! Imam bersabda: aku ampuni engkau.Pada saat itu, Harun al-Makki, salah seorang pengikut sejati Imam memasuki rumah dan mengucapkan salam. Imam Jakfar Shadiq as menjawab salam dan tanpa sebuah pendahuluan dan penjelasan, menyuruhnya seraya bersabda: duduk di atas tempat pembuatan roti (tanur) itu!Harun al-Makki tanpa menunggu lama-lama dan tanpa betanya lagi melakukan apa yang diperintahkan oleh Imam Shadiq as. Imam as pada saat itu, berdialog dengan laki-laki dari Khurasan itu dan menyebutkan kabar-kabar tentang bumi itu, beliau menyampaikan kabar tersebut dengan begitu gamblangnya seakan-akan dia melihatnya, sesaat kemudian beliau bersabda kepada Sahl: bangkitlah wahai Khurasani dan lihat isi tempat pembuatan roti (tanur) itu! Sahl bangkit dan melihat isinya dan dia melihat Harun duduk (dengan tenang) bersila!. Saat itu Imam Shadiq as bertanya kepadanya: di kota Khurasan ada berapa orang yang sama seperti Harun? Orang Khurasan itu berkata, sungguh demi Allah SWT satu orang pun tak dapat aku temukan di sana, Imam bersabda: ketahuilah! Selagi kami tidak mendapatkan lima pengikut setia, maka kami tidak akan pernah bangkit. Kami lebih mengetahui kapan kami akan bangkit!”[1]
Oleh karena itu, sangat cocok sekali kalau sambil lalu, kami sebutkan ciri-ciri dan sifat para pengikut Imam Mahdi as dalam pandangan riwayat-riwayat para Imam Maksum as, sehingga dengan hal ini, kita dapat mengetahui posisi kita sekarang dan kekurangan yang ada
.1. Makrifat dan Ketaatan
Para pengikut Imam Mahdi as, memiliki pengetahuan tentang Allah SWT dan Imamnya, serta dengan pengetahuan yang sempurna ini mereka hadir di pentas kebenaran.Imam Ali bin Abi Thalib as berkenaan dengan sifat mereka bersabda:”mereka adalah orang-orang yang mengenal Allah SWT sebagaimana mestinya.”[2] Pengetahuan dan keyakinan mereka terhadap Imam as sudah mendarah daging dalam diri mereka. Pengetahuan ini, bukan hanya pengenalan nama, ciri-ciri fisik atau keturunan beliau as. Pengetahuan yang benar tentang wilayah dan kepemimpinan Imam dan posisinya yang agung dalam dunia. Ini adalah pengetahuan yang membuat mereka dicintai oleh beliau as. Dan membuat mereka taat dan mematuhi segala perintahnya. Karena, mereka mengetahui bahwa sabda Imam berarti firman Allah SWT dan menaati perintahnya sama dengan menaati perintah-Nya.Rasulullah Saw dalam menyifati para pengikut Imam as bersabda:”mereka selalu berusaha untuk menaati Imam mereka.”[3]
2. Ibadah dan Keteguhan
Para pengikut Imam Mahdi as, selalu meniru dan meneladani para pemimpin Maksum as. Setiap hari dan malam selalu melantunkan dzikir indah. Lagi-lagi Imam Shadiq as bersabda:”pada pagi hari mereka beribadah sedang pada siang harinya mereka selalu berpuasa.”[4]Dalam riwayat yang lain beliau as bersabda:”dalam keadaan menunggang kudapun mereka berzikir kepada Allah SWT.”[5]Begitulah dzikir kepada tuhan inilah yang menggembleng mereka menjadi orang-orang luar biasa yang tak dapat digoyah oleh apapun juga. Dalam hal ini Imam Shadiq as bersabda:”mereka adalah orang-orang yang hati mereka laksana besi.”[6]
3. Pengorbanan Jiwa dan Cinta Syahadah
Pengetahuan mendalam para pengikut terhadap Imam Mahdi as, membuat hati-hati mereka dipenuhi oleh kecintaan terhadap Imam as. Oleh karena itu di medan peperangan beliau bagaikan permata yang diperebutkan dan setiap orang siap untuk menjadi perisai Imam dari berbagai mara bahaya.Imam Jakfar Shadiq as bersabda:” para pengikut Imam Mahdi as, di medan peperangan senantiasa melingkari beliau dan mereka membela beliau dengan jiwa mereka..”[7] Beliau as juga bersabda:” mereka senantiasa berharap agar mereka gugur syahid di jalan Allah SWT.”[8]
4. Keberanian dan Kejantanan
Para pengikut Imam Mahdi as seperti pemimpin mereka adalah orang-orang pemberani dan pejuang gagah berani. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam menyifati mereka, bersabda:” mereka semua adalah singa-singa yang baru keluar dari hutan, dan jika mereka menginginkan, mereka dapat memindahkan gunung (dari tempatnya).”[9]
5. Kesabaran dan Ketabahan
Telah jelas, perlawanan dan pembasmian kezaliman dunia dan pembentukan pemerintahan yang adil, pasti dipenuhi oleh berbagai kesulitan yang tak sedikit. Dan para pengikut Imam Mahdi as dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan global beliau as, rela menebus segalanya dengan jiwa dan raga mereka. Akan tetapi, dengan keikhlasan dan keramah-tamahan, mereka menganggap apa yang mereka lakukan tidaklah seberapa.Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:”mereka adalah sebuah kelompok yang karena kesabaran dan ketabahan mereka di jalan Allah SWT, mereka tidak pernah merasa berbuat baik (minnat) terhadap Allah. Dan untuk mempersembahkan jiwanya ke haribaan Imam Mahdi as, mereka tidak pernah membanggakan diri, dan tidak menganggap diri mereka besar.”[10]
6. Persatuan dan Kekompakan
Imam Ali bin Abi Thalib as berkenaan dengan persatuan dan kesatuan hati para pengikut Imam Mahdi as, bersabda:” mereka satu hati dan serasi satu sama lain.”[11]Kekompakan, timbul karena kecongkakan dan kepentingan pribadi telah hilang dari diri mereka. Dengan keyakinan yang benar mereka bangkit di bawah satu panji dan untuk satu tujuan dan ini adalah salah satu faktor kemenangan mereka atas lawan-lawan mereka.
7. Zuhud dan Ketakwaan
Imam Ali bin Abi Thalib as saat menyifati para pengikut Imam Mahdi as bersabda: ”Dia (Imam Mahdi as)telah mengambil baiat dari para pengikutnya untuk tidak tertarik kepada (kemilau) emas dan perak serta tidak menumpuk gandum.”[12]Mereka memiliki tujuan yang amat luhur dan untuk obsesi yang besar mereka bangkit. Materi dan dunia tidak pernah menghalangi mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, mereka yang dengan melihat gemerlap harta benda duniawi telah silau mata dan pandangannya, atau yang goyah hatinya, orang-orang semacam ini tidak memiliki jalan untuk dapat menjadi pengikut setia Imam Mahdi as.Apa yang telah disebutkan tadi, sebagian dari ciri-ciri dan kriteria para pengikut Imam Mahdi as. Dan dengan sifat-sifat yang disandang itu, mereka akhirnya disanjung-sanjung dan dipuja di dalam berbagai riwayat para Imam Maksum as.Rasulullah Saw saat menyifati mereka, bersabda: ”Mereka adalah umat terbaikku.”[13]Dan dalam sabda yang lain Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda: ”Maka ayah ibuku tebusan bagi sekelompok orang yang nama mereka tidak dikenal.”[14]Hanya saja, para pengikut Imam Mahdi as juga memiliki kelayakan dan kapabilitas di dalam berbagai bidang. Di dalam riwayat yang tidak sedikit, Imam Mahdi as selain memiliki 313 orang pengikut sejati yang menjadi pilar pokok kebangkitan beliau, ada sebuah bala tentara sejumlah seribu pasukan. Di samping itu juga, hadir para penunggang kuda yang sangat banyak dari kalangan mukminin yang menanti datangnya bantuan dari Allah SWT.
[1]Safinah al-Bihar, juz 8, halaman 681.
[2]Muntakhab al-Atsar, pasal ke- 8, bab 1, hadis kedua, halaman 611.
[3] Hari kebebasan (Yaum al-Khalash), halaman 223.
[4] Hari kebebasan (Yaum al-Khalash), halaman 224.
[5]Bihâr al-Anwâr, juz 52, halaman 308.
[6]Bihâr al-Anwâr, juz 52, halaman 308.
[7]Bihâr al-Anwâr, juz 52, halaman 308.
[8]Bihâr al-Anwâr, juz 52, halaman 308.
[9] Hari kebebasan (Yaum al-Khalash), halaman 224.
[10] Hari kebebasan (Yaum al-Khalash), halaman 224.
[11] Hari kebebasan (Yaum al-Khalash), halaman 223.
[12]Muntakhab al-Atsar, pasal 6, bab 11, hadis keempat, halaman 581.
[13] Hari kebebasan (Yaum al-Khalash), halaman 224.
[14]Mu’jam Ahadis Imam Mahdi as, juz 3, halaman 101.