Pertanyaan yang sering muncul dari masyarakat umum adalah mengapa kita cenderung mengarahkan pandangan ke langit dan mengangkat tangan ke atas saat berdoa, padahal Tuhan diyakini tidak terbatas oleh ruang dan tempat. Apakah Tuhan benar-benar bersemayam di langit?
Pertanyaan ini bukanlah sesuatu yang baru, bahkan pada masa Imam Maksum, diskusi seputar hal ini telah mencuat. Dialog menarik antara seorang zindiq (pemikir bebas) dengan Imam Shadiq mengungkapkan bahwa walaupun Allah tidak terikat oleh ruang dan makhluk-Nya bergantung pada-Nya, ada tuntutan bagi para hamba-Nya untuk mengarahkan doa ke langit, tempat di mana sumber rezeki terletak.
Imam Shadiq menjelaskan bahwa meskipun Allah tidak terbatas oleh ruang, manusia diberi tuntutan untuk menengadahkan tangan ke langit karena langit dianggap sebagai sumber rezeki dan berkah Ilahi. Hal ini diperkuat oleh ajaran Nabi Muhammad yang menyatakan, “Tengadahkanlah tangan-tanganmu kepada Allah.”
Dalam riwayat lain, Imam Ali juga menegaskan pentingnya mengarahkan doa ke langit karena langit adalah tempat janji dan sumber rezeki. Riwayat-riwayat ini memberikan pemahaman bahwa ketika berdoa, manusia seharusnya mengarahkan pandangan dan tangan ke langit sebagai tanda penyerahan diri kepada Sang Pencipta yang memiliki kekuasaan atas segala rezeki dan berkah.
Namun, lebih dari sekadar pandangan literal, mengarahkan doa ke langit juga mencerminkan dimensi spiritual yang mendalam dalam praktik keagamaan. Tindakan ini merupakan ekspresi dari penyerahan diri secara simbolis kepada kekuasaan Ilahi yang menciptakan segala sesuatu, termasuk rezeki yang kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, ada juga pemahaman filosofis di balik mengarahkan doa ke langit. Salah satunya adalah untuk menunjukkan kerendahan dan penyerahan diri di hadapan Tuhan. Dalam budaya manusia, ketika seseorang ingin menunjukkan kerendahan atau penyerahan diri di hadapan seseorang atau sesuatu, mereka sering mengangkat tangan ke atas. Dengan demikian, mengangkat tangan ke langit saat berdoa juga menjadi simbol penyerahan diri kepada kekuasaan Ilahi.
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa mengarahkan doa ke langit bukanlah sekadar tindakan mekanis, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks spiritualitas dan penyerahan diri kepada Allah. Meskipun Allah tidak terbatas oleh ruang dan tempat, mengarahkan doa ke langit adalah cara bagi manusia untuk mengekspresikan hubungan spiritual dan ketergantungan mereka kepada Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Disadur dari buku karya Ayatullah Nasir Makarim Syirazi – 110 Persoalan Keimanan Yang Menyehatkan Akal