ICC Jakarta – Duta pertama Imam Mahdi As adalah Abu ‘Amr ‘Utsman bin Sa’id Al-‘Amri. Tentang duta pertama ini, Syaikh Thusi mengatakan, “Utusan-utusan yang dikenang berasal dari para Imam Suci Ahlulbait As yang kebaikannya sangat dikenal oleh umat. Duta pertama dari mereka adalah orang yang sangat mulia. Ia adalah kepercayaan Imam Hadi As dan Imam Hasan ‘Askari As. Orang tersebut tidak lain adalah Abu ‘Amr ‘Utsman bin Sa’id Al-‘Amri[1].”
Namanya adalah ‘Utsman bin Sa’id dan nama panggilannya Abu ‘Amr. Ia juga memiliki beberapa gelar, diantaranya adalah Al-‘Amri, Sammân[2], Asadi[3], dan ‘Askari[4].
Ia merupakan salah seorang murid sekaligus sahabat kepercayaan Imam kesepuluh dan Imam kesebelas. Ia datang berkhidmat kepada Imam Hadi As semenjak memasuki usianya yang kesebelas tahun. Pada usia tersebut, ia mulai belajar Ahkâm (hukum-hukum Fikih), hadis, dan berbagai disiplin ilmu lainnya langsung kepada Imam Hadi As. Oleh karena itu, ia adalah salah seorang murid yang senantiasa hidup dibawah naungan Wilayah dan imamah[5].
Mungkin salah satu dalil mengapa sebelum menjadi duta Imam Mahdi As, ia juga duta Imam Hadi As dan Imam Hasan Askari As adalah karena tidak ada seorangpun yang ragu atas kebesaran pribadinya. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menerimanya. Oleh karena itu, ketika ia diangkat menjadi duta Imam Mahdi As, maka masyarakatpun akan mudah menerimanya.
Diriwayatkan dari Ahmad bin Ishaq, “Aku bertanya kepada Imam Hadi As tentang kepada siapakah kami harus bertanya, dan kepada siapakah kami harus menimba ilmu dan perkataan siapakah yang harus kami terima. Imam menjawab, “Al-‘Amri adalah orang kepercayaanku. Apa saja yang ia sampaikan kepadamu, dan ia berkata bahwa itu adalah dariku, maka yakinlah bahwa itu adalah benar-benar dariku. Dengar dan ikutilah perkataannya, karena ia adalah orang yang dapat dipercaya lagi sangat menjaga amanah[6].”
‘Utsman bin Sa’id secara resmi diangkat menjadi duta khusus Imam Mahdi As oleh Imam Hasan ‘Askari As pada tahun 260 H.Q. Demikian halnya bahwa Imam Mahdi As sendiri kemudian menunjuk ‘Utsman bin Sa’id menjadi utusan dan duta bagi penduduk Qum[7].
Ciri dan kriteria utama yang dimiliki oleh duta khusus pertama Imam Mahdi As diantaranya adalah:
- Dipercaya oleh tiga orang Imam Suci As[8].
- Hadir ketika acara kelahiran Imam Mahdi As[9].
- Ketika Imam Hasan ‘Askari As meninggal, ia memiliki peran penting dalam acara pengkafanan dan penguburan jasad beliau[10].
- Pasca wafatnya Imam Hasan Al-‘Askari, ia memiliki amanat untuk menjaga dan menjamin keperluan-keperluan hidup keluarga beliau.
- Selain diangkat oleh Imam Hasan Al-‘Askari untuk menjadi duta khusus Imam Mahdi As, ia juga telah mendapat restu dari Imam Mahdi As sendiri.
- Sangat berperan penting dalam mendiskreditkan Ja’far Al-Kazab yang mengaku sebagai Imam Mahdi As.
- Setelah ia meninggal, datanglah surat duka dari Imam Mahdi As. Dalam surat tersebut terlukis jelas akan pujian Imam As kepadanya.
Sesaat sebelum meninggal, ia diperintah oleh Imam Mahdi As untuk mengangkat Muhammad bin ‘Utsman (anaknya) sebagai duta khusus Imam As setelah dirinya. Hal itu sebagaimana sebelumnya, Imam Hasan Al-‘Askari juga telah memperkenalkan bahwa anak ‘Utsman bin Sa’id (Muhammad bin ‘Utsman) tersebut adalah orang yang dipercaya oleh anaknya, Imam Mahdi As[11].
Wafatnya Duta Pertama Imam As
Salah seorang periset kontemporer dalam menjelaskan tentang masa dan jangka waktu diangkatnya ‘Utsman bin Sa’id Al-‘Amri sebagai duta khusus Imam As mengatakan, “Sekalipun ‘Utsman bin Sa’id Al-‘Amri adalah salah seorang yang memiliki andil yang sangat besar dalam kokohnya Mazhab Syiah, akan tetapi biografi tentang masa kecilnya, masa mudanya, kapan ia dilahirkan, kapan ia meninggal, tidak tertulis secara jelas dalam buku-buku sejarah.”
Bahkan tidak ada seorang penulis dan sejarawan pun yang memastikan tentang tanggal kematiannya. Sebagian dari mereka secara sengaja tidak menyebut tentang tanggal kematiannya, sedangkan sebagian yang lain hanya menyebutkan kejadian-kejadian yang berkenaan dengannya (tanpa menyebutkan tanggal kematiannya) saja.
Terkait hal ini terdapat dua pendapat yang menjelaskan tentang kapankah duta pertama Imam As meninggal dunia. Salah satu dari pendapat itu mengatakan, “Yang pasti, ia wafat sebelum tahun 267 HQ dan tidak ada yang dapat memastikan pada tahun berapa ia wafat. Mayoritas para pakar Sejarah dan Ilmu Rijal juga memilih pendapat ini, dan memang pendapat ini yang mendekati kebenaran[12].”
Abu Nashr Hibatullah bin Muhammad mengatakan, “Kuburan ‘Utsman bin Sa’id terletak dibagian barat kota Baghdad, tepatnya di jalan Mîdan yang terkenal dengan sebutan Darb Jabalih. Ia dikubur di dalam Masjid, pintu masuk sebelah kanan. Dan kuburannya terletak persis dibagian kiblat Masjid tersebut[13].” (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
Catatan Kaki
[1]. Ibid, hal. 353.
[2]. Ia di juluki dengan sammân, karena ia sibuk berjualan minyak guna memenuhi kehidupan kesehariannya. Semenjak ia diangkat sebagai wakil khusus Imam Ajf, maka semenjak itu pula ia meninggalkan pekerjaannya. Hal itu tidak lain karena demi menjaga keamanan dirinya dari bahaya yang senantiasa mengancamnya dari penguasa pada masanya.
[3]. Hal itu karena ia berasal dari Kabilah Bani Asad.
[4]. Hal itu karena ia berasal dari daerah yang bernama ‘Askar, di Samara’ (Irak).
[5]. Ghafar Zadeh, Pazhuhesyi Pirâmûn-e Zendegani-e Nawwab-e Khâsh-e Imam-e Zaman Ajf, Qum, Nubugh, 1375 HS, hal. 106, merujuk kepada Rijâl Syaikh Thusi, no 22, hal. 434.
[6]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Kâfi, Teheran, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1365 HS, jil. 1, hal. 320; Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ , hal. 354, hadis 315.
[7]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ, jil. 2, hal. 476, hadis 26.
[8] . Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ, hal. 354, hadis 315.
[9]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ , jil. 2, bab 42, hadis 6.
[10]. Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ, hal. 356, hadis 318.
[11]. Ibid, hal. 356.
[12]. Ali Ghafar Zadeh, Pazhuhesyi Pirâmûn-e Zendegani-e Nawwab-e Khâsh-e Imam-e Zaman ajf, Qum, Nubugh, 1375 HS, hal. 142.
[13] . Ibid, hal. 144.