Khatib: Syekh Hakimellahi
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah dan menyampaikan selawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw dan keluarganya yang suci, saya mewasiatkan pada diri saya dan kepada mukminin mukminat dengan pesan takwa.
Hari ini bertepatan dengan peringatan syahadah putri kinasih Rasulullah saw, Sayidah Fathimah Zahra as. Karena itu, melalui tempat ini saya mengucapkan salam takziah kepada Shahibul-asri waz-zaman afs, kepada seluruh mukmin, kepada Anda semua para pencinta Ahlulbait, atas peristiwa syahadah yang menyedihkan dan membuat setiap hati akan bersedih, terutama para Imam maksum as, serta memohon kepada Allah Swt semoga kita semua diberi taufik untuk selalu berada dalam kelompok orang-orang yang diliputi oleh doa-doa Sayidah Fathimah Zahra as.
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari Sayidah Fathimah as. Pertanyaannya, di zaman kita ini, di zaman seperti ini, pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari sejarah kehidupan Sayidah Fathimah as?
Sayidah Fathimah as dan kehidupannya memiliki banyak sekali dimensi dan sisi yang mengandung pelajaran besar, yang jika kaum muslim—bahkan seluruh umat manusia tanpa memedulikan agama dan latar belakang kepercayaannya—mempelajari sisi-sisi dan dimensi dari apa yang terjadi pada Sayidah Fathimah as, mereka akan mendapatkan kehidupan yang penuh kebahagiaan serta dapat membahagiakan orang lain. Sayidah Fathimah as adalah model teladan paling tinggi bagi seorang muslimah, bahkan bagi wanita bukan muslimah sekalipun, pada semua sisi kehidupan beliau.
Ada sebuah buku yang ditulis seorang penulis wanita berkebangsaan Mesir tentang Sayidah Fathimah as dan buku itu dibaca oleh seorang wanita Jepang. Setelah membaca buku tersebut dia mengumumkan keislamannya dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dia berkata, “Aku mengetahui dan aku memahami saat ini bahwa Sayidah Fathimah as adalah teladan tertinggi bagiku. Karena itu, aku mengumumkan keislamanku setelah membaca buku ini.”
Pada kesempatan ini, seiring peringatan syahadah Sayidah Fathimah as, dan tentu disesuaikan dengan kesempatan yang ada, kita akan membahas tiga hal berkenaan dengan Sayidah Fathimah as agar bisa mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga darinya.
(1) Yang pertama adalah kasih sayang di tengah umat manusia. Kita tahu bahwa kasih sayang adalah salah satu fondasi utama yang ditekankan oleh Islam dalam membangun akhlak dan perilaku seorang muslim. Itu karena kasih sayang memiliki banyak sekali faedah dalam membangun sebuah masyarakat insani dan [masyarakat] muslim.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda bahwa orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Al-Rahman, yaitu Allah Swt. Karena itu, berkasihsayanglah kalian, niscaya kalian akan dikasihi oleh mereka yang ada di langit. Dalam sebuah riwayat Amirul Mukminin Ali as mengatakan, “Berbuatbaiklah, niscaya orang akan berbuat baik kepadamu. Sayangilah, niscaya engkau akan disayang.”
Dalam kehidupan Sayidah Fathimah as, sifat kasih sayang dan penyayang, sifat penuh lemah lembut, terpancar dengan sangat jelas pada kepribadian beliau. Di antaranya adalah kasih sayang beliau yang ditunjukkan kepada ayahandanya, Rasulullah saw. Lalu, kasih sayang dan cinta yang beliau tunjukkan kepada suaminya, Amirul Mukminin Ali as. Berikutnya adalah kasih sayang yang ditunjukkan oleh beliau kepada kaum fakir, kaum miskin, dan kaum papa, serta kasih sayang dan cinta beliau kepada tetangga-tetangganya.
Kasih sayang dan cinta yang besar, yang ditunjukkan oleh Sayidah Fathimah as kepada ayahandanya sedemikian tampak, sampai-sampai Rasulullah saw karena kasih sayang putrinya yang besar itu menyebut Fathimah dengan sebutan Ummu Abiha, “Ibu [bagi] Ayahnya”. Sering kali Rasulullah saw mengatakan kepada Fathimah, “Wahai Fathimah, ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu.”
Dikisahkan dalam riwayat, ketika Sayidah Fathimah as masih kecil, masih berusia 5 tahun, saat orang-orang kafir Quraisy menunjukkan kekurangajaran mereka kepada Rasulullah dan melemparinya, Fathimah menyaksikan itu. Segera beliau menjadi tameng untuk ayahnya, padahal pada saat itu usia beliau masih 5 tahun. Lemparan batu itu tidak mengenai Rasulullah, tetapi mengenai badan putrinya, Sayidah Fathimah as.
Di sini ada pelajaran besar yang diberikan oleh Sayidah Fathimah as tentang kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya, kepada ayah dan ibunya, khususnya ketika ayah dan ibu sudah menginjak usia tua, sudah menginjak usia lanjut. Pada saat itu orang yang sudah mencapai usia lanjut membutuhkan perhatian lebih, kasih sayang lebih. Dicari tahu bagaimana keadaannya, bagaimana kesehatannya, memerlukan perlindungan dan bantuan yang lebih dibandingkan saat usia yang lebih muda. Inilah pelajaran berharga yang ditunjukkan Sayidah Fathimah as tentang kasih sayang kepada orang tua.
Salah satu manifestasi dan jelmaan yang ditunjukkan dari sikap kasih sayang dan cinta Fathimah adalah kasih sayang dan cintanya kepada suaminya, Ali as. Salah satu sifat wanita saleh adalah dia tidak akan memaksa suaminya untuk melakukan hal-hal yang suaminya tidak mampu. Salah satu tanda bahwa seorang wanita itu muslimah dan mukminah saleh adalah ketika dia memperhatikan kemampuan dan keadaan suaminya, khususnya keadaan ekonominya. Dia tidak meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya yang membuat suaminya harus berutang ke sana ke mari dan tenggelam dalam utang.
Disebutkan bahwa Sayidah Fathimah as tidak pernah meminta apa pun kepada Ali bin Abi Thalib, sampai-sampai ketika tidak ada makanan di rumahnya Fathimah tidak mengucapkan apa pun kepada Ali. Suatu kali Ali datang dan bertanya kepada Fathimah adakah sesuatu di rumah yang bisa dimakan, Fathimah berkata, “Ya Ali, sudah beberapa waktu ini tidak ada apa-apa yang bisa dimakan di rumah.”
Ali lalu berkata, “Kenapa engkau tidak memberitahuku wahai Fathimah? Mengapa engkau tidak memberi tahu aku keadaan ini agar aku carikan sesuatu untuk bisa kita makan di rumah?”
Apa jawaban Fathimah? Beliau berkata, “Wahai Ali, wahai Abul-Hasan, aku malu kepada Tuhanku. Aku malu kepada Allah jika meminta sesuatu kepadamu, sedangkan itu di luar kemampuanmu untuk memberikannya kepadaku.”
Ya, bagi seorang suami yang memiliki kelapangan rezeki, disunahkan baginya untuk memberikan lebih kepada keluarganya, kepada istrinya. Dalam sebuah riwayat Imam Ridha as mengatakan bahwa orang yang memiliki nikmat lebih hendaknya memberikan nafkah dan pemberian lebih kepada keluarganya.
Di antara jelmaan kasih sayang Sayidah Fathimah as adalah kasih sayang yang beliau tunjukkan kepada kaum fakir miskin. Setiap kali ada fakir miskin yang meminta bantuan kepada Sayidah Fathimah as, beliau dengan senang hati memberikan apa pun yang bisa diberikan. Jika tidak ada apa-apa yang bisa diberikan dari apa yang ada di rumah, beliau akan dengan senang hati memberikan makanan yang seharusnya menjadi jatahnya dan jatah anak-anaknya.
Dalam sebuah ayat Alquran Allah merekam bagaimana kedermawanan Fathimah dan keluarganya ketika ada orang-orang fakir, ada anak yatim, dan ada tawanan yang datang meminta makanan, sedangkan mereka sangat membutuhkan makanan itu. Fathimah dan keluarganya sangat membutuhkan makanan itu, tetapi mereka merelakannya dan memberikannya kepada peminta-minta. Allah merekam apa yang telah dilakukan Fathimah dan keluarganya. Dalam firman-Nya dikatakan,
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (QS. al-Insan [76]: 8)
Mereka memberikan makanan, padahal mereka sangat membutuhkan makanan itu. Mereka memberikannya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang menjadi tawanan.
Sayidah Fathimah as tidak pernah membuat kecewa siapa saja yang datang meminta sesuatu kepadanya. Tidak pernah sama sekali mengecewakan orang yang meminta. Bahkan, beliau memperlihatkan kedermawanan dengan bentuk paling indah.
Pada malam beliau menikah, pakaian atau baju pernikahannya diberikan kepada seorang fakir dari kalangan ansar yang datang ke rumah beliau. Kisahnya sangat terkenal dan mungkin Anda semua pernah mendengarnya, bagaimana Rasulullah saw telah menyiapkan pakaian pernikahan untuk Sayidah Fathimah as, tetapi di hari pernikahannya ada seorang wanita yang meminta-minta dan Sayidah Fathimah as tidak menemukan sesuatu apa pun kecuali baju pernikahannya. Baju itu pun dibungkus dan diberikan kepada orang itu.
Esok harinya Rasulullah bertanya, “Fathimah, di manakah baju pernikahanmu?”
Fathimah mengatakan, “Kemarin ada orang datang meminta-minta dan aku berikan [baju itu] kepadanya.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan, ada seorang peminta-minta datang kepada Fathimah, meminta suatu pemberian dari beliau. Beliau tidak memiliki apa pun. Saat itu beliau melepaskan kalung yang melilit lehernya, lalu diberikan kepada peminta-minta itu sambil mengatakan, “Juallah kalung ini dan belilah apa yang kaubutuhkan dengan uangnya.”
Di antara kasih sayang Sayidah Fathimah as adalah kasih sayang yang ditunjukkan kepada tetangga-tetangganya. Betapa beliau selalu melihat dan mencari tahu keadaan tetangga-tetangganya yang mungkin membutuhkan bantuan. Apa pun yang beliau bisa berikan untuk membantu, beliau akan memberikan.
Di antaranya diriwayatkan, sering kali Sayidah Fathimah as menimba air. Kemudian, air itu beliau kirim ke rumah orang-orang yang tidak mampu mengambil air. Itulah yang dilakukan Sayidah Fathimah as dalam memberikan kasih sayang kepada tetangga-tetangganya.
Untuk mendapatkan rahmat dari Allah, menurunkan rahmat dari Allah, ada jalannya. Yaitu menebarkan rahmat dan kasih sayang di tengah umat manusia. Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana agar aku bisa disayang Allah?”
Rasulullah saw berkata, “Sayangi dirimu terlebih dahulu dan sayangi makhluk-makhluk ciptaan Allah, niscaya Allah akan merahmati dan menyayangimu. Sebaliknya, jika orang tidak menaruh belas kasihan, tidak menaruh kasih sayang kepada makhluk-makhluk ciptaan Allah, hamba-hamba Allah, dia tidak akan mendapatkan rahmat dari Allah. Kasih sayang Allah akan tertahan dari orang itu.”
Dalam sebuah riwayat Amirul Mukminin Ali as berkata, “Orang yang tidak menyayangi dan tidak memberikan kasih sayang kepada orang lain, rahmat Allah akan terhalang untuk sampai kepadanya.”
Ini bukan hanya slogan. Ini bukan hanya wacana dan pembicaraan. Ini harus diterapkan. Sebarkan kasih sayang, kuatkan kasih sayang di tengah-tengah kita.
Pertama sayangi diri kita supaya kita disayang Allah, mendekatkan diri [kepada-Nya] melalui sayang kepada diri sendiri. Kemudian, sayangi orang tua, sayangi pasangan hidup, sayangi keluarga, sayangi anak-anak, sayangi kaum fakir dan papa, sayangi para tetangga. Niscaya Allah Swt akan menurunkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
(2) Pelajaran kedua yang bisa kita dapatkan adalah bagaimana Sayidah Fathimah as menjaga diri dan auratnya supaya tidak tersingkap. Sebuah riwayat yang mungkin kita semua sudah pernah dengar dan berkali-kali mendengarnya, tetapi ada baiknya saya mengingatkan lagi peristiwa ini.
Suatu kali seseorang bernama Ibnu Ummi Maktum datang ke rumah Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah sedang duduk bersama putrinya, Sayidah Fathimah as. Mendengar ada orang datang dan yang datang adalah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat Nabi yang buta, Fathimah bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan. Saat Ibnu Ummi Maktum selesai berbicara dengan Nabi dan pergi meninggalkan rumah, Fathimah kembali datang.
Rasulullah bertanya kepada Fathimah, “Wahai Fathimah, kenapa engkau pergi? Bukankah Ibnu Ummi Maktum adalah seorang yang buta dan tidak bisa melihatmu?”
Fathimah menjawab, “Wahai ayah, memang Ibnu Ummi Maktum tidak bisa melihatku, tetapi bukankah aku bisa melihat dia? Apalagi dia hanya buta. Bukankah dia bisa mencium aroma yang muncul dari seorang wanita?”
Bayangkan apa jawaban Sayidah Fathimah as, dan jawaban ini membuat kagum Nabi.
Beliau lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah penggalan dariku, wahai Fathimah.”
Inilah Sayidah Fathimah Zahra as, yang menunjukkan permasalahan bahwa jangan sampai hubungan seorang laki-laki dan perempuan tercampur begitu saja.
Lihatlah bagaimana Sayidah Fathimah as menyampaikan khotbahnya yang bersejarah. Sebuah khotbah yang layak ditulis dengan tinta emas. Beliau khotbah di Masjid Nabi dan ketika akan menyampaikan khotbahnya terlebih dahulu ada tabir yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Fathimah pun berada di area jemaah perempuan, kemudian menyampaikan khotbahnya yang sangat bernilai dan bersejarah itu.
Sayidah Fathimah as menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan, menjaga kesusilaan dan kesopanan, jangan sampai laki-laki bercampur dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jangan sampai pergaulan sedemikian bebas tidak ada batasnya. Ini yang ditunjukkan dan diajarkan oleh Sayidah Fathimah as dan harus kita jaga.
Berikutnya adalah masalah hijab. Sangat disayangkan di zaman kita ini banyak sekali pakaian-pakaian yang secara lahirnya menutupi seluruh anggota badan perempuan, tetapi sebenarnya tidak menutupi karena dibuat sedemikian ketat sehingga menampakkan lekukan-lekukan badan. Ini secara syar’i hukumnya haram. Jangan sampai itu dikenakan oleh kaum wanita mukmin di antara kita.
(3) Masalah ketiga yang bisa kita ambil pelajaran dari Sayidah Fathimah as adalah pernikahannya yang terjadi di awal masa balignya dan pernikahannya yang penuh berkah. Ini adalah sebuah pelajaran sangat penting bagi para orang tua. Ketika mereka memiliki anak laki-laki dan anak perempuan, perhatikan permasalahan pernikahan mereka.
Pernikahan seorang anak perempuan di awal balignya akan lebih baik. Hukumnya juga sama dengan anak-anak laki-laki. Perhatikan permasalahan pernikahan di awal masa muda mereka, karena ketika orang menikah pada masa muda, itu semakin baik bagi perkembangannya dan akan mencegahnya dari hal-hal haram atau yang mendekati haram.
Sangat disayangkan, banyak sekali di kalangan kita dan umum di tengah masyarakat, ketika kita berbicara mengenai pernikahan dini, mereka akan mengatakan untuk membiarkan anak-anak mencapai usia 25 tahun, baru mereka bisa menikah. Usia 25 tahun adalah usia matang dan jangan biarkan anak-anak menikah sebelum matang. Ini yang biasa diucapkan di tengah masyarakat. Padahal riwayat-riwayat dari Rasulullah saw dan para Imam maksum as, juga didukung oleh ayat-ayat suci Alquran, menegaskan tentang pernikahan dini yang sebaiknya dilakukan. Ini adalah salah satu hal yang bisa mencegah terjadinya fasad di tengah umat manusia.[]
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah, dan menyampaikan selawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw dan keluarganya yang suci, kembali saya mewasiatkan pesan takwa kepada diri saya dan kepada mukminin mukminat sekalian.
Hari ini bertepatan dengan hari syahadah Sayidah Fathimah Zahra as. Kembali saya di khotbah kedua ini mengucapkan salam takziah kepada Shahibul-asri waz-zaman afs, kepada mukminin mukminat, khususnya hadirin hadirat dan yang mengikuti khotbah ini, semoga Allah Swt memberikan kepada kita semua taufik untuk semakin mencintai Ahlulbait, mencintai Sayidah Fathimah as, mendapatkan syafaat beliau di akhirat, juga mendapatkan kesempatan untuk berziarah ke makam beliau, insyaallah.
Siapa saja yang menginginkan kebaikan dunia dan akhirat, jalan terbaik untuk memperolehnya adalah dengan mengikuti dan meneladani para Imam as dan Ahlulbait as, khususnya Sayidah Fathimah as, karena kehidupan mereka adalah kehidupan yang penuh hal-hal yang sangat agung, yang layak untuk menjadi teladan bagi kita semua.
Rida Allah bergantung pada rida Fathimah, kemarahan Allah tergantung kepada kemarahan Fathimah. Ini adalah sebuah hadis makruf yang kita semua tahu. Karena itu, upayakan supaya kita bisa mendapatkan kecintaan dan rida dari Sayidah Fathimah as. Jika [rida] itu kita raih, kita akan mendapatkan kedekatan kepada Allah Swt. Jika itu kita raih, kita akan mendapatkan kedudukan tinggi di akhirat kelak di sisi Allah Swt.
Setiap hari kita mendengarkan berita kekejaman dan kebrutalan rezim zionis Israel dalam membantai dan melakukan kezaliman kepada warga muslim di Gaza maupun di Lebanon. Di saat yang sama kita menyaksikan kekuatan-kekuatan arogan dan adidaya dunia, alih-alih berusaha mengakhiri penderitaan rakyat Palestina dan Lebanon, justru mendukung dan mensuplai rezim zionis Israel dengan senjata-senjata mematikan. Kita mohon kepada Allah Swt semoga Dia segera menghancurkan dan melenyapkan kebiadaban, kebengisan, dan kejahatan rezim zionis ini, dan semoga Allah Swt memberikan keamanan, kenyamanan, dan kedamaian kepada umat Islam di seluruh dunia.[]
Video Lengkap Dibawah ini :
Khutbah Lengkap :