ICC Jakarta – Secara umum, kehidupan para Imam selalu berada dalam kondisi yang susah, tak terkecuali Imam Hasan Askari. Selama bertahun-tahun dari kehidupan beliau di Samarra, selain beberapa kali dipenjara, beliau selalu berada di bawah pengawasan Dinasti Abbasiyah. Tinggalnya Imam Hasan di Samarra pada dasarnya adalah bentuk penahanan dari pihak khalifah-khalifah Abbasiyah. Hal ini sebagaimana pernyataan yang dikatakan oleh salah satu pelayan Imam As, menurut penukilannya Imam setiap hari Senin dan Kamis harus selalu hadir di Dar al-Khilafah secara terpaksa. Kedatangan Imam ke Dar al-Wilayah meskipun secara lahiriah adalah penghormatan, namun pada dasarnya adalah sebuah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak penguasa saat itu.
Pada masa kehidupannya, para pengikut Syiah menghadapi kesulitan untuk menemui Imam; dimana ketika Khalifah pergi untuk melihat gubernur Basrah dan Imam juga dibawa bersama dengannya, para sahabat Imam di sepanjang jalan bersiap-sap untuk melihatnya. Dari hikayat ini dapat dipahami dengan baik bahwa dalam kehidupan Imam, setidaknya ada waktu untuk melihatnya, walaupun tidak secara langsung.
Ismail bin Muhammad berkata: Aku duduk menghalangi jalan Imam untuk meminta bantuan uang dan ketika beliau melewati jalan aku langsung meminta bantuan uang kepadanya.
Perawi yang lain menukil bahwa di suatu hari telah dijanjikan bahwa Imam akan datang ke Dar al-Khilafah, kami berkumpul di sebuah pengepungan menunggu kedatangannya. Dalam situasi tersebut kami menerima sebuah catatan darinya yang kandungannya adalah sebagai berikut: Jangan ada seorangpun dari kalian yang memberikan salam atau isyarat ke arahku; karena kalian tidak akan berada dalam keamanan.
Riwayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa seberapa kuat tangan kaki khalifah mengawasi tindakan dan hubungan Imam dengan para pengikutnya dan kemudian mengontrol mereka. Tentunya Imam juga dalam banyak kesempatan mempunyai waktu-waktu tertentu untuk saling bertemu dan mereka mempunyai cara tersendiri untuk membuat situasi tersebut. Salah satu kontak atau hubungan Imam dengan para pengikutnya adalah dengan cara surat menyurat dan ini juga disebutkan dalam banyak sumber yang sering kita temui.
Batasan-batasan yang ketat dan larangan-larangan yang keras pemerintah terhadap kehidupan Imam Askari menyebabkannya untuk menggunakan para delegasi untuk mengadakan hubungan dengan para pengikut Syiah dan beberapa orang berada dalam jumlah tersebut. Dalam hal ini salah seorang dari mereka adalah Uqaid, seorang pelayan khusus Imam yang juga semenjak dari masa kecil diasuhnya dan pembawa surat Imam terbanyak untuk para pengikutnya. Dan seorang dengan julukan yang asing dan aneh Abu al-Adyan juga seorang pelayan untuk Imam As yang juga mempunyai tugas untuk menyampaikan sebagian surat-surat Imam, namun yang sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah seorang yang ditunjuk sebagai wakil Imam sebagaimana yang disebut dalam sumber-sumber Syiah adalah Utsman bin Said. Peranannya terus berlanjut setelah Imam Hasan Askari As wafat pada masa keghaiban sughra sebagai orang pertama yang menjadi wakil dan duta serta pengganti khusus Imam Zaman Ajf.
Pada akhirnya Imam Askari As sakit pada awal bulan Rabiul Awwal tahun 260 H dan pada hari kedelalapan bulan tersebut beliau wafat pada usia 28 tahun di Samarra dan dimakamkan di dekat makam ayahandanya. [SZ]
Turut berduka yang sedalam-dalamya atas hari kesayhidan Imam Hasan Asykari pada 8 Rabiul Awwal…