ICC Jakarta – “Dosa besar dan tak terampunkan sebuah majalah Perancis dalam menistakan Rasulullah Saw kembali menguak sikap keras kepala dan dendam lembaga politik dan budaya dunia Barat terhadap Islam serta komunitas Muslim.”
Majalah mingguan Perancis Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun kontroversial yang menghina tentang Nabi Muhammad Saw dalam kesombongan baru Selasa lalu.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam sebuah pesan, mengacu pada poin-poin penting dalam hal ini mengutuk penghinaan dari majalah terbitan Perancis terhadap Nabi Muhammad Saw.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam
Rahbar menyebut dalih kebebasan berekspresi untuk tidak mengutuk kejahatan besar ini, yang diucapkan oleh beberapa politisi Perancis, sepenuhnya tertolak, salah dan penipuan publik seraya mengingatkan, “Kebijakan yang sepenuhnya anti Islam oleh Zionis dan pemerintah arogan merupakan faktor aksi permusuhan seperti ini yang terkadang muncul.”
Arus media Barat yang menyimpang dan destruktif, berikut perilaku menghina sejumlah oknum sesat dan jahat, yang dari waktu ke waktu berusaha mengekspresikan diri dengan perilaku tercela dengan menghina al-Quran dan nilai-nilai agama, berusaha mengejar banyak tujuan yang tidak ada hubungannya dengan fanatisme agama dan tidak dapat dipertahankan dari sisi kebebasan berekspresi dan berkeyakinan.
Substansi arus ini sudah terungkap di negara-negara yang sadar akan agama dan nilai-nilai agama, dan opini publik di dunia sadar bahwa kontroversi semacam itu adalah produk dari wadah pemikir dari arus Zionis dan kubu arogan. Kalangan ini berupaya untuk mengalihkan opini publik dari kondisi tercela peradaban Barat dalam menghadapi anomali budaya dan sosial serta skandal para pemimpin yang arogan dalam menghadapi protes yang meluas di negara-negara tersebut.
Tentu saja, tidak boleh diabaikan bahwa menghina kesucian umat Islam selalu menjadi rencana yang telah ditentukan sebelumnya dan memiliki tujuan. Sekilas tentang masa lalu dari kartunis Denmark hingga pendeta yang menghina al-Quran menunjukkan tren yang direncanakan. Di luar gerakan menyimpang ini, ada arus politik penting sebagai tujuan strategis yang tidak boleh diabaikan.
Tidak ada keraguan bahwa tujuan tersembunyi dari penodaan ini adalah untuk mengalihkan pikiran umat Islam dari masalah Palestina, yang merupakan prioritas pertama dunia Islam. Terutama karena masalah Palestina sekarang tunduk pada rencana jahat Kesepakatan Abad dan normalisasi hubungan yang berbahaya dengan musuh jahat kemanusiaan, rezim palsu Zionis.
Menekankan pada poin ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pesannya mengecam penistaan ini menjelaskan, “Gerakan ini di fase saat ini juga dapat menjadi motivasi untuk menyimpangkan opini bangsa dan pemerintah Asia Barat dari peran busuk Amerika Serikat dan Zionis bagi kawasan ini. Bangsa Muslim khususnya negara-negara Asia Barat selain mempertahankan kewaspadaan dalam isu-isu kawasan sensitif ini, juga tidak boleh melupakan permusuhan elit politik dan pemimpin Barat terhadap Islam dan umat Muslim.”
Namun, dalih melindungi kebebasan berekspresi agar tidak menghadapi hinaan terang-terangan tersebut, bagaimanapun, merupakan aspek lain yang perlu diperhatikan dalam kasus ini, yang menjadi sindiran politik pahit era kontemporer. Meskipun penghinaan ini tidak dapat dibela dengan kata-kata atau argumen apa pun, Presiden Perancis, yang negaranya telah berkuasa selama lebih dari setahun, menyaksikan protes setiap hari Sabtu, menganggap kelancangan terhadap Nabi Muhammad Saw dan al-Quran dianggap sebagai kebebasan berbicara.
Zionis pelaku kejahatan di Palestina
Sementara dalam masyarakat Eropa yang sama, yang disebut kebebasan berekspresi dan berpendapat, kritik dan penolakan terhadap mitos palsu tentang Holocaust bakal berujung pada pemenjaraan dan perampasan hak. Tidak diragukan lagi, tindakan seperti itu tidak akan berbuat apa-apa selain mengungkap skandal dan mengungkap perilaku ganda hak asasi manusia dan penuntut kebebasan.
Sumber Partoday