ICC Jakarta – Orang yang zuhud sangat memahami kefanaan duniawi. Seorang yang zuhud sangat menyadari bahwa harta benda, kedudukan, dan keluarga hanyalah hiasan dunia. Ini adalah belenggu-belenggu yang hanya membuatnya menjadi budak. Semua itu tak dapat menyertainya ketika menghadap Allah. Mereka selalu ingin bebas dari belenggu dunia dan selalu menyiapkan diri untuk pertemuan dengan Allah. Mereka sangat merindukan pertemuan dengan-Nya, karena cintanya kepada Allah di atas cinta-cinta yang lain. Nafsu dan syahwat tak akan mampu mempengaruhi tujuan hidup seorang zuhud yang menginginkan perjumpaannya dengan Allah di surga.
Mereka senantiasa menjaga panca inderanya dari segala yang menghalangi kesaksiannya kepada Allah. Syahwatnya terarah dan terkendali dengan baik. Cinta seorang zuhud kepada Allah begitu besar dan dahsyat. Tak ada cinta dunia yang tersisa di kalbunya. Nafsunya telah tunduk kepada dirinya dan telah berhasil melumpuhkannya. Dia telah bebas dari belenggu apa pun, demi cinta kepada Allah, Al-Haqq. Dan, tobatnya benar-benar telah sempurna dan dikabulkan oleh Allah SWT. Diperlukan iman dan keyakinan yang kuat terhadap Allah dan apa yang Ia janjikan di alam akhirat nanti.
الإمامُ عليٌّ عَلَيهِ السَّلامُ: خَیرُ النَّاسِ مَن زَهِدَت نَفسُهُ وَقَلَّت رَغبَتُهُ وَمَاتَت شَهوَتُهُ وَخَلَصَ اِیمَانُهُ وَصَدَقَ اِیقَانُهُ
Imam Ali As: “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang zuhud (tidak cinta dunia), sedikit angan-angannya, terkuasai syahwatnya, tulus imannya dan lurus keyakinnya.” (Ghurar Al-Hikam, hadis 6039)
Betapa beruntung orang yang telah menggapai kedudukan ini.